18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Utopia di Padang Beton dalam Fantasy Is a Concrete Jungle

JaswantobyJaswanto
September 22, 2024
inUlas Film
Utopia di Padang Beton dalam Fantasy Is a Concrete Jungle

Cuplikan film Fantasy Is a Concrete Jungle | Foto: tatkala.co/Jaswanto

“Apa yang dibutuhkan manusia bukanlah utopia (tidak ada tempat); tetapi entopia (ada tempat)—kota nyata yang dapat mereka bangun.”

DHAKA, ibu kota Bangladesh itu, merupakan pusat perindustrian, perniagaan, dan administrasi di negara yang terletak di Asia Selatan itu. Wilayah bekas ibu kota Kekaisaran Mughal ini seperti tak pernah sepi. Ia seperti Jakarta, atau kota-kota urban lainnya, yang sibuk, panas, riuh, cepat, segalanya seperti terburu-buru, dengan bangunan-bangunan beton yang dingin, angkuh, dan penuh tekanan. Sedangkan debu dan polusi seperti selimut abadi.

Klakson-klakson menyalak di setiap sudut Kota Dhaka. Jalanan sesak kendaraan. Sedang pembangunan seperti tak ada henti-hentinya. Beton-beton baru tumbuh lebih cepat daripada pohonan di pinggir jalan atau di hutan kota. Dan semua pemandangan khas Dunia Ketiga itu terekam dengan sangat baik dalam Fantasy Is a Concrete Jungle (2023), film dokumenter pendek karya Mehedi Mostafa.

Saya menikmati film ini digelaran Minikino Film Week 10 Bali International Short Film Festival di MASH-Living Room, Denpasar, Sabtu (14/9/2024). Jujur saja, saya menyukai film dokumenter semacam ini—film dokumenter yang, katakanlah, berbentuk lanskap meditatif dengan narasi esai yang dalam, kontemplatif, dan puitis. Menonton Fantasy Is a Concrete Jungle mengingatkan saya pada In the Forest One Thing Can Look Like Another (2023) garapan Priyanka Chhabra.

“Fantasy Is a Concrete Jungle” adalah sebuah film esai filosofis yang menggabungkan gambar dan narasi untuk membahas isu modern yang sangat mendesak, yaitu penemuan kembali kondisi kehidupan kita di tengah pembangunan kota-urban yang tak henti-henti.

Cuplikan film Fantasy Is a Concrete Jungle | Foto: tatkala.co/Jaswanto

Dalam sebuah wawancara, Mehedi Mostafa mengaku menyukai film Before My Eyes (1989) karya Mani Kaul. Dan ia terinspirasi dari film tersebut. Maka jadilah Fantasy Is a Concrete Jungle sebagai dokumenter dengan mozaik gambar statis dan berubah-ubah yang mengeksplor panorama semrawut wilayah Dhaka.

Mehedi Mostofa juga menggunakan elemen suara luar kamera yang membawa kita ke dunia berbeda sambil merenungkan lanskap Dhaka. Dan penonton juga jarang melihat siapa pun di film itu. Saya pikir, Fantasy Is a Concrete Jungle adalah gugatan Mehedi Mostofa terhadap pembangunan—atau sebut saja tata ruang—Dhaka yang banal—bahkan nyaris anarkis.

Namun, itu merupakan salah satu dari sekian banyak konsekuensi perkembangan abad lalu. Inovasi kota adalah “anak kandung” revolusi industri, yang melahirkan kota metropolitan modern seperti London, New York, atau Berlin yang menjadi tempat-tempat yang memiliki banyak sisi seperti sekarang. Kota-kota itu menggabungkan ruang-ruang tempat tinggal, tempat-tempat kerja, dan juga berbagai aspek hiburan dalam satu kuali.

Akan tetapi, seiring meluasnya ruang perkotaan yang melahirkan, katakanlah, “bencana” seperti gentrifikasi, pengangguran massal, dan masyarakat kelas yang semakin jelas terlihat, hasrat regresif tertentu telah terbangun dalam diri banyak orang. Dari sinilah sepertinya Mehedi Mostafa merenungkan apakah hal ini benar-benar definisi baru atas kota (baca: tempat) yang kita butuhkan?

Cuplikan film Fantasy Is a Concrete Jungle | Foto: tatkala.co/Jaswanto

“Fantasy Is a Concrete Jungle” didukung oleh pengisi suara, narasi, yang ditulis berdasarkan “Silence and Chaos” karya arsitek Kashef Mahboob Chowdhury. Selain mengajak penonton untuk merenungi tata ruang kota urban, film pendek ini juga merekam akan kerinduan penduduk Kota Dhaka terhadap tempat asal leluhur mereka—atau tempat yang sekiranya lebih baik daripada kota yang rakus dan individual.

Berbagai gambar kehidupan kota yang sibuk, serta kehidupan sehari-hari di desa yang tenang, dengan narasi yang membuat pengamatan tentang konsep desa kini lebih berbau magis atau mistis—mungkin sebagai indikator kerinduan tertentu terhadap jenis kehidupan yang berbeda, pada saat yang sama, dalam Fantasy Is a Concrete Jungle, kita diajak untuk mengamati orang-orang yang mencari ruang pribadi mereka di dalam kota yang luas.

Kerinduan akan kampung halaman, tempat yang nyaman atau menenangkan, seperti Shangri-La dalam Lost Horizon karangan James Hilton, saya pikir tidak hanya dirasakan oleh penduduk Dhaka saja. Semua orang di dunia ini, yang tinggal dan hidup di kota urban lainnya, yang kondisinya mirip dengan Dhaka, juga merasakan hal yang sama. Dalam kondisi seperti ini, utopia akan tempat seperti Shangri-La sangat didambakan.

Shangri-La berisi semua unsur klasik surga. Pertama, seperti yang dituliskan Eric Weiner dalam The Geography of Bliss, tempat itu sulit dijangkau. Yang benar saja, bagaimanapun, surga bukanlah surga jika Anda dapat naik taksi ke sana. Kedua, terdapat pemisah antara surga dan kehidupan biasa—dipisahkan oleh dunia rahasia yang hanya dapat ditempuh oleh sedikit orang yang beruntung.

Cuplikan film Fantasy Is a Concrete Jungle | Foto: tatkala.co/Jaswanto

Dengan kata lain, surga adalah, barangkali seperti kelas bisnis, yang kesenangannya didapat dari keberadaan pelancong lain yang lebih kurang beruntung daripada Anda sendiri. Dengan begitu, tak semua orang Dhaka dapat menjamahnya.

Secara instingtif, banyak orang kota-urban merasa seperti telah kehilangan sesuatu—dan itu membuat mereka merasa tidak bahagia. Mereka ingin menemukannya kembali, di antara mobil-mobil mewah, komputer-komputer yang menakjubkan, gedung-gedung pencakar langit, dan jaminan-jaminan sosial yang baik. Maka wajar jika mereka, orang-orang kota itu, senang sekali liburan ke desa, atau tempat-tempat yang menawarkan ketenangan lainnya.

Kota seperti kantong semar yang menawarkan air kepada serangga yang kemudian akan dimangsanya. Orang-orang, seperti kumbang, berbondong-bondong pergi dari desa ke kota dengan harapan dapat menyesap mata air (fatamorgana) yang ditawarkan kota. Urbanisasi menjadi hal yang populer. Kota penuh sesak, menampung orang-orang desa dengan berbagai latar belakang.

Cuplikan film Fantasy Is a Concrete Jungle | Foto: tatkala.co/Jaswanto

Padahal, desa-desa memiliki kehijauan yang tak ternilai harganya jika dibandingkan dengan keburukan kota dengan pembangunannya yang anarkis. Tapi orang-orang berpikir bahwa mereka berada di sana untuk sementara waktu sambil menunggu kembali ke desanya. Itu adalah fantasi yang mencoba direkam Mehedi Mostafa.

“Membangun rumah adalah sesuatu yang penting untuk keberadaan di bumi. Kami membutuhkan area tertutup untuk ditinggali. Hewan-hewan juga akan membuat tempat berlindung sendiri. Mungkin kita hanya perlu menemukan keseimbangan antara kehidupan di alam liar dan kebutuhan domestik,” kata Mehedi Mostafa dalam sebuah wawancara.

“Fantasy Is A  Concrete Jungle” seperti menjembatani kesenjangan antara arsitektur dan filsafat. Pemikiran Chowdhury dan gambar-gambar yang disajikan Mostafa tampaknya menekankan gagasan pencarian jenis konsep arsitektur baru, yang mengacu pada kerinduan akan hubungan yang lebih bermakna secara spiritual dalam kehidupan perkotaan (dan sampai batas tertentu bahkan kehidupan perdesaan).

Saat kita menjelajah lebih jauh ke dalam narasi dan visual film dokumenter pendek ini, kita tidak dapat tidak untuk memperhatikan tingkat keterasingan tertentu yang ingin dibahas oleh sutradara, pula diam-diam mencari solusi dalam situasi kehidupan masyarakat saat ini, dan bagaimana sebaiknya kita menghuni lingkungan perkotaan dengan segala kesemerawutannya.

Pemikiran Mostafa tampak abstrak pada awalnya, dan beberapa poin malah sulit dipahami, tetapi hasil akhirnya cukup menarik, setidaknya dapat memantik perenungan yang menggugah pikiran tentang kehidupan modern dan bagaimana kita perlu menemukan kembali tempat-tempat di mana kita tinggal dan bekerja—atau setidaknya untuk menikmati masa tua.[T]

In the Shadow of the Cypress (2023) dan Post-Traumatic Stress Disorder
Film “2 Kumbang (Bugs)”: Menguak Sisi Gelap Media Sosial, Mulai dari Cara Mudah Mendapatkan Uang, hingga Dampak Buruknya bagi Anak
Black Rain in My Eyes (2023): “Kebohongan” Seorang Penyair kepada Putrinya yang Buta
In the Forest One Thing Can Look Like Another (2023): Yang Tampak dan yang Tak Tampak
Tags: film pendekMinikinoMinikino Film Week
Previous Post

Mengenang 13 Tahun “Tragedi Sebelas” [1]: Nusa Penida Kehilangan Seniman Ngaji Bersaudara Asal Sebunibus

Next Post

Sistem Pewarisan Tanah Masyarakat Bali, Suatu Pandangan, Menyongsong Masa Depan

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Menggugat Notaris

Sistem Pewarisan Tanah Masyarakat Bali, Suatu Pandangan, Menyongsong Masa Depan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

by Hartanto
May 18, 2025
0
Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

SELAMA ini, kita mengenal Pablo Picasso sebagai pelukis dan pematung. Sepertinya, tidak banyak yang tahu kalau dia juga menulis puisi....

Read more

“Study Tour”, Bukan Remah-Remah dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 18, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KONTROVERSI seputar pelarangan study tour sempat ramai menjadi perbincangan. Beberapa pemerintah daerah dan sekolah melarang siswa, mulai dari TK hingga...

Read more

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co