19 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tentang Ngampan, Lampan, dan Sekeh

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
September 19, 2024
inEsai
Tentang Ngampan, Lampan, dan Sekeh 

Batu Kembar Sawang Nungkak Gunung Payung, tampak Lampan indah sekali saat Tilem, 3 September 2024 | Foto : I Nyoman Tingkat

NGAMPAN adalah sebutan lain dari tebing-tebing dari timur ke barat sepanjang Pura Geger di Desa Adat Peminge hingga Uluwatu di Desa Adat Pecatu, bahkan sampai Jimbaran di Kecamatan Kuta Selatan, di Gumi Delod Ceking.

Istilah ngampan sama dengan Paparangan di Nusa Penida, kata I Ketut Langkir Kepala SMAN 1 Dawan, Klungkung. Secara topografi, antara Nusa Penida dan Gumi Delod Ceking memang mirip, baik flora maupun faunanya. Ikan-ikan laut Nusa Penida dan ikan laut Delod Ceking pun mirip.

Seperti telah saya ulas sebelumnya, ngampan di Gumi Delod Ceking berada di wilayah Desa Adat dengan status berbeda. Setidaknya ada lima desa adat memiliki wewidangan ngampan di Gumi Delod Ceking: Peminge, Kutuh, Ungasan, Pecatu, dan Jimbaran. Kelima Desa Adat yang ber-ngampan itu membentuk setengah lingkaran ibarat cincin yang membatasi laut Pantai Selatan Bali dari gempuran ombak, sebagai penahan gelombang.

Alam Delod Ceking telah menyiapkan sempedan pantai penawar abrasi, yaitu ngampan. Pasir-pasir pun secara alami disebar secara merata. Ketika dikeruk dan direkayasa kemudian dipindahkan karena kerakusan manusia, keselarasannya akan terganggu. Dampak ikutannya pun bisa abrasi pantai. Begitulah antara pasir laut dan ngampan sesungguhnya saling mendukung keseimbangan secara alamiah.

Namun, eksistensi ngampan di masing-masing desa adat berbeda-beda. Di Desa Adat Peminge, misalnya, ngampan sudah dikuasai investor. Akses turun ke laut bagi bandega tradisional pun menjadi terbatas padahal ia telah merawat sejak leluhurnya ada. Tidak ada lagi jalan tradisional berkearifan lokal yang disebut rurung klasiran menuju mulut pantai yang penuh taksu itu.

Rurung klasiran warisan Belanda itu sungguh visioner dalam memberikan akses berkeadaban dan berkebudayaan. Tiada krama yang kabebeng ‘buntu’ tanpa akses. Kabebeng identik dengan kasepekang dengan hukum pengucilan. Soal pemetaan akses, kita patut  berguru kepada Belanda yang visioner memberikan jalan keluar dari isolasi terpencil.

Bersyukurlah, ngampan menjadi karang pamupon Desa Adat Kutuh sehingga hak kelolanya di bawah desa adat. Walaupun jalan-jalan tradisional yang disebut rurung klasiran selebar 3 meter menuju pantai sudah tiada.

Inisiatif membelah tebing pada awal reformasi (1999) telah memproteksi jalur menuju pantai sebagai jalan utama melasti sekaligus menjadi akses utama menuju kawasan Wisata Pantai Pandawa yang mendunia itu. Walaupun sejumlah rurung klasiran sudah tiada, setidaknya krama Desa Adat Kutuh punya dua akses utama menuju laut, di Pantai Gunung Payung dan di Pantai Pandawa.

Hal serupa juga terjadi di Desa Adat Ungasan dengan pengelolaan ngampan di bawah kendali desa adat. Sementara di Desa Adat Pecatu, hak kelola ngampan ada yang menjadi pelaba pura dan sebagian telah dikuasai investor.

Penguasaan ngampan oleh investor semestinya dapat dikendalikan oleh desa adat melalui pararem sehingga keasrian dan kelestariannya dapat dijaga dan dirawat. Harmoni pun dapat dinikmati tidak hanya oleh penduduk sekitar tetapi juga oleh mereka yang lewat sebagai pelancong.

Jika tebing-tebing di Gumi Delod Ceking itu disebut ngampan, maka daratan di tengah laut disebut lampan. Lampan tampak bila air surut biasanya pada bulan mati (tilem) dan purnama.  Di sinilah bandega tradisional berburu ke laut untuk memenuhi kebutuhan pangan dan berguru untuk memenuhi kebutuhan spirit kehidupan yang dalam bin mahaluas, seluas samudera.

Di lampan, bandega tradisional bisa mendapatkan aneka kerang, kepiting, gurita, toro-toro ‘isi bulu babi’ yang mahaenak, juga bulung ‘rumput laut’. Semua itu sangat cocok untuk memenuhi gizi keluarga apalagi langsung diolah setelah didapat tanpa mampir ke kulkas.

Pastilah fresh maknyos. Begitulah lampan, daratan di tengah laut menyimpan aneka sumber makanan yang tiada habis asal dijaga dan dirawat dengan humanis sehingga biotanya tidak punah. 

Sekarang lampan bukan hanya melayani bandega tradisional untuk memenuhi kebutuhan akan lauk-pauk keluarga, melainkan juga menjadi objek wisata yang memukau bagi pelancong dari berbagai negeri. Mereka memenuhi kebutuhan sekunder, yaitu plesir yang rekreatif.

Penyewaan kano di Pantai Pandawa, misalnya, kala laut surut, menjadikan lampan sebagai  latar foto boot yang alami berdebur ombak bertebing ngampan. Om-om dan mbak-mbak pasti suka cita mengabadikan. Ibarat pasangan raja dan ratu bersiram di laut lalu nginyah ‘berjemur‘ di lampan larut bersenyawa dengan angin laut yang membawa kenangan ke ujung samudera.

Jika mereka sedang bercinta, imajinasi pun dibangun. Cinta sedalam dan seluas samudera. Lampan Delod Ceking jadi saksi. Duh, mesranya!

Begitulah, lampan menyediakan sumber makanan dan narasi tanpa batas. Lebih-lebih pagi saat sunrise atau sore saat sunset dengan paduan jukung merapat ke darat. Sungguh lukisan alam superindah dengan latar ombak membentur lampan.

Ruang selfi terbuka berkeagungan semesta raya. Bila Chairil Anwar bilang, “sedang dengan cermin aku enggan berbagi”, para pelancong kini justru sebaliknya, “Aku selfi, maka aku ada”.  Bahkan bisa jadi viral yang sekaligus mempromosikan kawasan.

Kawasan di antara ngampan dan lampan disebut sekeh. Sekeh juga menjadi ladang bandega tradisional untuk berburu ikan-ikan kecil, seperti tawah, sangsit, jretjet, muduk. Penggunaan jaring di surut air laut pasti tenang, tidak terlalu membahayakan bagi mereka yang tidak bisa berenang. Akan tetapi, mereka harus tetap waspada karena banyak ranjau bulu babi yang membahayakan atau ikan-ikan yang salah tangkap atau sekadar lewat bisa mencelakakan.  

Baik bandega di sekeh maupun di laut lepas sama-sama punya tantangan. Oleh karena itu, perlu waspada dan eling. Laut yang dalam bahasa Bali disebut pasih, sering juga dimaknai kapah sih—‘jarangmemberi’.

Untuk mendapatkan anugerah pemberian dari Dewa Baruna, bendega dituntut dan dituntun untuk melaksanakan dharma bandega dengan kesadaran bahwa laut kaya tetapi tenget dan membahayakan. Pelih agulikan, bukan ikan yang didapat, bisa jadi justru dimangsa ikan.

Oleh karena laut itu tenget, bandega perlu terus inget, eling, dan waspada agar selamat dalam menempuh pendidikan maritim di laut senyatanya. Pendidikan demikian bisa berbuah mutiara untuk memuliakan kehidupan.

Pada akhirnya, bandega berkearifan lokal itu akan kembali memuliakan laut tidak saja dalam konteks kontak mencari sumber makanan, tetapi juga memuja spirit laut dalam ritual segara-giri, ritual nyegara-gunung.[T]

BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT

Rumput Laut Delod Ceking, Nasibmu Kini
Di Puncak Tegeh Buhu
Desa Adat Kutuh Sebagai Desa Pemancar
Di Puncak Tegeh Kaman
Bak Inpres dan Cubang Air di Gumi Delod Ceking
Tags: lampanngampansekeh
Previous Post

Tradisi Maulud Desa Pengastulan: Setembak, Belebet, Taluh Sokok, dan Asyrakalan

Next Post

𝗠𝗔𝗧𝗜 𝗖𝗔𝗥𝗔 𝗛𝗜𝗡𝗗𝗨 (𝟮)

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

𝗠𝗔𝗧𝗜 𝗖𝗔𝗥𝗔 𝗛𝗜𝗡𝗗𝗨 (𝟮)

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Meredefinisi Kebangkitan Nasional di Era Digital

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 19, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Bangsa adalah komunitas terbayang, dan seperti komunitas lainnya, bangsa hanya hidup sejauh ia diyakini oleh orang-orang yang menjadi bagiannya.”-- Benedict...

Read more

Film Cina dan Drama Cina, Mana yang Paling Seru?

by Satria Aditya
May 18, 2025
0
Film Cina dan Drama Cina, Mana yang Paling Seru?

ADAKAH yang rindu dengan Wong Fei Hung? Atau sebutan kakak pertama, kedua dan ketiga? Di sini saya mengatakan kejujuran bahwa...

Read more

Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

by Hartanto
May 18, 2025
0
Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

SELAMA ini, kita mengenal Pablo Picasso sebagai pelukis dan pematung. Sepertinya, tidak banyak yang tahu kalau dia juga menulis puisi....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co