18 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tentang Ngampan, Lampan, dan Sekeh

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
September 19, 2024
inEsai
Tentang Ngampan, Lampan, dan Sekeh 

Batu Kembar Sawang Nungkak Gunung Payung, tampak Lampan indah sekali saat Tilem, 3 September 2024 | Foto : I Nyoman Tingkat

NGAMPAN adalah sebutan lain dari tebing-tebing dari timur ke barat sepanjang Pura Geger di Desa Adat Peminge hingga Uluwatu di Desa Adat Pecatu, bahkan sampai Jimbaran di Kecamatan Kuta Selatan, di Gumi Delod Ceking.

Istilah ngampan sama dengan Paparangan di Nusa Penida, kata I Ketut Langkir Kepala SMAN 1 Dawan, Klungkung. Secara topografi, antara Nusa Penida dan Gumi Delod Ceking memang mirip, baik flora maupun faunanya. Ikan-ikan laut Nusa Penida dan ikan laut Delod Ceking pun mirip.

Seperti telah saya ulas sebelumnya, ngampan di Gumi Delod Ceking berada di wilayah Desa Adat dengan status berbeda. Setidaknya ada lima desa adat memiliki wewidangan ngampan di Gumi Delod Ceking: Peminge, Kutuh, Ungasan, Pecatu, dan Jimbaran. Kelima Desa Adat yang ber-ngampan itu membentuk setengah lingkaran ibarat cincin yang membatasi laut Pantai Selatan Bali dari gempuran ombak, sebagai penahan gelombang.

Alam Delod Ceking telah menyiapkan sempedan pantai penawar abrasi, yaitu ngampan. Pasir-pasir pun secara alami disebar secara merata. Ketika dikeruk dan direkayasa kemudian dipindahkan karena kerakusan manusia, keselarasannya akan terganggu. Dampak ikutannya pun bisa abrasi pantai. Begitulah antara pasir laut dan ngampan sesungguhnya saling mendukung keseimbangan secara alamiah.

Namun, eksistensi ngampan di masing-masing desa adat berbeda-beda. Di Desa Adat Peminge, misalnya, ngampan sudah dikuasai investor. Akses turun ke laut bagi bandega tradisional pun menjadi terbatas padahal ia telah merawat sejak leluhurnya ada. Tidak ada lagi jalan tradisional berkearifan lokal yang disebut rurung klasiran menuju mulut pantai yang penuh taksu itu.

Rurung klasiran warisan Belanda itu sungguh visioner dalam memberikan akses berkeadaban dan berkebudayaan. Tiada krama yang kabebeng ‘buntu’ tanpa akses. Kabebeng identik dengan kasepekang dengan hukum pengucilan. Soal pemetaan akses, kita patut  berguru kepada Belanda yang visioner memberikan jalan keluar dari isolasi terpencil.

Bersyukurlah, ngampan menjadi karang pamupon Desa Adat Kutuh sehingga hak kelolanya di bawah desa adat. Walaupun jalan-jalan tradisional yang disebut rurung klasiran selebar 3 meter menuju pantai sudah tiada.

Inisiatif membelah tebing pada awal reformasi (1999) telah memproteksi jalur menuju pantai sebagai jalan utama melasti sekaligus menjadi akses utama menuju kawasan Wisata Pantai Pandawa yang mendunia itu. Walaupun sejumlah rurung klasiran sudah tiada, setidaknya krama Desa Adat Kutuh punya dua akses utama menuju laut, di Pantai Gunung Payung dan di Pantai Pandawa.

Hal serupa juga terjadi di Desa Adat Ungasan dengan pengelolaan ngampan di bawah kendali desa adat. Sementara di Desa Adat Pecatu, hak kelola ngampan ada yang menjadi pelaba pura dan sebagian telah dikuasai investor.

Penguasaan ngampan oleh investor semestinya dapat dikendalikan oleh desa adat melalui pararem sehingga keasrian dan kelestariannya dapat dijaga dan dirawat. Harmoni pun dapat dinikmati tidak hanya oleh penduduk sekitar tetapi juga oleh mereka yang lewat sebagai pelancong.

Jika tebing-tebing di Gumi Delod Ceking itu disebut ngampan, maka daratan di tengah laut disebut lampan. Lampan tampak bila air surut biasanya pada bulan mati (tilem) dan purnama.  Di sinilah bandega tradisional berburu ke laut untuk memenuhi kebutuhan pangan dan berguru untuk memenuhi kebutuhan spirit kehidupan yang dalam bin mahaluas, seluas samudera.

Di lampan, bandega tradisional bisa mendapatkan aneka kerang, kepiting, gurita, toro-toro ‘isi bulu babi’ yang mahaenak, juga bulung ‘rumput laut’. Semua itu sangat cocok untuk memenuhi gizi keluarga apalagi langsung diolah setelah didapat tanpa mampir ke kulkas.

Pastilah fresh maknyos. Begitulah lampan, daratan di tengah laut menyimpan aneka sumber makanan yang tiada habis asal dijaga dan dirawat dengan humanis sehingga biotanya tidak punah. 

Sekarang lampan bukan hanya melayani bandega tradisional untuk memenuhi kebutuhan akan lauk-pauk keluarga, melainkan juga menjadi objek wisata yang memukau bagi pelancong dari berbagai negeri. Mereka memenuhi kebutuhan sekunder, yaitu plesir yang rekreatif.

Penyewaan kano di Pantai Pandawa, misalnya, kala laut surut, menjadikan lampan sebagai  latar foto boot yang alami berdebur ombak bertebing ngampan. Om-om dan mbak-mbak pasti suka cita mengabadikan. Ibarat pasangan raja dan ratu bersiram di laut lalu nginyah ‘berjemur‘ di lampan larut bersenyawa dengan angin laut yang membawa kenangan ke ujung samudera.

Jika mereka sedang bercinta, imajinasi pun dibangun. Cinta sedalam dan seluas samudera. Lampan Delod Ceking jadi saksi. Duh, mesranya!

Begitulah, lampan menyediakan sumber makanan dan narasi tanpa batas. Lebih-lebih pagi saat sunrise atau sore saat sunset dengan paduan jukung merapat ke darat. Sungguh lukisan alam superindah dengan latar ombak membentur lampan.

Ruang selfi terbuka berkeagungan semesta raya. Bila Chairil Anwar bilang, “sedang dengan cermin aku enggan berbagi”, para pelancong kini justru sebaliknya, “Aku selfi, maka aku ada”.  Bahkan bisa jadi viral yang sekaligus mempromosikan kawasan.

Kawasan di antara ngampan dan lampan disebut sekeh. Sekeh juga menjadi ladang bandega tradisional untuk berburu ikan-ikan kecil, seperti tawah, sangsit, jretjet, muduk. Penggunaan jaring di surut air laut pasti tenang, tidak terlalu membahayakan bagi mereka yang tidak bisa berenang. Akan tetapi, mereka harus tetap waspada karena banyak ranjau bulu babi yang membahayakan atau ikan-ikan yang salah tangkap atau sekadar lewat bisa mencelakakan.  

Baik bandega di sekeh maupun di laut lepas sama-sama punya tantangan. Oleh karena itu, perlu waspada dan eling. Laut yang dalam bahasa Bali disebut pasih, sering juga dimaknai kapah sih—‘jarangmemberi’.

Untuk mendapatkan anugerah pemberian dari Dewa Baruna, bendega dituntut dan dituntun untuk melaksanakan dharma bandega dengan kesadaran bahwa laut kaya tetapi tenget dan membahayakan. Pelih agulikan, bukan ikan yang didapat, bisa jadi justru dimangsa ikan.

Oleh karena laut itu tenget, bandega perlu terus inget, eling, dan waspada agar selamat dalam menempuh pendidikan maritim di laut senyatanya. Pendidikan demikian bisa berbuah mutiara untuk memuliakan kehidupan.

Pada akhirnya, bandega berkearifan lokal itu akan kembali memuliakan laut tidak saja dalam konteks kontak mencari sumber makanan, tetapi juga memuja spirit laut dalam ritual segara-giri, ritual nyegara-gunung.[T]

BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT

Rumput Laut Delod Ceking, Nasibmu Kini
Di Puncak Tegeh Buhu
Desa Adat Kutuh Sebagai Desa Pemancar
Di Puncak Tegeh Kaman
Bak Inpres dan Cubang Air di Gumi Delod Ceking
Tags: lampanngampansekeh
Previous Post

Tradisi Maulud Desa Pengastulan: Setembak, Belebet, Taluh Sokok, dan Asyrakalan

Next Post

𝗠𝗔𝗧𝗜 𝗖𝗔𝗥𝗔 𝗛𝗜𝗡𝗗𝗨 (𝟮)

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

𝗠𝗔𝗧𝗜 𝗖𝗔𝗥𝗔 𝗛𝗜𝗡𝗗𝗨 (𝟮)

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Manusia Tikus”, Gen Z yang Terjebak di Kolong Kasur

by Petrus Imam Prawoto Jati
June 17, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

ADA satu istilah yang lagi rame di China sana, shǔ rén alias “manusia tikus”. Bagi sidang pembaca yang belum tahu,...

Read more

Kriteria dan Syarat Sosok Pemimpin di Suku Baduy

by Asep Kurnia
June 17, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

KRISIS kualitas kepemimpinan nasional sedang terjadi dan melanda secara dahsyat, moralitas dan tingkat keamanahan seorang pemimpin yang terpilih menunjukan kurva...

Read more

Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

by Lintang Pramudia Swara
June 16, 2025
0
Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

BEGITU enigmatik dan diabolis, saya rasa Han Kang memberi tawaran segar di kancah sastra dunia. Sejak diumumkan sebagai pemenang Nobel...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng
Khas

Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng

MENJAGA hutan desa, tidak cukup dengan hanya berkoar—atau mengajak sesama mari menjaga hutan dan air; untuk hidup yang sedang berlangsung,...

by Sonhaji Abdullah
June 17, 2025
Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025
Khas

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

TIDAK ada Petruk dalam Drama Gong Banyuning, Singaraja, yang bakal pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025. Tentu saja. Yang...

by Komang Puja Savitri
June 16, 2025
Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja
Persona

Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

SETIAP Minggu pagi, Taman Kota Singaraja menjelma menjadi panggung kecil bagi berbagai aktivitas. Ada anak-anak berlarian, ibu-ibu berbincang sambil menemani...

by Arix Wahyudhi Jana Putra
June 16, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co