PEREMPUAN itu duduk termenung di teras rumah. Ia mengusap-usap kaki seperti memberi kekuatan pada kakinya yang renta.
“Kaki saya sakit akibat terjatuh di halaman rumahnya,” kata perempuan itu.
Perempuan itu bernama Luh Setiari. Usinya 75 tahun. Ia tinggal sebatang kara di Desa Padangkeling, Buleleng. Sudah lama ia ditinggal sang suami dan tak memiliki anak.
Hari-harinya ia jalani dalam keterbatasan ekonomi. Kartu jaminan sosial yang seharusnya menjadi secercah harapan pun tak dapat diperpanjang karena ia tak memiliki siapapun yang dapat membantunya mengurus administrasi.
“Saya sudah lama tinggal sendiri, untuk makan sehari-hari kadang-kadang dibantu oleh keponakan dan tetangga,” ucapnya.
Luh Setiari | Foto: Dok. panitia ngejot HMPS Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Setiari tampak tersenyum ketika sejumlah mahasiswa dari Himpunan Mahasiwa Program Studi (HMPS) Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja mengunjungi rumahnya, Jumat, 6 September 2024.
Mahasiswa itu datang berkaitan dengan program “Ngejot”, sebuah program berbagi yang diinisiasi HMPS Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja sejak setahun lalu.
Dalam program “Ngejot” itu, mahasiswa membawa bingkisan sembako untuk dibagikan kepada warga yang benar-benar membutuhkan. Salah satunya adalah Luh Setiari.
“Terima kasih banyak, Dik, saya sangat bersyukur dengan adanya bantuan sembako ini,” ujar Setiari dengan suara lirih ketika mahasiswa menampaikan bingkisan kepadanya.
Panitia ngejot HMPS Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Kisah Nenek Setiari ini hanyalah satu dari sekian banyak kisah haru yang terungkap dalam kegiatan “Ngejot” yang telah dilaksanakan sebanyak dua kali sejak setahun lalu. Kegiatan Ngejot memang bertujuan untuk berbagi rezeki pada masyarakat kurang mampu, khususnya para lansia.
Dukungan dari Buleleng Social Community (BSC) dan Yayasan Bersama semakin memperkuat semangat para mahasiswa dalam menjalankan kegiatan sosial ini. Bantuan berupa sembako dan kebutuhan sehari-hari lainnya disalurkan dalam bentuk 10 paket sembako untuk 4 desa, yaitu Desa Petandakan, Desa Penglatan, Desa Padangkeling, dan Kelurahan Banyuning.
“Ini wujud kepedulian mahasiswa terhadap sesama,” kata Ketua Panitia HUT HMPS Ilmu Komunikasi, Widya Yeni. “Kami ingin berbagi dengan sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Semoga bantuan ini dapat bermanfaat dan menginspirasi orang lain untuk ikut berpartisipasi.”
Dalam kunjungan lainnya di Desa Banyuning, tim HMPS juga menemui Nenek Made Sasih (80), seorang lansia yang sedang dalam kondisi sakit karena baru saja terjatuh. Kecelakaan tersebut menyebabkan lebam pada tangannya, sehingga ia tak lagi mampu menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa.
“Kami tinggal bersama keluarga, anak-anak saya yang bergantian mengurus saya,” ungkapnya dengan nada lemah saat ditemui oleh tim.
Sebelum terjatuh, Made Sasih bekerja sebagai penjahit tamas (semacam piring dari anaman janur untuk tempat banten atau sarana upacara). Dari hasil pekerjaannya, ia biasa mendapatkan penghasilan sekitar Rp.150.000 seminggu.
Namun, penghasilan tersebut harus dibagi untuk membayar tukang antar, membeli bahan, dan kebutuhan lainnya, sehingga sering kali hanya sedikit uang yang tersisa.
“Saya biasanya menjahit tamas untuk banten, tapi sekarang tidak bisa lagi karena jatuh ini,” tambahnya sambil menunjukkan tangan yang lebam.
Made Sasih | Foto: Dok. panitia ngejot HMPS Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Kini, setelah terjatuh, Made Sasih tidak bisa bekerja, dan penghasilan dari menjahit pun terhenti. Anak-anak Made Sasih bergantian merawatnya, tetapi kondisi ekonomi yang terbatas membuat hidupnya semakin sulit. Tim HMPS yang membawa bantuan sembako berharap dapat sedikit meringankan beban yang dirasakan Made Sasih dan keluarganya.
Dua kisah ini menggambarkan betapa kegiatan “Ngejot” tidak hanya menyentuh hati para penerima, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang kepedulian dan solidaritas terhadap sesama, terutama bagi mereka yang lanjut usia dan dalam kondisi yang memprihatinkan. [T]
Reporter: Gusti Ayu Putu Sri Swandewi
Penulis: Gusti Ayu Putu Sri Swandewi
Editor: Adnyana Ole
Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sempat menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) 2024 ditatkala.co.