TARI Kebesaran adalah salah satu bentuk seni tari yang mencerminkan keagungan, kebanggaan, dan semangat. Biasanya, tari ini digunakan dalam upacara formal atau perayaan penting untuk menghormati para pemimpin, tamu, atau sebagai bagian dari upacara yang sarat makna budaya. Dengan gerakan yang penuh wibawa dan simbolik, Tari Kebesaran tidak hanya menampilkan keindahan estetika, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai dan karakteristik dari sebuah lembaga.
Hampir seluruh perguruan tinggi di Bali memiliki tari kebesaran. Salah satunya adalah Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI Bali). Tari kebesaran UPMI Bali adalah Tari Mahadewa, tarian ini biasa dipentaskan saat kegiatan-kegiatan penting atau event-event besar, seperti Wisuda, Dies Natalis, pengukuhan Guru Besar, dan lain sebagainya.
Saya menyaksikan tarian tersebut saat Wisuda UPMI Bali ke-47, yang dilaksanakan di Aston Denpasar Hotel & Convention Center, pada 4 September 2024 yang lalu. Tari Mahadewa dipentaskan setelah pembukaan acara dan pembacaan doa, tepat sebelum menyanyikan bersama lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Ide cerita dari Tari Mahadewa merupakan buah pikiran Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum. (Rektor UPMI Bali). Dari ide cerita tersebut, kemudian diolah menjadi tarian estetis yang digarap oleh I Gede Gusman Adhi Gunawan, S.Sn., M.Sn. (seniman, Dosen UPMI Bali). selain itu, Tari Mahadewa juga diiringi dengan tabuh kebyar enerjik yang manis garapan I Ketut Lanus, S.Sn., M.Si. (seniman, Dosen UPMI Bali) yang turut melengkapi tarian tersebut menjadi makin ciamik.
Pementasan Tari Mahadewa saat Wisuda UPMI Bali ke-47 | Foto: dok. Dede
Pementasan Tari Mahadewa saat Wisuda UPMI Bali ke-47 | Foto: dok. Dede
Ketika dipentaskan, Tari Mahadewa ditarikan oleh enam penari perempuan dan satu penari laki-laki. Tarian ini diciptakan pada tahun 2021, dan pertama kali dipentaskan saat Wisuda UPMI Bali tahun 2021 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).
Tari Mahadewa tak hanya sekadar pertunjukan seni semata, tetapi juga simbol dari tradisi budaya yang mendalam, cerminan nilai-nilai luhur, serta penyatuan keindahan gerak dengan makna filosofis yang kuat.
I Gede Gusman Adhi Gunawan, S.Sn., M.Sn. atau yang akrab disapa Wawan Gumiart selaku koreografer, mengungkapkan bahwa dalam proses penciptaannya tidak ada kesulitan yang begitu berarti. Kendati demikian, tantangan dalam penggarapan tetap ada.
“Dalam proses penciptaannya tidak ada kesulitan, tetapi tantangan tentu ada. Karena menjadi tari kebesaran, tentu persiapannya juga harus bagus. Yang namanya tari kebesaran haruslah menjadi ikonik dan menjadi representasi dari sebuah lembaga yang tertuang dalam sebuah karya tari,” kata Wawan.
“Sebelumnya kami melakukan riset terlebih dahulu dari deskripsi yang dihadirkan, terkait dengan tokoh Mahadewa itu sendiri dan keterkaitannya dengan lembaga pendidikan UPMI. Yang paling menjadi pemikiran kemarin adalah bagaimana tarian ini supaya secara presentasi, estetika, logika, dan etikanya bisa terjaga. Kemudian dalam proses regenerasinya juga supaya tidak mengalami kesulitan. Jadi mulai dari pemilihan bahan, konsep kostum, pemilihan warna, dan motif geraknya itu dipertimbangkan secara matang,” jelasnya.
Wawan mengaku sangat bangga karena telah dipercaya menjadi koreografer Tari Mahadewa. Dalam konteks tari kebesaran, menurutnya tidak semua seniman bisa mendapatkan kesempatan untuk menciptakan karya tari yang ikonik.
“Saya sebagai koreografer, Pak Ketut Lanus sebagai komposer, dan juga teman-teman di prodi Pendidikan Sendratasik sebagai tim pendukung, mengucapkan terima kasih banyak kepada pimpinan lembaga. Mulai dari Bapak Ketua Yayasan dan Bapak Rektor yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami, karena sudah diberikan penghargaan yang luar biasa dan diberikan kesempatan untuk menciptakan karya Tari Mahadewa ini, serta digunakan sebagai tari kebesaran hingga saat ini,” ungkapnya.
Penari Tari Mahadewa saat Wisuda UPMI Bali ke-47 | Foto: dok. Oka Prawira
I Kadek Oka Prawira Wibawa atau akrab disapa Oka adalah mahasiswa dari program studi Pendidikan Seni, Drama, Tari dan Musik (Sendratasik). Ia merupakan salah satu penari yang berkesempatan berperan sebagai Mahadewa. Oka mengatakan, dirinya sangat merasa senang dan bangga ketika dipercaya membawakan Tari Mahadewa untuk pertama kalinya.
“Pertama kali Oka melihat Tari Mahadewa adalah ketika ada pengukuhan guru besar di kampus, saat Oka masih semester awal (mahasiswa baru). Ketika itu, Tari Mahadewa dipentaskan tepat di depan mata. Terlintas dalam benak Oka, “kapan ya saya bisa menarikan tari ini” dan Oka selalu menanamkan dalam diri, suatu saat nanti pasti akan bisa membawakan Tari Mahadewa,” ungkap Oka.
“Kemarin adalah kesempatan luar biasa, Oka akhirnya dipercaya oleh Pak Wawan untuk menarikan Tari Mahadewa dalam acara Wisuda kemarin,” ujarnya.
Oka mengaku tidak ada kesulitan dalam prosesnya, hanya saja karena jadwal yang terlalu padat, menjadi tantangan tersendiri baginya, karena ia mendapat waktu latihan yang amat terbatas.
“Di saat jadwal sedang lumayan padat, Pak Wawan memberikan Oka tantangan. yaitu menghafalkan Tari Mahadewa dan membawakannya di acara Wisuda kemarin. Nah Oka jadi punya tantangan besar, yaitu menghafalkan tari yang begitu rumit ragam geraknya. Karena saat pertama kali Oka melihat gerakannya, rasanya benar-benar susah untuk ditangkap, karena setiap detiknya ada saja perubahan. Apalagi isi palawakya, tentu saja Oka mempelajari bagaimana menggunakan vokal dalam palawakya dan bagaimana agar bisa menyesuaikan ekspresi dan gerak,” jelasnya.
Sebelum Tari Mahadewa dipentaskan, pewara membacakan sinopsis yang sarat makna dari tarian tersebut. “Tari Mahadewa mengisahkan tentang Dewa Mahadewa yang tiada lain merupakan perwujudan Dewa Siwa, sebagai sumber kekuatan intuisi dalam pancaran Tri Murti yang berhubungan dengan proses evolusi-involusi Tri Kona. Intuisi merupakan kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas, yaitu pemahaman di luar kesadaran sehingga terjadinya sebuah keajaiban. Dewa Mahadewa dengan saktinya Dewi Saci, dengan warna keemasan yang dimiliki, menganugerahkan Tirta Kundalini demi kesejahteraan seluruh alam semesta,” setelah sinopsis dibacakan, para penari pun bersiap.
“Hadirin yang berbahagia, saksikanlah tari kebesaran Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. Tari Mahadewa!” begitulah pewara menyambut Tari Mahadewa dengan penuh semangat. Ketika gamelan dimainkan, penonton juga turut antusias dengan bertepuk tangan menyambut tari kebesaran itu mulai dipentaskan. [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulisDEDE PUTRA WIGUNA