30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sumbangsih Rempah-Rempah dalam Mengaya Metafora Bahasa Bali

Komang BeratabyKomang Berata
September 4, 2024
inEsai
Sumbangsih Rempah-Rempah dalam Mengaya Metafora Bahasa Bali
  • Artikel ini adalah hasil dari seminar “Khazanah Rempah dalam Lontar”, program khusus Singaraja Literary Festival 2024, yang didukung Direktorat PPK (Pengembangan & Pemanfaatan Kebudayaan), Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia, 23-25 Agustus 2024.

TIDAK cukup dengan kata lugas, kata kiasan dibutuhkan untuk memberi warna agar tidak terkesan monoton dalam berinteraksi. Terasa belum lengkap bertutur kata tanpa satu patah metafora, seperti itu kiranya.

Memenuhi kebutuhan bertutur kata yang berwarna, khazanah rempah-rempah turut serta mengaya metafora dalam bahasa Bali seperti cara (bojog) masisig jae, jrijin batis cara impangan jae, makunyit di alas, mabawang putih, kenyem mangle, dakin isen, kerik tingkih ketog semprong aud kelor, cara semal mongpong tingkih, aklamaran bawang, dan apakpakan base.

Cita rasa jahe itu pedas. Penutur bahasa Bali mengatakannya pengah. Meski sama-sama pengah, pengah jahe tidak sekeras pengah tabya bun (cabai hutan). Meski pedas, bisa jadi penutur bahasa Bali memilih pedas yang tidak keras sehingga muncul ungkapan cara masisig jae.

Seseorang dikatakan cara masisig jae ketika tampak kebingungan dalam menyikapi atau menanggapi sesuatu. Lebih sarkastis, cara masisig jae diungkapkan dengan cara bojog masisig jae (kera bersusur dengan umbi jahe).

Belum beranjak dari jahe, ada juga ungkapan jrijin batis cara impangan jae (jari kaki seperti rimpang umbi jahe) untuk menggambarkan pertumbuhan jari-jari kaki yang tidak lurus, akan tetapi tertekuk ke samping kiri atau kanan.

Kaki dengan jari seperti rimpang umbi jahe ini cenderung membutuhkan alas kaki yang lebih besar dari pada kaki dengan jari-jari yang tumbuh lurus. Seperti pedasnya jahe dengan pedasnya tabya bun, lebih tidak teratur pertumbuhan rimpang umbi isen (lengkuas) daripada rimpang umbi jahe sehingga ungkapan yang dipilih adalah rimpang umbi jahe, tidak rimpang umbi lengkuas.

Entah di hutan tidak ditemukan tumbuhan kunyit. Yang ditemukan hanya tumbuhan yang menyerupai kunyit, yaitu temu tis (temu lawak). Entah hal ini yang menjadi pemicu munculnya ungkapan makunyit di alas (bertemu). Entah. Saya belum pernah memasuki kawasan hutan. Hanya saja, temu tis juga tumbuh di ladang.

Dipercaya oleh tetua kami bahwa kunyit yang dipanen pada hari kajeng kliwon, dengan segera berubah menjadi temu tis pada sisa lingsehan (rumpun) kunyit yang tidak dipanen, meski itu mulanya kunyit warangan (umbi kunyit berwarna jingga pekat). Meski juga tidak dipanen bertepatan hari kajeng kliwon, tetua kami percaya bahwa lama-kelamaan warna umbi kunyit kian punah (pudar), menjadi kuning terang, walau tidak sampai menjadi temu tis.

Kemudian ada ungkapan mabawang putih. Bawang putih itu kasuna. Pengucapan kasuna seperti seirama dengan pisuna (fitnah). Bisa jadi ada hubungan timbulnya ungkapan mabawang putih dengan dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih, dalam dongeng Bali dituturkan Ni Bawang teken Ni Kasuna.

Bawang Merah dan Bawang Putih berbeda dengan Ni Bawang teken Ni Kasuna, dalam hal penokohan. Dalam dongeng berbahasa Indonesia, Bawang Merah itu tokoh antagonis, sedangkan Bawang putih itu tokoh protagonis. Berbeda dengan dongeng dalam bahasa Bali, Ni Bawang (Bawang Merah) itu protagonis, sedangkan Ni Kasuna (Bawang Putih) itu antagonis. Terjadinya perbedaan penokohan itu bisa jadi untuk menjaga irama kata kasuna yang lebih dekat dengan pisuna, sementara bawang lebih dekat dengan tawang (tahu).

Selain rimpang umbi jahe dan kunyit yang mengaya ungkapan dalam bahasa Bali, ada ungkapan kenyem mangle. Umbi bangle itu aromanya sangat menyengat. Orang yang tidak terbiasa dengan aroma menyengat, bisa jadi muntah-muntah karenanya.

Meski aromanya tidak mengenakkan, umbi bangle sangat dibutuhkan oleh mereka yang membuat satai jenis calon dan mereka yang memasak daging. Bagi tetua kami, sate calon (untuk kelengkapan sesaji pacaruan atau sesaji Hari Raya Kuningan) mesti, tidak boleh tidak, berisi umbi bangle. Satai tanpa daging ini yang tanpa umbi bangle bukanlah sate calon, akan tetapi sate nyuh (satai kelapa).

Sementara ketika memasak daging dibutuhkan umbi bangle untuk mengurangi aroma amis daging. Sebelum diolah, selama beberapa saat daging direndam air yang berisi umbi bangle yang digeprek atau diiris tipis. Umbi bangle dibutuhkan melengkapi bumbu ketika memasak ikan laut. Ikan laut membutuhkan bumbu level tinggi untuk mendapatkan cita rasa sesuai selera. Tanpa umbi bangle, bumbu ikan laut masuk kategori bumbu level lumah (rendah).

Untuk ungkapan kenyem mangle bukan diambil dari aroma atau bentuk rimpang umbi bangle. Cenderung warna umbi bangle yang menjadi penyebab. Penutur bahasa Bali mengatakan bahwa warna umbi bangle itu putih masawang kuning, sekadar kuning. Kenyem mangle adalah senyum yang dipaksakan adanya. Tidak senyum manis. Tidak juga senyum sinis. Lebih pada senyum kecewa.

Kalau yang ini adalah umpatan atau makian. Meski umpatan atau makian, dakin isen tidak jorok terasa. Daki itu kotor, isen itu umbi lengkuas. Umbi lengkuas yang kotor tidaklah jorok. Jika proses membersihkan kotoran yang melekat pada umbi rimpang menjadi penyebab munculnya ungkapan dakin isen, saya merasakan lebih sulit membersihkan kotoran pada rimpang umbi kunyit dan bangle daripada umbi lengkuas.

Rimpang umbi kunyit mudah patah. Rimpang umbi bangle banyak akar dan aromanya menyengat. Akar dan tanah yang melekat pada rimpang umbi lengkuas yang tidak mudah dipatahkan itu lebih mudah dibersihkan. Memang cara memanen umbi lengkuas jauh lebih sulit dibandingkan dengan memanen umbi kunyit atau bangle. Entah hal tersebut menyebabkan munculnya dakin isen itu.

Munculnya ungkapan kerik tingkih ketog semprong aud kelor pada kerik tingkih masih belum saya temukan asal-usulnya. Mengeluarkan daging buah kemiri dari kulit sekeras batok kelapa itu tidak dengan cara mengikis atau mengerik, akan tetapi dengan cara dipecahkan.

Ada dua cara memecahkan buah kemiri yaitu dengan memukulnya atau dengan cara membenturkan setelah dibungkus kain. Dengan ngetogang semprong atau ngetogang bungbung, sangat mudah keluar sesuatu yang ada di dalamnya. Demikian juga ngaud don kelor itu sangat mudah. Ranting kelor yang terpisah dari pohonnya, sangat mudah rontok daun-daunnya.

Bisa jadi sebuah ironi yang menjadi penyebab munculnya ungkapan cara semal mongpong tingkih. Tupai makan buah yang masih menggelantung di pohonnya adalah biasa seperti makan buah pepaya, rambutan, mangga, bahkan buah kelapa yang batoknya keras. Tupai makan buah kemiri, belum pernah saya temukan. Kalau kecilnya ukuran buah kemiri yang menjadi penyebab munculnya ungkapan ini, buah rambutan juga berukuran kecil.

Hanya saja buah rambutan itu kulitnya lunak, sedangkan buah kemiri kulit kerasnya sekeras batok kelapa. Dan saya belum tahu pasti ungkapan cara semal mongpong tingkih ditujukan kepada siapa atau dalam keadaan bagaimana. Ungkapan yang disampaikan seperti mengejek itu belum meyakinkan saya.

Ada juga ungkapan aklamaran bawang. Satu lapis umbi bawang merah yang masih mentah memang cukup tebal, akan tetapi satu lapis bawang merah yang kering sangatlah tipis. Meski setipis lapisan bawang merah kering, satu siung bawang putih yang hanya dibungkus satu lapis kulit yang sangat tipis tidak dipilih menjadi semacam padanan ungkapan.

Ungkapan aklamaran bawang (setipis satu lapis bawang merah) ini dituturkan untuk menggambarkan sesuatu yang berbeda tipis seperti swarga nerakane mabelat aklamaran bawang (sorga dan neraka berjarak setipis kulit bawang merah kering), idup matine mabelat aklamaran bawang (untuk mengungkapkan tentang hidup dan mati), dan seger sakite mabelat aklamaran bawang (untuk mengungkapkan tentang sehat dan sakit). Ungkapan aklamaran bawang bukanlah ungkapan pesimis, akan tetapi untuk mengungkapkan hidup itu seperti perputaran roda.

Sebelum saya tik kata penutup tulisan ini, saya manfaatkan kesempatan istirahat saya. Ditekankan oleh tetua kami agar tidak berlama-lama kami beristirahat. Jika tubuh kami basah kuyup oleh keringat, rentang waktu istirahat kami adalah hanhya untuk ngiyatang peluh (tidak ada lagi keringat di tubuh kami).

Jika letih kami tidak disertai dengan keringat di tubuh, rentang waktu istirahat kami hanya apakpakan base. Rentang waktu yang dibutuhkan seseorang mengunyah sirih sampai sirih menjadi lembut, itu rentang waktu terlama untuk istirahat seseorang.[T]

BACA artikel lain terkait SINGARAJA LITERARY FESTIVAL 2024

Rempah Paling Queer: Sebuah Pertanyaan yang Masih Menggantung
Menebak Aroma Sihir Janda Jirah
Merayakan Khazanah Rempah dalam Lontar Bali, Sesi Khusus Singaraja Literary Festival 2024
Menggali Khazanah Rempah dalam Lontar Bali: Usadha, Gandha, dan Boga
Tags: jalur rempahrempahSingaraja Literary FestivalSingaraja Literary Festival 2024
Previous Post

Rempah Paling Cong!

Next Post

Tentang Petani Cengkeh, Berkah dan Masalah, serta Surga dan Neraka

Komang Berata

Komang Berata

Pemerhati Bahasa Bali, tinggal di Karangasem

Next Post
Tentang Petani Cengkeh, Berkah dan Masalah, serta Surga dan Neraka

Tentang Petani Cengkeh, Berkah dan Masalah, serta Surga dan Neraka

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co