Menyambut Lustrum (HUT V) SMA Negeri 2 Kuta Selatan berbagai persiapan dan pembenahan dilakukan di lingkungan sekolah, di antaranya penerbitan 2 buku guru dan majalah sekolah Kontemplasi Edisi III pada bulan Agustus 2024, pembuatan Tari Maskot Sekolah Sisya Natya Jnani (Tari Siswa Terpelajar), Pembangunan dua pojok baca masing-masing berukuran 3 x 3 m yang cukup representatif.
Ketiganya diniatkan untuk memberikan suasana baru dalam perayaan HUT V sekaligus memberikan ruang apresiasi bagi siswa mengekspresikan talentanya. Singkatnya, semua pembenahan dilakukan agar berdampak positip bagi siswa dengan lingkungan yang aman, nyaman, menyenangkan dan menenangkan yang pada akhirnya membahagiakan semua komunitas sekolah.
Salah satu yang terbaru yang tampak secara fisik adalah pembangunan dua pondok baca yang representatif sebagai ruang terbuka. Pondok baca ini mengingatkan saya pada Pondok Sastra yang pernah ada di Kaki Pulau Bali, di Kawasan Nusa Dua didirikan oleh Kawi Wiku Danghyang Nirartha, yang melahirkan Kakawin Anyang Nirartha. Pun Ketika beliau berhasil memetik buah sepi di tebing-tebing bukit yang berhadapan dengan laut Pantai Selatan Bali melalui karyanya Kidung Rasmi Sancaya Edan Lelangon.
Konon, kesepianlah yang membetot pikiran beliau dalam hening penuh inspirasi. Maka tidak berlebihanlah, jika beliau juga melahirkan Kakawin Dharma Sunya. Puncak sepi beliau di Pura Uluwatu, tempat moksa-Nya. Kelak tempat-tempat itu menjadi objek wisata kelas dunia. Dulu, Dang Hyang Nirartha berdharma yattra untuk mencari ketenangan bercengkrama dengan ombak tebing dan bunga pandan yang tumbuh di bebukitan, kini wisatawan berdharma wisata berseliweran datang mencari kesenangan.
Ketenangan dan kesenangan adalah dua kata yang berbeda secara semantik. Ketenangan mencitrakan kedalaman dan keluasan wawasan ibarat Samudra yang penuh mutiara dan memvibrasikan spiritualitas. Kesenangan menggambarkan suasana permukaan ibarat pesurfing bermain ombak nyata dilihat yang dinikmati secara terbatas oleh pelaku. Semacam ritual yang megah meriah ditonton minim tuntunan.
Bukanlah suatu kebetulan bila di Gumi Delod Ceking (Sebutan bagi daerah Selatan Jimbaran khususnya Kuta Selatan) memiliki Lembaga Pendidikan paling lengkap di Bali. Ada 3 Perguruan Tinggi Negeri (Unud, Poltekpar Bali, PNB), terdapat tiga SMA Negeri, tersedia dua SMK Negeri, juga ada lima SMP Negeri, Puluhan SD Negeri, dan satu TK Negeri Pembina.
SMA Negeri 2 Kuta Selatan adalah salah satu lembaga Pendidikan yang juga berada di Kawasan Wisata Nusa Dua. Maka, wajarlah bila SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska) mendirikan Pondok Baca sebagai Pondok Sastra belajar menyerap energi Sang Maha Kawi Wiku. Maka, Program Sadhar Nama (Berbuka Puasa, Dharma Shanti, dan Natal Bersama), Program Canang Sari (Cari Tenang Setiap Hari) dan Masima Krama Toska (Makan Siang Bersama Krama Toska) adalah strategi belajar menyenangkan dan menenangkan di tengah multikultur warganya.
Sadhar Nama adalah program memuliakan perbedaan untuk memperkuat kohesi dan koherensi kebangsaan demi Toska dan Indonesia Jaya. Masima Krama adalah program untuk memenuhi kebutuhan fisik sejalan dengan sehat bergizi dan sehat fisik dalam Program Gerakan Sekolah Sehat (GSS). Sementara itu, Canang Sari adalah program untuk memenuhi kebutuhan spirit sejalan dengan sehat jiwa dan sehat lingkungan dalam GSS. Jadi, kedua program itu pada hakikatnya menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani, sekala – niskala demi harmonisasi.
Begitulah sekolah membuat program berkearifan lokal menggunakan akronim berbahasa Bali memuliakan tradisi yang penuh makna direlasikan dengan semangat kebangsaan dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Perbedaan Bahasa bukanlah dipertentangkan, melainkan dijadikan perekat persatuan dan kesatuan bangsa sebagai penghormatan terhadap warisan leluhur. Pun tidak tabu menerima pengaruh dari bahasa asing untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan bangsa. Ini sejalan dengan Teori Trikon dari Ki Hadjar Dewantara : Konsentris, Kontinuitas, dan Konvergensi.
Sangatlah logis pula, bila sejak awal Toska berdiri (3 September 2019), banyak dikunjungi pelancong dari berbagai daerah di Indonesia dan dunia. Mereka menabur ilmu dan aneka pengalaman berkolaborasi dengan warga sekolah. Ibarat menanam benih tanaman di Taman Toska yang diolah di pondok baca. Terimplisit maksud, Pondok Baca sebagai Pondok Sastra membuat seluruh warganya semakin literat terbebas dari hoax dan onjol.
Salam Literasi dari kedalaman dan keluasan Samudra tanpa batas. Selamat Ulang Tahun ke-5, Toska Jaya! [T]
BACA artikel lain dari penulisNYOMAN TINGKAT