2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kota Bandit | Cerpen Daviatul Umam

Daviatul UmambyDaviatul Umam
July 20, 2024
inCerpen
Kota Bandit | Cerpen Daviatul Umam

Ilustrasi tatkala.co

MALAM sudah suntuk ketika Yuyud dan Eeng kembali ke markas di waktu yang hampir bersamaan. Di masing tangan keduanya tergenggam sebilah parang berlumur darah. Sejumlah orang di ruang markas menatapnya takjub. Satu di antara mereka lantas bertepuk tangan dengan mode lambat, pertanda kagum dan bangga atas keberhasilan calon anak buahnya.

Pria itu bernama Fahri, ketua geng Alexer yang beranggotakan dua belas orang siswa dari satu sekolah yang sama. Meski bertubuh kurus, ilmu bela dirinya tidak bisa dianggap remeh. Fahri pernah menaklukkan lima orang lawannya sekaligus dengan tangan kosong, saat ia berkendara seorang diri di malam buta. Ia juga pernah mengalahkan musuh bebuyutannya, Reza—ketua geng Galaxi—dalam sebuah pertandingan khusus untuk menunjukkan siapa di antara dua kepala geng itu yang paling hebat.

Setiap sekolahnya memasuki periode baru, geng Alexer membuka peluang bagi siswa-siswa baru secara diam-diam. Mereka butuh generasi untuk menjaga eksistensi dan melanjutkan perjalanan geng. Adalah kesialan terburuk bagi mereka, jika geng yang didirikan oleh seniornya sejak 2009 itu sampai punah. Ia tak ubahnya warisan sakral yang harus dirawat secara turun-temurun.

Ada lima siswa baru di tahun ini yang mengajukan diri. Sudah sedikit, tiga orang dari mereka terpaksa harus ditolak karena dirasa tidak punya cukup nyali. Terbilang ketat memang, sebab geng tersebut bukan tempat penampungan cecunguk yang hanya suka main remi, gemar mabuk-mabukan, atau hobi menggaung-gaungkan mesin motor di jalanan. Ini soal kejantanan dan nyawalah taruhannya. Jadi, cuma dua orang saja yang dinilai memenuhi kriteria: Yuyud dan Eeng.

Tidak cukup di situ. Ada syarat utama yang terlebih dahulu wajib dilakukan oleh setiap calon anggota sebelum dinyatakan resmi bergabung. Mereka harus melukai tubuh seseorang, minimal, dan akan menjadi nilai plus jika sampai terbunuh. Tak peduli tua atau muda, laki-laki atau perempuan, yang akan menjadi sasaran. Yang penting, calon anggota membawa bukti nyata ke hadapan ketua geng, dengan menunjukkan senjata tajam yang telah berlumur darah.

“Hahaha. Bagus, bagus!” seru Fahri setelah Yuyud dan Eeng menyerahkan parang berbalur cairan amis itu kepadanya. Sontak Yuyud dan Eeng tersenyum lega.

Lagi-lagi belum cukup di situ. Bisa saja darah yang menempel di kedua parang itu darah ayam, bebek, kelinci atau kucing yang mereka sembelih. Seperti biasa, kebenaran akan bicara keesokan harinya. Kalau media sosial ramai membicarakan aksi pembacokan liar, otomatis Yuyud dan Eeng resmi diakui sebagai anggota Alexer. Sebaliknya, jika tidak, mereka gagal dan mereka sendiri yang bakal jadi tumbal atas dasar penipuan. Berkhianat, bagi Alexer, sama saja dengan melecehkan nama besar geng.

Alexer tidak mau punya anggota pengecut. Itulah prinsip terbesar yang senantiasa dipegang teguh masing-masing anggota antar generasi. Sanksi bagi yang melanggarnya bukan pemecatan, melainkan penumpasan. Hal demikian pernah terjadi pada tahun 2016. Seorang anggota diketahui bercakap-cakap dengan mantan anggota geng Galaxi di luar pagar sekolah. Tak menunggu waktu lama, malam harinya bocah itu langsung dieksekusi di markas.

Padahal, orang yang diduga sebagai mantan anggota geng Galaxi itu, bukanlah seperti yang mereka kira. Dia merupakan adik kandung dari orang yang dicurigai, yang sekilas memang ada kemiripan di antara rupa keduanya. Dia tidak pernah bergabung dengan geng mana pun. Dia tak lain tetangga si korban. Dia menyambangi si korban ke sekolah semata-mata untuk memberi tahu, kalau ibunya terserang strok dan kondisinya sangat memprihatinkan.

Sayangnya, tak ada yang tahu bahwa kejadian tersebut merupakan kesalahpahaman belaka. Tiba-tiba saja anak malang itu ditelepon oleh ketua gengnya saat ia menjaga sang ibu di rumah sakit. Sebenarnya ia sempat menolak perintah si penelepon agar ke markas. Tetapi karena diancam, ia menurut juga akhirnya.

Begitu tiba di markas, tanpa sempat mengucapkan sepatah kata pun, kawan-kawannya segera menghantamnya bertubi-tubi. Lelaki tujuh belas tahun itu ambruk. Mukanya babak belur. Dari mulut dan lubang hidungnya darah pekat bercucuran. “Apa salahku, Bos?” pekiknya sambil terbatuk-batuk ketika sang ketua geng mendekat. Yang dipanggil bos mencondongkan badan, lantas menjawabnya dengan tusukan golok dua kali.

***

Pagi-pagi kota A dihebohkan dengan penemuan mayat sesosok laki-laki di kecamatan S, tepatnya di jalan Dewi Padi di samping warung makan Burjo. Peristiwa yang diketahui merupakan korban pembunuhan itu diwartakan media-media nasional, kemudian terus disebarkan oleh media-media online. Beberapa jam kemudian, muncullah sebuah postingan seorang mahasiswi yang bercerita bahwa dirinya disayat sebanyak tiga kali oleh pemuda bermotor, disertai dengan foto luka di lengannya yang telah dibebat kain kasa, sehingga turut tersebar luas menjejali dinding X dan Facebook, sebelum akhirnya juga diberitakan oleh sejumlah media.

Dua berita tersebut sungguh membuat seisi kota A gaduh. Link berita semakin meluas. Berbagai caption serta komentar warganet dari segala penjuru Indonesia yang berisi kecaman, tuntutan keadilan, ragam pendapat, maupun sekadar ungkapan rasa iba terhadap korban, memadati media massa dan kolom komentar berita. Kata kunci “bandit” dan “geng pelajar” menempati posisi teratas di kolom pencarian aplikasi X. Tagar #tumpasbandit dan #tumpasbanditdikotaa tak kalah trendingnya. Petisi desakan kepada pemerintah untuk menjalankan proses hukum atas pelaku, juga dilayangkan.

Mengapa sampai seheboh itu? Mengapa netizen begitu berang? Karena ini kasus lama dan terus berulang-ulang hampir tiap tahun tanpa penanganan yang serius. Sudah menjadi rahasia umum kalau di kota A terdapat kejahatan jalanan, yang pelakunya tak lain adalah para pelajar. Sudah terlalu banyak korban berjatuhan, baik warga pribumi maupun perantau. Itulah sebabnya orang-orang takut bepergian di larut malam. Mereka yang pulang kerja pada jam 24 ke atas, berkendara dengan dada yang disesaki rasa cemas. Sebagian penduduk luar yang ingin merantau ke kota A, terpaksa harus mengurungkan niatnya.

Namun, tak pernah ada penyelesaian secara optimal. Setiap kali kasus serupa terjadi, terulang dan terulang lagi, para pelaku hanya ditahan beberapa hari di kantor kepolisian, diberi bimbingan ala kadarnya, lalu dipulangkan dan kembali bebas berkeliaran. Setiap kali polisi ditanyai kenapa bandit-bandit itu tidak dipenjara saja biar jera, satu-satunya alasan yang mereka berikan: karena para pelaku masih di bawah umur. Lain halnya tanggapan Bapak Wali Kota. Katanya, sebaiknya kasus demikian tak perlu dibesar-besarkan. Bisa jadi itu cuma isu yang dibuat oleh oknum-oknum yang ingin menodai citra kota A.

***

Fahri dan kawan-kawannya mengembuskan napas kegembiraan. Apa yang mereka harapkan terkabul. Terbukti sudah kejujuran Yuyud dan Eeng dalam melaksanakan tugas. Otomatis mereka telah resmi menjadi bagian dari keluarga besar geng Alexer. Lebih dari itu, kegaduhan di media massa yang menimbulkan kekhawatiran mendalam di dada masyarakat, tentu saja amatlah berarti bagi Alexer. Karena dengan begitu, eksistensi Alexer semakin kukuh. Dan memang itulah misi utamanya.

Mereka akan terus berupaya membesarkan nama gengnya. Caranya dengan mencari tumbal saban tahun, selain menantang tawuran geng-geng lain, paling tidak dua kali dalam setahun. Bagi mereka, tak ada yang lebih berharga dalam hidup kecuali pengakuan. Mereka selalu ingin diakui keberadaan dan kejantanannya sebagai kaum lelaki. Mereka tidak mau dianggap enteng oleh masyarakat walaupun mereka masih berstatus pelajar. Karenanya mereka berlagak sadis seperti aktor-aktor mafia dalam film Barat.

“Aku yakin, Galaxi pasti panas mendengar kabar istimewa ini,” ucap Fahri diiringi tawa ringan.

Perkataan Fahri bukan prasangka hampa. Selama ini Alexer dan Galaxi memang berlomba-lomba bermain api. Dan sejauh ini, tidak ada geng lain yang pernah melakukan tindakan kriminal yang amat kejam selain dua geng itu. Itu artinya, jika anggota Galaxi tidak merasa melakukan aksi kejam dalam waktu dekat, lantas menyeruak berita pembunuhan yang pelakunya adalah anak remaja, sudah pasti Alexer-lah yang berulah. Begitu pun sebaliknya.

“Mari kita rayakan keberhasilan ini, Bos,” seorang kawannya menimpali. Tawa yang sama kadar ringannya membubung ke udara. Mereka pun bersulang hingga teler.

Sementara itu, di markas geng Galaxi, Reza beserta segenap anak buahnya mulai merencanakan sesuatu. Mereka hendak membayar ‘piutang’ yang ditimpakan Alexer kepadanya. Lalu dua anggota diperintahkan untuk menghabisi nyawa tiga orang sekaligus dalam satu malam.

Biasanya, pelunasan utang gila ini dilakukan satu atau dua tahun sesudah kasus yang baru terjadi benar-benar lenyap ditelan bumi, di kala warga telah abai pada rasa awas dan takutnya. Akan tetapi, lantaran kasus kali ini teramat ramai diperbincangkan publik, Reza sungguh tidak dapat meredam emosi. Apalagi, rasa malu yang ia derita sejak dua bulan lalu akibat kekalahannya dalam duel melawan Fahri, belum juga terobati. Maka tidak boleh tidak, secepatnya Galaxi harus bergerak. Kalau perlu, Galaxi bakal menyerang markas Alexer setelah ini.

***

Dua anggota Galaxi yang ditunjuk Reza sudah siap bertugas. Mereka mengendarai motor berboncengan, berkecepatan rendah, menyusuri kelengangan malam yang teramat likat, dengan sebuah celurit terselip di balik punggung masing-masing.

“Sial!” keluh salah satu dari mereka, ketika menghentikan laju motor di tepi kali usai menempuh belasan kilo meter perjalanan. Tidak ada satu pun manusia mereka jumpai. Tidak ada satu pun kendaraan lewat.

“Mungkin orang-orang masih trauma.”

“Apa sebaiknya kita pulang saja?”

“Kamu kangen kepalan tangan si bos?”

“Ya besok malam kan bisa balik kerja lagi.”

“Sudah, kita tunggu saja dulu. Kalau sampai jam 3 belum ada juga orang lewat, kita pulang.”

Beberapa menit selepas percakapan singkat itu, bunyi mesin motor terdengar lamat-lamat dari kejauhan. “Siap-siap!” instruksi yang satu kepada yang lain. Keduanya lekas melepas celurit dari sarungnya. Begitu sinar lampu motor mulai terlihat membelah kegelapan, mereka gegas berdiri di sisi kiri-kanan jalan seraya menghunuskan senjata. Laju motor semakin dekat, melambat, lalu berhenti. Seandainya nekat menerobos, tentu sangat berisiko. Jika saja kedua bandit itu menghadang di tengah jalan, niscaya si pengendara akan menabraknya.

Mengapa pengendara yang rupanya seorang lelaki paruh baya itu memilih berhenti dan turun dari kendaraannya? Bukankah jauh lebih berbahaya? Ia sama sekali tak gentar. Ia pun tahu harus berbuat apa.

Sepasang bandit cepat-cepat menyerang secara brutal. Dengan gerak-gerik yang begitu gesit, si bapak itu dapat mengelak dari amukan dua celurit yang amat beringas. Ia bahkan berkali-kali dapat memukul dan menerjang tubuh kedua bandit, dengan gerakan yang memukau dan tampak sangat terlatih. Beda halnya dua remaja itu yang hanya bermodal nyali besar dan menyerang secara serampangan, hingga berkali-kali pula mereka terjengkang dan tersungkur. Meski begitu, mereka tetap berusaha bangkit dari jatuh dan rasa sakitnya. Sampai akhirnya, satu celurit berhasil direbut oleh si bapak. Cuma butuh beberapa detik, si bapak telah merobek perut dua anak manusia nyaris bersamaan.

***

Pagi-pagi seisi kota A kembali heboh. Orang-orang merasa senang sekaligus sedih. Senang sebab populasi bandit di kota A telah berkurang. Sedih sebab si bapak yang sebenarnya membela diri itu sudah mendekam di balik jeruji besi. Seolah adu sigap, media-media segera memberitakannya. Kolom komentar berita lantas dipenuhi rasa syukur yang berbunga-bunga, di samping juga menuntut pemerintah serta aparat kepolisian untuk membebaskan si pelaku pembunuhan yang mereka sebut sebagai pahlawan.

Sumenep, November 2023

  • BACAcerpen laindi tatkala.co
Arus Pelayaran | Cerpen Karisma Nur Fitria
Sejak Itu Samsu Berubah | Cerpen Khairul A. El Maliky
Sumbi Tak Mengandung Anak Tumang | Cerpen Amina Gaylene
Semalam Bersama Alien | Cerpen Putu Arya Nugraha
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Zajima Zan | Di Sebuah Perpustakaan Kecil

Next Post

Ritual Suci 10 Muharram: Tradisi Penguat Identitas dan Rasa Kekeluargaan Umat Muslim Batu Gambir Tejakula

Daviatul Umam

Daviatul Umam

Lahir dan tinggal di Sumenep, Madura. Menulis puisi dan prosa. Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah ini kini bergiat di Komunitas Damar Korong dan Malate Artspace, Sumenep. Buku puisinya yang telah terbit bertajuk Kampung Kekasih (2019). Bisa disapa di Instagramnya: @daviatul.umam

Next Post
Ritual Suci 10 Muharram: Tradisi Penguat Identitas dan Rasa Kekeluargaan Umat Muslim Batu Gambir Tejakula

Ritual Suci 10 Muharram: Tradisi Penguat Identitas dan Rasa Kekeluargaan Umat Muslim Batu Gambir Tejakula

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co