ROMBONGAN anggota Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Buleleng sampai di Panti Asuhan Destawan. Jarak 16 km ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit dari jantung Kota Singaraja menuju Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.
Tempat itu sederhana saja, bangunan dengan cat warna-warni dan dihiasi berbagai jenis tanaman bercorak hijau, memberikan kesan ceria dan nyaman untuk anak-anak yang tinggal di sana.
Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) membawa delapan dus ATK dan sejumlah uang. Ini merupakan bentuk program bakti sosial serangkaian Hari Palang Merah Sedunia. Program ini muncul dari bentuk kepedulian relawan PMI Buleleng kepada masyarakat, khususnya bagi Panti Asuhan Destawan.
Pada sore yang mendung, jalan kecil di pinggiran desa menjadi arena bagi pertarungan antara kendaraan dan kondisi jalanan yang rusak. Meskipun gerimis mendaulat, aktivitas tetap berlangsung dengan cepat di jalur tersebut.
Dua mobil saling berpapasan dengan hati-hati, menjaga jarak agar tidak terjadi tabrakan di tengah jalan yang sempit. Suara gemuruh roda kendaraan yang melintas dan bunyi gemerincing pecahan aspal yang retak menambah kesan dramatis pada suasana sore itu.
PMI Kabupaten Buleleng menyerahkan bantuan ATK dan dana kepada Ketua Panti Asuhan Destawan | Foto: Swandewi
Namun, di tengah-tengah kekacauan tersebut, keindahan alam masih bersinar. Pepohonan hijau yang berjejer di tepi jalan memberikan sentuhan segar dan menyejukkan, meskipun dedaunannya agak basah oleh hujan ringan. Cahaya temaram dari langit yang mendung menciptakan kontras yang menakjubkan dengan warna-warna alam yang tetap terjaga.
Seketika, dalam keadaan yang tak menentu itu, jalan yang sempit dan rusak itu terlihat seperti panggung pertunjukan alam yang memukau. Kontras antara kerusakan fisik dan keindahan alam menciptakan sebuah harmoni yang tak terduga, mengingatkan kita bahwa di tengah-tengah kekacauan, masih ada kecantikan yang patut disyukuri.
Dalam perjalanan menuju panti, memasuki gang dengan jalan semen yang sesekali dilalui motor membawa rumput untuk pakan sapi. Jalan menurun yang licin akibat kerikil-krikil yang berhamburan. Kedua kaki dipakai untuk menjaga keseimbangan.
Made Pasek Yasa, Kepala Markas PMI Kabupaten Buleleng, berdiri di hadapan anak-anak yang duduk di kursi plastik. Warnanya sedikit pudar, karena telah dimakan waktu. Pasek Yasa menjelaskan bahwa kegiatan bakti sosial ini merupakan serangkaian dari kegiatan Red Cross In Action (Aksi Palang Merah).
“Tidak hanya kegiatan ini saja, namun juga pada punjak acara tanggal 12 Mei nanti, akan ada perlombaan, jalan santai, donor darah, dan kegiatan kemanusiaan lainnya,” ujar Yasa menjelaskan.
Luh Putu Dian Ariantini (17), salah seorang panitia RCA menyampaikan bahwa tujuan diadakannya bakti sosial ini bukan semata mata sebagai rangkain acara saja. “Tetapi, melalui kegiatan ini, diharapkan dapat menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama. Karena tidak semua orang beruntung,” ujar siswi SMA Negeri 4 Singaraja itu.
Dian juga mengatakan bahwa ATK yang dikumpulkan berasal dari kepedulian para panitia dan juga beberapa sekolah di wilayah kabupaten Buleleng—dan dari masyarakat tentu saja.
Relawan PMI yang terdiri dari Satuan Inti Palang Merah Remaja (PMR), yakni perwakilan dari sekolah menengah dan jajarannya, Korps Sukarela, disambut oleh anak-anak panti asuhan. Mereka mengenakan pakaian sederhana, namun penuh dengan senyuman hangat.
Terlihat mereka sibuk membersihkan halaman panti dengan sapu-sapu kecil, serta mengosek-osek jalan di sekitarnya. Meskipun hidup dalam keterbatasan, mereka dengan gigih berusaha menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka.
“Anak-anak di sini berjumlah 35 orang, paling kecil umur 5 tahun. Saya ajak tinggal di rumah saya di Pulau Obi, bersama istri saya,” ujar Ketut Suterisna, Ketua Panti Asuhan, Rabu, (8/5/2024) sore.
Di panti asuhan tersebut, di sela-sela waktu, mereka yang sudah cukup dewasa memanfaatkan sisa tenaganya untuk memanfaatkan hasil kebun dan memelihara sapi, babi, dan ayam. Suterisna bersyukur karena berkat semangat anak-anak panti, tidak perlu khawatir untuk makan sehari-hari. Mereka tidak perlu beli. Di sana sudah ada.
Sosok Pahlawan di Balik Panti
Di balik Panti Asuhan Destawan, terdapat sosok-sosok pahlawan yang mengadikan dirinya untuk kemanusiaan. Salah satunya adalah Dadong Cening Wartini, nenek yang telah mengabdi selama 10 tahun di panti asuhan tersebut.
Dia mejadi tukang ijeng, karena rumahnya dekat dengan panti. Hanya dengan berjalan kaki, ia sering berkunjung dan sering kali menginap. Dadong Cening, yang telah linglung, orang yang lupa dengan umurnya sendiri ini, secara sukarela menyiapkan makanan ke anak-anak panti.
Dapur Panti Asuhan Destawan | Foto: Swandewi
Berbekal hasil kebun anak-anak panti, Dadong Cening memasak di dapur yang masih sederhana, dengan dinding hitam akibat kepulan asap kayu. Alat-alat masak pun sudah tidak apik lagi, dan terlihat menghitam karena disulut api di atas tungku yang masih menggunakan kayu bakar itu. Dadong Cening memasak nasi sekali di pagi hari, dan lauk dua kali di pagi dan sore hari.
Dadong Cening, bersama anak-anak panti, biasanya bangun pukul 5 pagi. Ada yang sibuk membersihkan kamar dan halaman. Ada yang memberi makan hewan peliharaan. Di sana ada ekor monyet yang diikat di mainan bola dunia yang terbuat dari besi dengan cat warna warni. Wahana mainan yang biasanya dipakai anak-anak bermain itu, di sana justru dipakai monyet bermain.
Ada juga musang berbulu oranye. Hewan itu dikurung dalam sangkar besar terbuat dari besi Dia agresif saat melihat kedatangan rombongan PMI. Seakan-akan penasaran dan ingin ikut bermain.
Selain Dadong Cening, di panti juga ada Meme Luh Wastini, relawan lainnya yang juga sudah berusia senja, 79 tahun, yang bertugas sebagai tukang Banten.
Di panti itu, selain dikelola oleh Ketut Suterisna dan istrinya, terdapat juga 5 relawan. Orang-orang itu telah berusia senja, namun tetap setia sebagai relawan. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang terus menoreh kebaikan di tengah arus waktu yang terus berjalan.[T]
Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.
Reporter: Gusti Ayu Putu Sri Swandewi
Penulis: Gusti Ayu Putu Sri Swandewi
Editor: Jaswanto