INI terjadi setiap tahun: kemacetan panjang mengular menjelang Lebaran di Kelurahan Gilimanuk. Lonjakan pemudik dari Bali menuju Jawa yang menyeberang lewat Pelabuhan Gilimanuk-Ketapang selalu melimpah, bahkan cenderung bertambah.
Saya sebagai warga Kelurahan Gilimanuk menyaksikan pemandangan itu setiap tahun, setiap menjelang Lebaran.
Saya akan melihat bagaimana sibuknya petugas dari Kelurahan Gilimanuk bersama dengan petugas dari PT ASDP, Dinas Perhubungan, TNI, Polri, Linmas, Banser, dan para warga yang sukarela membantu. Para petugas itu menyiapkan jalur yang terbaik untuk para pemudik agar lancar dalam perjalanan.
Pemandangan semacam ini rasanya sudah menjadi hal yang sudah lumrah bagi warga Gilimanuk khususnya warga yang tinggal di bagian barat Kelurahan Gilimanuk. Karena gang-gang kampung warga juga kadang dimanfaatkan sebagai lajur antrean.
Kemacetan panjang tak terelakkan. Para pemudik dengan kendaraannya maju secara perlahan-lahan. Warga sekitar pun melihat sebuah peluang usaha.
Dengan ide dan kreativitasnya, banyak warga memanfaatkan kondisi ini untuk menjadi pedagang dadakan di pinggir jalan gang-gang rumah. Dengan bekal meja dan kursi seadanya, lapak dagangan pun sudah terisi dengan segala macam makanan ringan maupun minuman..
Di sisi lain juga, banyak yang memanfaatkan momen ini untuk bekerja menjadi ojek, pengamen dadakan, bahkan pengemis jalanan sampai sampai membuka WC umum dadakan.
Tak sedikit pula yang kemudian menjadi SPG minuman kemasan bermerek, dengan paket minuman yang cukup menjanjikan.
Apalagi agen-agen tiket online juga banyak sekali menjamur di pinggir jalan dengan transaksi mencapai ratusan setiap harinya..
Sebuah perputaran roda ekonomi yang cukup fantastis selama antrian macet beberapa hari. Ini, bagi yang berhasil meraup rejeki, adalah hal yang patut disyukuri. Dampak baik dari pemudik yang melimpah, antrean panjang, dan lalu-lintas yang perlahan-lahan dan kadang macet, mereka dapatkan, meski hanya sekali setahun. Hitung-hitung lumayanlah hasilnya untuk menambah perbekalan tunjangan hari raya (THR) di hari Lebaran.
Namun, di sisi lain, tentu saja ada hal-hal negatif yang ditinggalkan dari kondisi itu. Pemudik yang melimpah, antrean panjang dan kemacetan yang mengular kadang meninggalkan sejumlah masalah yang tak enak di wilayah Gilimanuk..
Salah satunya, polusi udara yang sangat terasa. Hampir setiap hari ketika antrean kendaraan panjang dan kemacetan tak bisa dihindarkan, hidung akan terasa menghirup asap dengan bau bensin yang kadang membikin mual.
Tumpukan asap kendaraan bersatu padu tercampur dengan debu jalan yang membumbung ke atas, tentu saja menjadi salah satu penyebab tuk batuknya sebagian warga Gilimanuk menjelang hari raya..
Salah satunya lagi yang ditinggalkan oleh antrean panjang itu adalah sisa-sisa sampah yang berserakan di mana mana, mulai dari tempat yang terlihat secara umum, maupun pada sudut-sudut sempit. Sudut Gilimanuk yang biasanya tidak berisi sampah kadang secara tiba-tiba menjelma jadi tempat tertumpuknya sampah secara sembunyi-sembunyi.
Tumpukan sampah di salah satu areal di Gilimanuk | Foto: Anatna Kurnia
Ini terjadi setiap tahun menjelang Lebaran. Banyak yang menilai, terutama dari kalngan penggiat media, bahwa pemerintah Kelurahan Gilimanuk tak becus menangani sampah pemudik.
Padahal kenyataannya yang paling banyak mempunyai andil peranan besar sampah ini adalah para pemudik itu sendiri yang semestinya bertanggung jawab atas sampah yang dibawanya. Juga barangkali para warga yang berjualan itu yang mestinya sesering mungkin membersihkan sampah sekitar rumah datau sekitar tempat berjualan.
Sejatinya pemerintah Gilimanuk dan instansi lainnya telah berusaha menyediakan truck sampah maupun tempat/kantong sampah di beberapa titik untuk menampung sampah para pemudik agar tidak terjadi hal yang dikhawatirkan.
Himbauan Pemerintah Gilimanuk | Foto: Ananta Kurnia
Tapi barangkali saja para pemudik malas untuk bergerak ke tempat sampah atau membawa sampahnya di dalam kendaraan untuk dibawa pulang dan dibuang pada tempatnya.
Kenangan buruk tentang sampah ini terus terulang, lagi dan lagi, setiap tahunnya. Memang ya, sampah itu menjadi polemik dimana-mana. Namun, pada hari-hari tertentu semisal hari-hari mudik menjelang Lebaran, di tempat-tempat umum seperti pelabuhan dan sejenisnya, sampah memang harus mendapatkan perhatian, terutama bagi pemudik itu sendiri. Kasihan petugas pembersih sampah, pada setiap antrean panjang pemudik, seperti tak punya waktu istirahat. [T]
Editor: Adnyana Ole