SANGGAR Seni Kuta Kumara Agung telah lama menjadi salah satu penjaga kelestarian seni budaya di Kabupaten Badung, khususnya di Desa Adat Kuta. Dengan warisan yang kaya dan pengabdian yang tak kenal lelah terhadap seni, sanggar ini telah mengukir reputasi yang mengesankan dalam mempertahankan seni dan budaya Bali.
Pada tahun 2024, Sanggar Seni Kuta Kumara Agung ditunjuk Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung secara resmi sebagai duta seni Palegongan Klasik dalam Pesta Kesenian Bali (PKB). Pengakuan ini merupakan tonggak penting dalam mencerminkan komitmen yang mendalam terhadap pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali.
Pesta Kesenian Bali, yang diselenggarakan setiap tahun, bukan hanya menjadi ajang untuk memamerkan kekayaan seni dan budaya Bali, tetapi juga sebagai platform untuk menghargai dan mendukung upaya-upaya pelestarian seni tradisional.
“Dalam konteks ini, penunjukan Sanggar Seni Kuta Kumara Agung sebagai duta seni Palegongan Klasik memberikan penghargaan yang layak atas dedikasi para seniman Kuta itu dalam memelihara warisan budaya yang berharga,” kata Ketua Listibya Kecamatan Kuta Dr. I Gusti Made Darma Putra, S.SN, M,SN., yang juga dikenal sebagai seniman dalang itu.
Gusti Darma Putra yang akrab dipanggil Gung Ade Dalang itu mengatakan, dalam peran mereka sebagai duta Palegongan klasik, Sanggar Seni Kuta Kumara Agung bertanggung jawab untuk menyampaikan keindahan dan keunikan Palegongan khas Kuta kepada masyarakat luas, baik di dalam maupun di luar Bali.
Mereka, para seniman itu, juga diharapkan untuk menjadi teladan dalam menjaga integritas artistik serta melestarikan nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam setiap gerakan tari dan setiap nuansa musik.
“Dengan demikian, pengakuan ini bukan hanya menjadi suatu kehormatan, tetapi juga tanggung jawab yang besar dalam meneruskan warisan budaya yang telah diwarisi oleh para leluhur terdahulu,” kata Gung Ade.
Sanggar Seni Kuta Kumara Agung & Legong
Sebelumnya, Sanggar Seni Kuta Kumara Agung telah menghasilkan sebuah karya yang luar biasa sebagai bentuk penghormatan terhadap sang maestro Lotring.
Karya tersebut, yang dikenal sebagai “Simfoni Mozaik: Perjalanan Proses Kreatif Lotring,” menjadi suatu pencapaian yang memukau dalam dunia seni Bali.
Melalui karya ini, sanggar seni tersebut tidak hanya merayakan kegeniusan Lotring, tetapi juga mengabadikan perjalanan dan proses kreatif yang unik dari sang maestro.
Simfoni Mozaik ini menjadi sebuah ekspresi yang menggambarkan keberagaman dan kedalaman dalam karya-karya Lotring, serta memberikan pandangan yang dalam tentang pengaruhnya terhadap seni tradisional Bali.
Dengan menyatukan elemen-elemen visual, gerak, dan musik, karya ini tidak hanya menjadi sebuah sajian pertunjukan, tetapi lebih dari itu, menjadi sebuah sajian pengalaman yang menggugah dan memperkaya wawasan tentang Palegongan Khas Kuta.
Dalam konteks penunjukan mereka sebagai duta Palegongan klasik Kabupaten Badung dalam Pesta Kesenian Bali 2024 menjadi bukti konkret atas dedikasi Sanggar Seni Kuta Kumara Agung.
“Melalui karya-karya yang akan disajikan, mereka tidak hanya merayakan warisan seni, tetapi juga diharapkan untuk menginspirasi generasi masa depan untuk terus menjaga dan mengembangkan kekayaan seni budaya yang dimiliki oleh Bali,” kata Gung Ade.
Tema yang diangkat dalam sajian nanti, yang dirangkai dari empat materi seni, adalah “Kel’angon Legong,” sebuah kalimat yang mengisyaratkan tentang perjalanan Maestro Lotring yang setiap karyanya bermuara pada orbitnya yaitu Palegongan, dan menjadi identitas seni yang khas di Kuta.
Dalam tema ini, “kel’angon”, yang merupakan istilah dalam bahasa Bali yang merujuk pada “akan dijadikan”,” menjadi metafora perjalanan artistik Lotring yang tak terpisahkan dari keindahan dan keunikan Legong & Palegongan.
Dengan mengangkat tema “Kel’angon Legong,” sajian ini juga ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya memahami dan menghargai perjalanan artistik maestro Lotring, serta mempromosikan keberagaman seni dan budaya Bali di tengah tantangan zaman modern. [T][Ado]
Editor: Adnyana Ole