1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Made Merta dan Kisahnya Menabung

I Made AriyanabyI Made Ariyana
March 30, 2024
inCerpen
Made Merta dan Kisahnya Menabung

Ilustrasi tatkala.co

MENDENGAR kata ‘menabung’, Made Merta jadi teringat lagu lawas yang sangat populer ketika dia masih kanak-kanak dulu. Kalau dia tidak salah, begini liriknya:

“…Bing beng bang, yuk kita ke bank. Bang bing bung, yuk kita nabung. Tang ting tung, hey jangan dihitung. Tau-tau kita nanti dapat untung…”

Generasi milenial pasti tahu dong lagu itu. Ya, itu adalah lagu berjudul Menabung karya Titiek Puspa. Lagu itu diciptakan tahun 1996 dan dipopulerkan oleh penyanyi cilik saat itu: Geofanny dan Saskia. Mereka membawakannya dengan asyik dan ceria. Isinya tak lain dan tak bukan, ajakan untuk menabung.

Selain teringat lagu, kata ‘menabung’ juga membuat Made Merta terkenang akan masa-masa dia SD dulu. Di SD-nya dulu ada  6 ruang kelas. Dinding-dindingnya memang kusam, namun sarat pesan. Di sana tertempel kertas-kertas manila penuh kata-kata bijak dan mulia, berbunyi “Mari Gemar Menabung”, “Menabung Untuk Bekal Masa Depan”, “Hemat Pangkal Kaya”, dan sejenisnya; Menghiasi semua sisi, ditulis dengan penuh penghayatan dan penuh jiwa seni, sangat persuasi.

Kemudian saat SD juga, di akhir masa kelas VI, setelah Ebtanas, Made Merta ikut tamasya. Lokasinya di Kebun Raya Bedugul yang sejuk, nun di Tabanan sana. Sedih dia lantaran setelah ini harus berpisah dengan kawan-kawannya, melanjutkan ke SMP yang berbeda-beda, namun juga senang. Pasalnya, dia naik bus, tidak usah bayar. Tiket masuk tidak usah bayar. Makan dan minum juga tidak bayar. Rupanya segala ongkos sudah diambil dari tabungan, tak perlu lagi keluar uang. Ah, sungguh menyenangkan.

Di rumah pun, saat kecil dulu, Made Merta punya tabungan. Sisa uang saku Rp50, Rp100, atau Rp500 dia masukkan ke sebuah celengan. Celengan Made Merta terbuat dari tanah, berwarna cokelat dan gendut seperti ceret, hanya saja tidak ada moncongnya. Dia isi dengan tekun setiap hari. Sekeping demi sekeping, selembar demi selembar. Kian lama celengan Made Merta kian berisi dan berat.

“Ternyata benar kata pepatah, sedikit demi sedikit, dua-tiga pulau terlampaui!” serunya kala itu dengan penuh gairah, tak sadar dia pepatahnya salah.

Lalu pada Umanis Galungan, celengan itu dia pecahkan. Memecahkannya tidak sembarangan, tidak dengan cara dibanting hingga pecah berkeping-keping, melainkan dengan dipukul bagian bawahnya, pelan-pelan, menggunakan palu kecil. Dia pecahkan sedikit saja, membentuk lubang. Dengan begitu, celengan itu bisa dia gunakan lagi. Setelah isinya dikuras, tinggal tambal lubang tadi dengan kertas. Biasanya pakai kertas tebal bekas pembungkus Baygon bakar; Biar hemat.

Uang yang terkumpul, yang membuat kantong Made Merta melendung bak perut kucing bunting, dia gunakan untuk membeli baju baru. Belinya di Tiara Dewata, mall termegah di Denpasar kala itu. Memecahkan celengan adalah ritual spesial di hari raya yang selalu dia tunggu-tunggu. Baginya, hari raya belum berasa kalau belum beli baju baru.

Segala kenangan-kenangan itu menempel di otak Made Merta, membentuk persepsi bahwa menabung adalah sesuatu yang positif dan menyenangkan. Ketika mendengar kata ‘menabung’, di sanubarinya akan melintas perasaan gembira, asyik, ceria, indah, seru, untung, banyak uang. Dalam kamus Made Merta, menabung adalah menyisihkan sebagian uang untuk disimpan, yang suatu saat nanti akan digunakan untuk membeli impian. Setelah dewasa Made Merta mengerti, menabung ternyata masih bersaudara dengan kesederhanaan dan kesahajaan.

Namun demikian, meski Made Merta tahu menabung itu baik, kebiasaan menabung tidak serta-merta terbawa sampai ketika dia sudah berumah tangga. Setelah menikah dan punya anak, menabung dirasanya berubah menjadi sesuatu yang sulit. Lebih sulit daripada soal tes CPNS yang dia hadapi tempo hari di kantor BKN. Ya, menyisihkan sedikit uang dari penghasilannya yang sudah sedikit bukanlah perkara mudah. Jika kau ingin tahu, kini Made Merta tidak punya tabungan sepeser pun. Tragis memang.

Made Merta merasa kehidupan setelah berkeluarga tidak semudah masa kanak-kanak dulu. Pada masa itu kita masih bisa, orang Bali bilang, natakin lima alias meminta kepada orang tua; Biaya sekolah, tinggal minta. Ingin beli apa-apa, tinggal bilang. Kita belum mengenal kata ‘tanggung jawab’. Orang tualah yang menanggung, kita hanya menjawab. Yang perlu kita lakukan hanya mengikuti perintah orang tua. Betapa menyenangkan menjadi kanak-kanak.

Made Merta yakin itulah alasan mengapa lagu-lagu bertema menabung kebanyakan dinyanyikan oleh anak-anak; juga slogan-slogan ajakan menabung ditempel di sekolahan, bukan di kantoran. Mungkin maksudnya supaya kita menabung sejak kecil, sejak sebelum punya tanggung jawab keuangan.

Nah, setelah berkeluarga, semua jadi berbeda. Pengeluaran merajalela. Kebutuhan membengkak dan serba mendesak. Bayar kontrakan, bayar cicilan kendaraan, bayar arisan, bayar uang kebersihan, bayar listrik, bayar SPP, beli buku, susu, tisu, beras, gas, minyak, sayur, lauk-pauk, sabun, BBM, pulsa, kuota, dan lain sebagainya. Di ATM, uang gaji bak cairan alkohol: cepat sekali menguap.

Terlebih Made Merta adalah orang Hindu-Bali dengan seabrek kegiatan adat dan agama, baik di keluarga, di banjar, maupun di desa. Semua kegiatan itu sudah barang tentu menimbulkan pengeluaran, seperti bayar piturunan, bayar pangepok, bayar dedosan, bikin banten setiap rahinan, menyama braya, potong babi, biaya ngaben, dan lain sebagainya. Semua jadi sulit dan rumit tatkala penghasilan sedikit. Kalau begitu ceritanya, jangankan menyisihkan sedikit uang untuk ditabung, bisa tidak berutang saja Made Merta sudah merasa tenteram.

“Sentosalah kalian yang belum menjadi orang tua,” desahnya pada suatu hari kepada murid-murid zaman now yang hedonis.

Di media daring Made Merta sempat membaca sepotong artikel. Tertulis di sana, sebagian besar penabung sepakat bahwa minimal tabungan dan investasi adalah 10% dari penghasilan. Menarik, pikirnya.

Para pakar finansial punya pendapat lebih brilian. Menurut mereka, bagian penghasilan yang harus disisihkan untuk ditabung setiap bulan adalah 30%. Menurut mereka pula, kalau kita bisa menabung 30% dari penghasilan per bulan, peluang pensiun dengan tenang semakin mendekati kenyataan. Luar biasa! 

Made Merta merasa tulisan itu sangat renyah dan ringan macam kerupuk. Teori-teori dan tips-tips yang dihadirkan yahud. Ide-ide cemerlang dari para ahli keuangan itu sukses membuatnya termotivasi. Dia tercerahkan! Membacanya membuat Made Merta tiba-tiba merasa optimis dan penuh harapan. Langsung saja di kepalanya terbayang masa depan yang mapan, gilang-gemilang, jauh dari yang namanya kekurangan.

Amboi, pakar finansial sungguh merupakan profesi yang mengagumkan. Sebuah profesi cerdas yang bisa menuntun umat manusia menata masa depan yang lebih baik. Hanya orang-orang yang diberkati Tuhan dengan IQ tinggi yang bisa menjadi pakar finansial. Mereka adalah orang-orang kritis dan penuh analisa. Lulusan cumlaude fakultas ekonomi perguruan tinggi luar negeri pastinya.

Hanya saja, bayangan masa depan yang mapan dan gilang-gemilang itu dalam sekejap sirna, Made Merta menemukan satu kendala: dari mana mendapatkan 10% ataupun 30% untuk ditabung? Bukankah uang selalu habis, bahkan sudah habis sebelum dia terima? Oh, my god! Padahal hidupnya sudah sangat irit, jauh lebih irit daripada Ibu Menteri Keuangan republik ini. Made Merta jadi paham, berteori adalah satu hal dan bagaimana mempraktikkannya adalah hal lain.

Tetapi untunglah Made Merta punya anak sudah kelas 3 SD. Rajin betul anak lanangnya itu menabung di sekolah, padahal Made Merta tidak pernah mengajari. Mungkin di kelasnya juga ada slogan-slogan persuasif berisi ajakan untuk menabung seperti di kelas bapaknya saat SD dulu. Atau jangan-jangan dia terinspirasi lagu ‘Menabung’ karya Titiek Puspa yang dinyanyikan Saskia dan Geofanny? Entahlah. Apapun itu, Made Merta senang.

Setiap hari Made Merta memberi anaknya Rp2000, Rp5000, terkadang Rp10000, untuk ditabung. Sampai buku tabungannya penuh dan harus diganti. Ketika sudah kelas 6 nanti, uang tabungan itu bisa dipotong oleh sekolahnya untuk ongkos bertamasya ria ke Bedugul, pikir Made Merta. 

Di rumah, sang anak juga punya celengan. Bukan dari tanah melainkan dari bahan kaleng, bergambar superhero. Tiap malam ketika tidur, celengan itu selalu dia peluk. Betapa Made Merta bangga dengan anaknya yang semata wayang. Diam-diam, Made Merta ingin sekali kelak dia bisa menjadi seorang pakar finansial, yang cerdas, terkenal, dan pandai berteori. Jangan seperti bapaknya yang hanya seorang guru. Sudah miskin, honorer pula![T

  • Baca CERPEN lain
Misteri Kepala yang Terpenggal | Cerpen Putu Arya Nugraha
Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto
Janda yang Ditinggal Mati Suaminya | Cerpen Depri Ajopan
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Ingatanku Kepada Kematian

Next Post

Kolaborasi Jepang-Pedawa, Usaha Memperkenalkan Seni-Budaya Lintas Negara

I Made Ariyana

I Made Ariyana

Lahir di Denpasar. Lulusan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali. Saat ini menjadi guru bidang studi Bahasa Indonesia di SMP Negeri 9 Denpasar.

Next Post
Kolaborasi Jepang-Pedawa, Usaha Memperkenalkan Seni-Budaya Lintas Negara

Kolaborasi Jepang-Pedawa, Usaha Memperkenalkan Seni-Budaya Lintas Negara

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co