MENEPI sejenak dari hiruk pikuk duniawi, tulisan ini akhirnya lahir di tengah syahdunya malam yang wangi. Di tengah beberapa insan yang sudah mengembara di dunia mimpi, citta ini ternyata masih mengembara ke sana kemari.
Mengingat beberapa fenomena yang terlewati, budi ini akhirnya berujar: “Apa sesungguhnya makna dari semua ini?”
Teringat beberapa hari lalu, ketika jiwa ini melihat lingkungan ruangan yang penuh canda tawa. Segala senyum tercurahkan, dan segala gelak dikeluarkan. Sungguh dunia yang menyenangkan. Bahkan seseorang yang memiliki jiwa lainnya berharap, hari tersebut tidak pernah terlewatkan.
Namun apa yang terjadi di hari kemudian? Waktu bak penguasa yang mampu mengubah segalanya. Ratapan tiba-tiba memenuhi setiap sudut ruangan. Kepala menunduk penuh ketidakpercayaan. Bahkan air mata tidak henti-hentinya keluar, bak air mancur yang bercucuran. Seseorang yang memiliki jiwa sama pun berharap, hari tersebut semoga cepat terlewatkan.
Setelah merenung dan meratapi fenomena ironi yang terjadi, tiba-tiba seluet memori muncul dalam sanubari. Memori yang memperlihatkan diri ini tengah duduk dan menyimak penjelasan dari seorang guru rohani. Empat kata sebagai untaian kalimat tiba-tiba keluar dari bibir beliau, yang samar-samar berbunyi: “SUKA-DUKA-LARA-PATI.”
‘Suka’ Datang pada Jiwa-jiwa yang Mampu Memeluk Semua
‘Suka’ sesungguhnya adalah bekal awal yang diterima manusia dalam kehidupan. Mengapa dikatakan demikian, karena sebagian besar manusia yang lahir dari rahim wanita dengan tangisan air mata, pada akhirnya menjadi penyebab dari lahirnya kebahagian tiada tara.
Walaupun tidak semua, hal itulah yang dikenal dengan ‘Suka’. Ia menjadinama lain dari kebahagiaan, keceriaan, serta sering disimbolisasikan dengan senyuman yang penuh canda tawa.
Seiring berjalannya usia, insan-insan selalu mendabakan kedatangan ‘Suka’. Ia bahkan dicari dan dikejar di dunia dengan segala macam cara. Terkadang ia berhasil digapai, namun tidak jarang juga usaha pengejaran tersebut mendatangkan hasil yang nista atau bahkan hal yang hampa.
Padahal, pada hakikatnya ‘Suka’ muncul pada orang yang mampu memeluk semua, dengan tangan terbuka. Itulah ‘Suka’, Sang Bekal Pertama!
‘Duka’ adalah Belahan Hati Sejati Sang ‘Suka’
Jika ‘Suka’ identik dengan kebahagiaan, ‘Duka’ menjadi ciri kebalikannya yang identik dengan kesedihan dan juga penderitaan. Tidak jarang, kehadiran ‘Duka’ juga diisi dengan ratapan dan air mata yang bercucuran.Meskipun kelihatan saling bertentangan, mereka pada hakikatnya tetap satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan.
Kesederhanaan pasangan ini tidak mudah diterima oleh isi dunia begitu saja.
Terkadang, dunia hanya bisa mampu menerima datangnya Sang ‘Suka’ dan menolak hadirnya Sang ‘Duka’. Padahal ‘Suka’ dan ‘Duka’ adalah entitas setia, yang akan selalu menyertai selama-lamanya. Mereka bagai dua sisi koin, siang dan malam, serta bergantinya musim panas dan dingin setiap masa. Itulah ‘Duka’, Sang Bekal yang menjadi belahan hati Sang ‘Suka’!
Suka dan Duka yang Terlalu Larut Mendatangkan ‘Lara’
Terlalu larut akan ‘Suka’ atau kebahagiaan bisa membawa malapetaka. Itulah kata guru rohani yang masih membekas hingga saat ini. Terlalu larut akan ‘Suka’ mampu membuat seseorang tidak pernah puas, membuat seseorang selalu merasa kurang, dan pada akhirnya membawa kesengsaraan untuk dirinya sendiri.
Itulah ‘Lara’ yang selalu dikaitkan dengan kemiskinan atau hidup susah, namun sesungguhnya manusia sendirilah yang menciptakan bekal tersebut.
Begitu juga apabila terlalu larut dengan ‘Duka’ atau kesedihan. Seseorang akan terjebak pada kehidupan yang tidak menyenangkan, serba dianggap kurang, dan menghukum dunia sebagai musuh yang tak bersahabat.
Pada akhirnya, rasa duka yang berlarut-larut turut mendatangkan dan melestarikyaan bekal kehidupan dalam dirinya yang disebut ‘Lara’. Jadi apa yang bisa menghilangkan bekal ‘Lara’?
Bekal Terakhir itu Bernama ‘Pati’!
Semua yang lahir ke dunia pasti akan mati! Entah duluan atau belakangan, semua akan mencapai garis finish pada akhir hidupnya nanti. Itulah Sang Bekal Terakhir, yang bernama ‘Pati’.
‘Pati’ adalah substansi yang tidak jarang menjadi bekal paling menakutkan. Ia juga menjadi bekal yang paling unik karena bisa menjadi sumber datangnya ketiga bekal lainnya.
Tidak jarang, ‘Pati’ juga menjadi pembongkar rahasia, pendobrak kehidupan, serta menjadi cermin asli siapa dan bagaimana sesungguhnya seseorang selama hidup di dunia.
Meskipun demikian, manusia tidak jarang abai atau tidak menyadari bekal ini. Bahkan ada yang berusaha menghindari atau melupakan bekal terakhir ini. Padahal di waktu yang tidak pasti nanti, ‘Pati’ bisa saja menghampiri, baik dengan wajah yang penuh misteri atau dengan wajah yang penuh berseri
Melalui penyelaman terhadap memori bersama guru rohani tersebut, bibir ini pada akhirnya mengeluarkan lengkungannya kembali. Segala kebingungan dan ratapan juga tiba-tiba hanyut keluar dari ingatan.
Semua ironi yang terlihat selama ini, juga semakin jelas untuk ditemukan titik terangnya. “Jadi ini semua, hanya sekedar eksistensi dari empat bekal kehidupan tersebut ya?” ujar kalimat tersebut dalam sanubari. [T]
BACA artikel lain dari penulisDEWA GEDE DARMA PERMANA