31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Jika Uang Kompensasi Rumpon Sudah Diterima, Apakah Nelayan di Buleleng Lantas Bahagia?

Yudi SetiawanbyYudi Setiawan
March 8, 2024
inKhas
Jika Uang Kompensasi Rumpon Sudah Diterima, Apakah Nelayan di Buleleng Lantas Bahagia?

Suasana penyerahan kompensasi rumpon dan diskusi tata kelola kelautan dan perikanan di kawasan Pelabuhan Tua Buleleng | Foto: Yudi Setiawan

“SEJAK rumpon saya diangkat, saya sudah tiga bulan tidak bekerja. Padahal, hari raya sudah dekat,” ucap lelaki paruh baya itu di siang yang panas di kawasan Pelabuhan Tua Buleleng.

Nelayan asal Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt itu mengaku, semenjak rumpon miliknya diangkat oleh PT. Technical Geophysical Services (TGS) pada akhir tahun lalu, sebagai nelayan, dirinya merasa sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ia bernama Ketut Sudama. Lelaki paruh baya itu adalah salah satu dari sekian banyak nelayan pemilik rumpon di Buleleng, Bali, yang terkena dampak dari adanya pemetaan potensi migas di Bali Utara. Padahal, rumpon adalah pekerjaan dan satu-satunya mata pencahariannya.

“Sejak awal Februari saya menunggu uang kompensasi ini, ternyata sampai tiga bulan tidak juga cair,” ujarnya lirih.

Ia mengaku terpaksa harus ngutang sana-sini untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Padahal, ia juga bercerita, bahwa dirinya mempunyai pinjaman kredit KUR di salah satu bank—untuk modalnya membuat rumpon tersebut.

“Saya bela-belain sampai minjam KUR di bank, rumponnya malah diangkat. Terus bagaimana cara saya membayarnya?” ujarnya penuh ratap dan bingung. Mengingat hari raya sudah dekat, hatinya terasa semakin sesak.

Meskipun uang kompensasi yang dijanjikan oleh PT. TGS mencapai puluhan juta rupiah untuk satu rumponnya, tapi tampaknya hal itu masih belum membuat lelaki dengan tato naga di lengan kirinya itu merasa tenang.

Suasana penyerahan kompensasi rumpon dan diskusi tata kelola kelautan dan perikanan di kawasan Pelabuhan Tua Buleleng | Foto: Yudi Setiawan

“Hasil dari kesepakatan kemarin sih, satu rumpon milik saya diganti sebesar dua puluh lima juta rupiah,” katanya. Sesaat setelah mengisap rokoknya, ia menambahkan, “Tapi persoalannya kan bukan itu. Ini kan jangka panjang, apa boleh kalau ini sudah selesai, kami diperbolehkan memasang rumpon lagi?”

Meski pihak PT. TGS dan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng telah memberikan pernyataan bahwa setelah proses pemetaan potensi migas di Bali Utara selesai di lakukan nelayan diperbolehkan memasang rumpon kembali, tapi tak sedikit nelayan yang meragukan hal itu. Ketakutan tidak diperbolehkan memasang rumpon kembali masih membayang-bayangi kepala mereka. Ya, itu wajar. Sebab, sekali lagi, nelayan rumpon adalah pekerjannya satu-satunya.

“Apalagi sekarang ada peraturan baru kalau satu kelompok balai nelayan, hanya diperbolehkan memasang maksimal lima rumpon. Dan harus izin terlebih dahulu ke dinas, padahal dulu tidak ada peraturan seperti itu. Aduh pusing saya,” tuturnya sembari menepuk-nepuk jidatnya.

Ya, Sudama dan puluhan nelayan pemilik rumpon yang terkena dampak dari pemetaan potensi migas di Bali Utara itu, mendatangi wantilan di kawasan Pelabuhan Tua Buleleng, Bali, guna memenuhi undangan dari PT TGS untuk penyerahan kompensasi rumpon dan diskusi tata kelola kelautan dan perikanan bagi nelayan kecil, Kamis (7/03/2024) siang.

Benar, pemetaan potensi migas di Bali Utara itu telah berlangsung sejak akhir tahun lalu. Pengangkatan rumpon-rumpon milik nelayan itu dilakukan untuk kelancaran proses perekaman dan agar tidak menganggangu proses survey pemetaan potensi migas di Bali Utara oleh PT. TGS.

Mereka datang dengan pakaian yang hampir semua seragam, memakai kamen dan udeng. Tentu, dengan tujuan yang sama pula. Ya, di Bali, selain sebagai pakaian keagamaan, udeng dan kamen biasa digunakan untuk menghadiri acara-acara penting lainnya.

Mereka saling bertegur sapa. Alih-alih menanyakan kabar orangnya, tampaknya mereka lebih tertarik untuk menanyakan kabar rumpon miliknya. Mereka memang sama-sama senasib dan sepenanggungan dalam hal ini.

Komitmen Birokrasi

Mengenai penyerahan kompensasi rumpon pada siang hari itu, Deny Suryanto, selaku perwakilan PT. TGS, dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa pihaknya merasa beryukur atas kelancaran proses survey yang telah berlangsung selama beberap bulan terakhir ini.

“Ini merupakan satu tahapan yang patut kita syukuri bersama. Selama kegiatan berlangsung, semuanya berjalan dengan lancer dan aman sampai sekarang,” ujarnya.

Menurutnya, meski proses kegiatan pemetaan tersebut harus mengorbankan rumpon-rumpon nelayan, selama proses kegiatan tersebut, ia merasa sangat diterima oleh masyarakat Buleleng. “Kami merasa sangat diterima di sini. Sebab, selama kegiatan ini berlangsung, bisa berjalan aman dan lancer,” katanya.

Terhitung, selama proses pemetaan potensi migas di pantai Bali Utara, sebanyak 297 unit rumpon milik nelayan telah berhasil diangkat oleh PT. TGS. Mengenai tahapan pencairan dana kompensasi, pihak PT TGS bekerja sama dengan Bank BPD Bali.

“Selain berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di Buleleng, kami juga bekerja sama dengan Bank BPD Bali dalam hal pencairan dana kompensasinya,” jelasnya.

Benar. Setelah melewati tahapan demi tahapan yang dilakukan oleh para nelayan-nelayan tersebut, akhirnya, siang itu, di wantilan kawasan Pelabuhan Tua Buleleng, Bali, penantian panjang mereka menemui titik terangnya.

PJ. Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana, yang juga turut hadir pada siang hari itu menyampaikan bahwa proses pencairan kompensasi tersebut segera akan dituntaskan dalam waktu dekat. Ia tidak mau jika kegiatan itu disebut ganti rugi, melainkan ganti untung. Karena, menurutnya, jika menggunakan kata ganti rugi, seakan-akan ada kesan yang merugikan masyarakat.

“Saya tidak mau kegiatan ini disebut sebagai ganti rugi, tapi ganti untung. Karena, pemerintah daerah tidak mau jika rakyatnya mengalami kerugian. Maka dari itu, saya lebih suka jika kegiatan ini disebut sebagai ganti untung. Bagaimana, setuju?” ujarnya, dibarengi dengan seruan dari para nelayan yang hadir: Setuju…

Lihadnyana menegaskan, bahwa dirinya akan langsung mengecek kebenaran mengenai uang kompensasi yang akan dicairkan itu. “Nanti sore akan langsung saya cek ke BPD. Kalau tidak ada, akan saya cari BPD-nya,” katanya.

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Lihadnyana, I Gede Putra Aryana, selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, Buleleng, Bali, berjanji bahwa dirinya akan mengawal dengan ketat proses pencairan dana kompensasi rumpon tersebut.

“Kalau nanti selama proses pencairan ini ada masyarakat yang mengeluh dan komplain mengenai dana yang diperoleh tidak sesuai, apalagi jika ada yang tercecer dan tidak mendapatkan uang kompensasi, saya siap mengundurkan diri!” tegasnya. Sontak pernyataan tersebut mendapat sorak sorai dan tepuk tangan yang meriah dari para nelayan yang hadir pada siang hari itu. Dengan demikian, masyarakat akan meyakini betul dengan janji tersebut.

Nasib Nelayan Rumpon

Statement yang dilontarkan oleh pihak perusahaan, PJ. Bupati Buleleng, dan Kadis DKPP Buleleng di atas seakan-akan mampu menjawab atau menjadi obat penawar kehawatiran para nelayan. Namun, tampaknya hal tersebut belum melegakan hati Abdul Kadim.

Nelayan asal Desa Banjar Asem, Kecamatan Seririt itu mengaku bahwa meski nilai kompensasi yang diterimanya sesuai dengan biaya yang telah ia keluarkan selama ini, tapi hal tersebut belum membuatnya benar-benar berlapang dada.  Karena, sebagai nelayan yang bergantung pada rumpon, setelah pemetaan selesai dan diperbolehkan memasang rumpon kembali, dirinya harus memulai dari nol lagi. Ia menjelaskan tentang bagaimana sulitnya mencari spot-spot yang berpotensi menjadi sarang ikan.

“Jumlah uang kompensasi yang saya terima per rumponnya dibayar dua puluh juta. Itu sudah cukup untuk mengganti biaya pembuatan rumpon. Tapi, tetap saja, saya harus memulainya dari nol lagi,” jelasnya dengan nada yang ragu-ragu.

Suasana penyerahan kompensasi rumpon dan diskusi tata kelola kelautan dan perikanan di kawasan Pelabuhan Tua Buleleng | Foto: Yudi Setiawan

Nelayan pemilik tujuh rumpon tersebut, selama menunggu uang kompensasi sampai kepadanya, dirinya terpaksa dengan berat hati mengistirahatkan para anggotanya.

“Saya punya 25 anggota. Tetapi, semenjak rumpon saya diangkat, terpaksa mereka harus saya istirahatkan terlebih dahulu. Palingan untuk memenuhi kebutuhannya mereka mencari ikan di pinggir, dan tentu penghasilannya jauh dari sebelumnya,” tutur Kadim merasa prihatin.

Selain membahas tentang proses ganti rugi rumpon kepada para nelayan, kegiatan pada siang hari itu juga membahas tentang tata Kelola kelautan dan perikanan di wilayah laut Buleleng. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdul Manap, selaku Plt Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Buleleng, kegiatan diskusi tersebut penting dilakukan guna membahas peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh para nelayan di pesisir Bali Utara.

Sesi diskusi tersebut berjalan dengan lancar meski beberapa nelayan terlihat tegang ketika membahas peraturan para nelayan di setiap desanya. Pada akhirnya diskusi tersebut mengasilkan beberapa kesepakatan. Di antaranya:

  1. Untuk nelayan di wilayah laut Kecamatan Kubutambahan sampai Kecamatan Gerokgak, nelayan diperbolehkan memancing di rumpon siapa pun. Dan nelayan dari Kecamatan Tejakula tidak diperbolehkan memancing di wilayah tersebut.
  2. Sedangkan, laut di wilayah Kecamatan Tejakula hanya diperuntukan untuk nelayan se-Kecamatan Tejakula. Dan selain nelayan dari Kecamatan Tejakula, tidak diperbolehkan memancing di wilayah tersebut.

Peraturan tersebut disepakati oleh pihak-pihak terkait seperti perbekel disetiap masing-masing desa dan melibatkan dinas-dinas lainnya. Peraturan itu dibuat atas mempertimbangkan peraturan-peraturan di desa-desa tersebut.

Selanjutnya, Abdul Manap juga menyampaikan hasil kesepakatan selanjutnya mengenai sanksi. Jika ada nelayan yang melanggar peraturan tersebut, akan dikenakan sanksi administratif berupa: jika memancing dikenakan denda lima juta rupiah; sedangkan untuk menjaring akan dikenakan denda sebesar sepuluh juta rupiah.

Ya, meski kejelasan mengenai uang kompensasi sudah di depan mata, tampaknya para nelayan di Buleleng masih belum sepenuhnya berbahagia. Tentu mereka memikirkan jangka panjang dampak dari rumpon-rumpon miliknya yang telah terangkat.

Meskipun nilai kompensasi yang mereka terima untuk sementara waktu telah mencukupi biaya ganti rugi pembuatan rumponnya, tapi dengan nominal sebesar itu, mungkinkah mencukupi kebutuhan mereka dalam jangka panjang? Entahlah.[T]

Reporter: Yudi Setiawan
Penulis: Yudi Setiawan
Editor: Jaswanto

Pemetaan Potensi Migas di Bali Utara, Nelayan Bisa Apa?
Tags: balibulelengDinas Ketahanan Pangan dan PerikananKetut LihadnyanaMigasNelayan rumponPJ Bupati BulelengPT.TGS
Previous Post

Himne Seorang Gadis di Wapress Bulungan Sastra Reboan

Next Post

Dayu Shanti, Sosok Gadis Buleleng Masa Kini

Yudi Setiawan

Yudi Setiawan

Kontributor tatkala.co

Next Post
Dayu Shanti, Sosok Gadis Buleleng Masa Kini

Dayu Shanti, Sosok Gadis Buleleng Masa Kini

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co