BARANGKALI ini menjadi salah satu—jika bukan satu-satunya—Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang unik di Kabupaten Buleleng, Bali. Selain dekorasinya yang serba merah muda bernuansa hari kasih sayang, seluruh petugas, dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS), Linmas, sampai polisinya, semuanya perempuan. Ini bukan suatu kebetulan, tapi memang begitulah ketentuannya.
Bertempat di Balai Masyarakat Kampung Kajanan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, perempuan-perempuan tangguh itu bertugas. Sehari sebelum pencoblosan berlangsung, mereka sudah sibuk menyiapkan semuanya, dari dekorasi, penataan ruang, sampai hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu 2024.
“Sembilan puluh persen kami semua yang mengerjakan,” Yeni Rahmawati, Ketua KPPS 007 Kampung Kajanan, memberi keterangan kepada tatkala.co di tengah kesibukannya, Rabu (14/2/2024) siang. Yeni dibantu oleh enam anggota KPPS perempuan lainnya.
Perempuan-perempuan ini datang dari berbagai kalangan, dari ibu rumah tangga, guru, sampai mahasiswa. Layaknya petugas pada umumnya, dengan mengenakan baju setelan KPPS, tujuh orang perempuan itu duduk di tempat tugas masing-masing. Dua orang perempuan bertugas di belakang meja pendaftaran. Tiga lainnya, termasuk Yeni, menyiapkan kertas suara dan memanggil nama para pemilih.
Seorang lagi bertugas memastikan pemilih memasukkan kertas suara di kotak yang benar, sedangkan satu perempuan lainnya memastikan pemilih menyelupkan jari seusai mencoblos. Dan satu perempuan muda bertugas sebagai PTPS.
Pemilih di balik bilik suara di TPS 007 Kampung Kajanan | Foto: Jaswanto
Tak sampai di situ, di pintu masuk TPS 007 Kampung Kajanan, dua orang perempuan dengan seragam Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) berdiri gagah menertibkan para pemilih. Dua Polwan juga terlihat siap-siaga di seberang tempat pencoblosan.
Menurut Yeni, bersama pasukan perempuannya, mereka sudah berada di TPS sejak pukul enam pagi. Dan membuka pendaftaran satu jam setelahnya. Sejak pendaftaran dibuka, para pemilih berduyun-duyun memasuki lokasi pencoblosan yang bernuansa “agak lain” itu.
Meja-meja dijajar membentuk huruf U. Setiap meja dibungkus dengan kain berwarna merah muda lengkap dengan kerlap-kerlip lampu LED. Di meja sebelah utara, bilik suara diletakkan, di sanalah orang-orang memutuskan pilihan. Di sebelah barat, di mana pemilih memasukkan kertas suara, lima kotak suara dijaga. Sedangkan di selatan, para petugas KPPS bekerja.
Tepat di tengah bangunan terdapat aksesoris, anggap saja begitu, berbentuk hati yang ditusuk stik bambu, mirip seperti hiasan telur di kala perayaan Maulid Nabi. Di sana, di bawah hiasan hati itu, lampu LED melilit dan terus berkerlip.
“Sudah sejak kemarin kami menyiapkan dekorasi-dekorasi ini. Nah, karena tepat di hari valentine, makanya kami berinisiatif untuk membuat aksesoris seperti ini,” ujar Yeni sembari tertawa.
Aksesoris berbentuk hati di TPS 007 Kelurahan Kampung Kajanan | Foto: Jaswanto
Berdasarkan hasil wawancara dengan Yeni, TPS 007 Kampung Kajanan memang ditunjuk oleh Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kampung Kajanan sebagai TPS percontohan dengan semua petugas perempuan.
Terkait dengan hal ini, setidaknya ada satu TPS yang semua petugasnya perempuan di setiap kabupaten di Bali. Hal ini dilakukan untuk mendorong partisipasi pemilih perempuan dalam penyelenggara pemilu di Bali.
“Setelah kami mendapat informasi bahwa TPS 007 dijadikan sebagai percontohan, ada beberapa hal yang kami persiapkan, dari mengikuti bimbingan teknis, sampai belajar kepada petugas TPS lain di Kampung Kajanan,” tutur Yeni.
Terkait dengan kendala selama di lapangan, menurut Yeni, untuk petugas KPPS sendiri nyaris tidak ada. Hanya saja, masih banyak pemilih yang kurang paham dengan teknis aturan pencoblosan. Katanya, banyak yang protes begini-begitu padahal yang bersangkutan memang tidak paham mekanismenya.
Banyak pendatang yang datang ke TPS 007 tapi ternyata tidak atau belum terdaftar di sana. “Jadinya kami harus menjelaskan lagi kepada mereka, dan itu cukup menunda proses pencoblosan,” sambungnya.
Satu hal yang ditekankan oleh Yeni sebagai ketua adalah memastikan semua anggotanya paham akan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Selain itu, karena semua perempuan, Yeni juga menanamkan mental tangguh kepada para anggotanya. Ia tak mau kalau sampai kinerja KPPS di TPS 007 mengecewakan. Apalagi, menurutnya, ini adalah pertaruhan kaum perempuan.
Shinta Istihsan, Ketua PPS Kelurahan Kampung Kajanan | Foto: Jaswanto
“Kami harus tetap profesional. Sebagai kelompok penyelenggara, meskipun perempuan, harus siap kerja fisik, seperti menata kursi, meja, bilik suara, angkat surat suara, menertibkan pemilih, dll. Yang jelas kami sudah mengikuti aturan,” kata Yeni dengan lantang.
Sementara itu, Ketua PPS Kelurahan Kampung Kajanan—yang juga seorang perempuan—Shinta Istihsan menjamin, meskipun petugas di TPS 007 semua perempuan, kinerjanya tidak kalah dengan laki-laki. Ia percaya petugas KPPS ini bisa mengemban tanggung jawab dengan maksimal.
“Mereka yang di sini ini kan sudah melalui tahap seleksi, dari mulai sikap, attitude, pengetahuan, sampai penguasaan teknologi. Jadi, sebagai ketua PPS, dan sebagai perempuan, saya yakin kinerja mereka tak kalah dari yang lain,” ujarnya.
Shinta mengatakan ada 14 TPS yang tersebar di wilayah Kampung Kajanan dengan total Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 3.833 pemilih. Untuk di TPS 007 yang merupakan TPS Wanita, tercatat DPT-nya sebanyak 277 pemilih.
Terlepas dari TPS 007, sebagai Ketua PPS, Shinta harus jemput bola ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Singaraja. Katanya, setidaknya ada enam DPT dari Kampung Kajanan yang masih tinggal di Lapas. “Mereka seharusnya memilih di TPS 14. Tapi karena tidak bisa, mau tidak mau, saya harus ke sana untuk mengantar kertas suara,” tuturnya.[T]
Reporter: Jaswanto
Penulis: Jaswanto
Editor: Adnyana Ole