SLOGAN “Tuanku adalah rakyat, jabatan adalah mandat” pertama saya dengar dari salah satu tokoh nasional, yaitu Ganjar Pranowo, yang juga calon presiden dari PDIP. Slogan itu bukan sekedar selogan, tapi mengandung makna yang sangat dalam, yang seolah-olah mengingatkan kita, khususnya para pemangku kebijakan, para pemimpin kita, tentang siapa sesungguhnya tuan, apa sesungguhnya jabatan itu.
Vox populi vox dei, adalah salah satu ungkapan bahasa latin yang berarti suara rakyat adalah suara Tuhan. Dan dalam ungkapan Tuanku adalah rakyat, maka bisa kita artikan juga Tuhanku itulah rakyat.
Dalam lingkup kecil manusia adalah bagian kecil dari alam semesta. Dalam diri kita, unsur alamnya itulah tubuh kita. Pikiran/manu/manah adalah unsur manusianya. Sang jiwa/ jiwatma itulah Tuhan atau Tuan dari diri kita yang sering juga disebut hati nurani.
Dalam kehidupan ini, kita memiliki keyakinan bahwa penyebab kebahagiaan adalah Tuhan, manusia dan lingkungan. Dalam diri kita, sebagai wujud mikros/buana alit/semesta kecil itulah Jiwatma/Tuhan/hati-nurani, pikiran, dan tubuh atau badan kita.
Dalam berkomunikasi sering kita mendengar, “Ikuti suara hatimu!“ Atau, ikuti suara Tuhan yang ada dalam hatimu, karena sejatinya itulah suara KEBENARAN, sedangkan pikiran sering memberikan suara PEMBENARAN saja. Dari hal inilah kita menyadari sesungguhnya Tuan/Tuhan kita adalah hati nurani.
Yakinlah, ketika dalam berkehidupan ini kita selalu mengikuti suara Tuan/hati-nurani/Tuhan yang ada dalam diri kita, maka pasti kita terhindar dari hal-hal yang tidak diharapkan.
Dalam perjalanan sejarah kebangsaan, kita menyaksikan transformasi peran kepemimpinan yang semakin matang. Terkhusus, ungkapan “Tuanku Adalah Rakyat, Jabatan Adalah Mandat” mencerminkan gagasan penting tentang pelayanan dan tanggung jawab yang terletak pada inti kepemimpinan. Saat ini, pada era kebijakan partisipatif dan pemerintahan yang demokratis, esensi dari ungkapan ini semakin meresap dalam pola pikir dan tindakan para pemimpin.
Tuanku, sebagai lambang institusi kehormatan dan identitas negara, tidak hanya dianggap sebagai simbol keagungan, tetapi juga sebagai bagian integral dari masyarakat. Tuanku adalah rakyat, memiliki ikatan emosional dan tanggung jawab yang mendalam terhadap kesejahteraan seluruh warganya. Pemahaman bahwa Tuanku adalah bagian dari rakyat, bukan sekadar pewaris tahta, membawa nuansa kehangatan dalam hubungan antara penguasa dan yang diperintah.
Di sisi lain, jabatan yang diemban oleh seorang pemimpin tidak sekadar sebuah posisi berkuasa, melainkan amanah yang harus diemban dengan penuh kesadaran dan dedikasi. Jabatan adalah mandat yang diberikan oleh rakyat melalui mekanisme demokratis.
Menyadari bahwa jabatan adalah mandat dari rakyat, atau yang memberikan jabatan itu sebenarnya rakyat, maka jelas yang menjadi tuan itu adalah yang memberi mandat itu, yaitu rakyat.
Rakyat memberikan mandat kepada sekelompok kecil orang yang kemudian disebut Pemimpin, sehingga pemimpin itu harus melayani dan menjadi abdinya rakyat atau mengabdi untuk rakyat, bukan menguasai rakyatnya.
Kembali pada nilai dari VOX POPULI VOX DEI atau suara rakyat suara Tuhan, maka tepat sekali rakyat itulah TUHAN/Tuan bagi seorang pemimpin, yang sejatinya bahwa kita hidup untuk melayani dan mengabdi untuk TUHAN.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memahami bahwa setiap keputusan dan tindakan yang diambilnya adalah representasi dari keinginan dan harapan rakyat yang menjadi TUAN-nya atau yang diwakilinya.
Pemimpin yang memahami bahwa dirinya adalah mandat dari rakyat akan lebih cenderung mendengarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, kesadaran akan mandat dalam jabatannya mendorong pemimpin untuk bertanggung jawab dan bekerja demi kesejahteraan kolektif.
Dalam kerangka “Tuanku Adalah Rakyat, Jabatan Adalah Mandat”, kolaborasi antara pemimpin dan masyarakat menjadi kunci utama untuk mencapai tujuan bersama. Melalui dialog yang terbuka, partisipasi aktif rakyat, dan kebijakan yang responsif, sebuah negara dapat mengarah pada arah yang positif dan inklusif.
Dan ketika seorang Pemimpin yang selalu ingat bahwa Tuannya adalah rakyat dan yang memberi mandat adalah rakyat serta dalam mengambil kebijakan selalu berdasarkan hal itu, maka sudah pasti Pemimpin tersebut sangat dicintai oleh rakyatnya.
Dengan demikian, kita dapat menilai kemajuan suatu bangsa bukan hanya dari prestasi materi, tetapi juga dari kualitas hubungan antara pemimpin dan rakyat, serta kesadaran pemimpin terhadap amanah yang diembannya.
Sebuah kepemimpinan yang mencerminkan nilai-nilai “Tuanku Adalah Rakyat, Jabatan Adalah Mandat” membawa harapan akan masa depan yang lebih baik bagi semua warganya. [T]
BACA artikel lain dari penulisDOKTER CAPUTatauDR. DR. KETUT PUTRA SEDANA, SP.OG