30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Negeri “Kedas Silapin Meong” Sampai Bangsa Yang Tak Pernah Cebokan | Catatan Liburan Akhir Tahun

Putu Arya NugrahabyPutu Arya Nugraha
February 4, 2024
inTualang
Negeri “Kedas Silapin Meong” Sampai Bangsa Yang Tak Pernah Cebokan | Catatan Liburan Akhir Tahun

Liburan ke Eropa | Foto: Dok. Putu Arya Nugraha

AKHIR tahun 2023 saya berlibur ke Eropa. Karena liburan, bukan tugas negara, saya tentu saja bersama keluarga. Kami mengunjungi cukup banyak kota tujuan wisata di tujuh negara di Eropa Barat. Saat datang saat benua itu sedang berada di pertengahan musim dingin.

Mohon maaf, saya tidak berbagi cerita tentang berbagai keindahan dan daya tarik lokasi tujuan wisata yang saya kunjungi. Saya juga tak mengupas sejarah kota-kota itu, meski betapa menakjubkannya dan begitu bersejarah segala bangunan kuno di kota-kota itu. Tentang hal-hal semacam itu dengan mudah bisa didapatkan dari internet, atau dari berbagai media cetak dalam negeri maupun media asing.

Cerita saya tentu saja soal pengalaman saya, yang terasa cukup unik dan menarik, meski barangkali tidak berhubungan sama sekali dengan destinasi wisata. Saya toh bukan agen wisata. Hahaha.

Verona, Italia | Foto: Dok. Arya Nugraha

Pertama-tama, saya harus menyampaikan pengakuan, bahwa saya termasuk orang yang takut naik pesawat terbang. Meskipun belum sampai pada level fobia, namun harus diakui saya selalu cemas jika akan naik pesawat terbang. Apalagi jika saya terus pikirkan lama penerbangan ke Eropa tidak kurang dari 17 jam.

Berada di atas tanah setinggi 13 kilo meter di dalam wahana ciptaan manusia itu, selama hampir seharian, mungkin tak membuat risau bagi kebanyakan orang. Namun saya, terus terang, degdegan. Apalagi saat itu, kami transit di Singapura yang dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, cuma ditempuh dalam tiga jam. Maka sisa waktu ke Eropa tentu saja sekitar 14 jam.

Berapa lama sih kita kuat tidur di pesawat? Atau menikmati berbagai tayangan pada monitor LCD layar sentuh di depan mata kita, film, musik atau teve. Namun berapa lama sih kita mampu? Masalah yang cukup mengganggu ini akhirnya teratasi berkat hobi saya gemar menulis.

Dengan sebuah laptop, ide saya cukup deras mengalir, mungkin juga semakin deras, akibat dorongan rasa takut naik pesawat itu. Hasilnya, dalam perjalanan berangkat saya menulis sebuah cerpen, dan satu lagi cerpen saya selesaikan dalam perjalanan pulang.

Dengan menulis, apalagi untuk sebuah ide yang menarik, segala rasa cemas dan risau saya tertutupi oleh pikiran yang menggali ke sana ke mari. Bahkan turbulensi pesawat pun luput dari perhatian.

Pisa, Italia | Foto: Dok. Arya Nugraha

Transit di Singapura pun memberi sesuatu yang sangat menarik bagi saya. Salah satu alasannya adalah karena saya memang belum pernah ke Singapura, walau sekali pun. Sebagai perbandingan, pegawai kontrak di Rumah Sakit di Bali Utara yang saya pimpin saja sudah berkali-kali ke main ke sana. Singapura seakan sudah menjadi tempat liburan standar bagi masyarakat Indonesia.

Waktu transit yang cukup lama, memberi saya kesempatan  untuk mengamati negeri Singapura, meskipun hanya dari Bandara Changi. Itu karena kita tidak bisa keluar bandara mengunjungi suatu tujuan wisata jika belum melakukan registrasi secara on line sebelumnya.

Sebuah kenyataan, betapa fix-nya segenap sistem negeri tetangga yang terkenal paling bagus sistem meritokrasinya itu.

Segala hal mesti diketahui oleh negara dan harus dipastikan  clear bagi keamanan domestik mereka. Dengan kereta yang digerakkan secara otomatis tanpa masinis itu, kita dapat mengunjungi semua terminal Bandara Changi. Nah, dari atas kereta yang dinamai skytrain itu kita dapat mengintip “sampel” negeri Singapura.

Sungguh menakjubkan, area publik yang tertata sedemikan apik, baik desainnya yang sangat fungsional maupun perpaduannya dengan eksterior taman yang asri. Dan hal yang paling sederhana, namun justru bagi saya paling spektakuler, adalah tak ada sehelai kecil sampah pun.  Kalau di Bali, keadaan yang begitu bersih sering diistilahkan dengan ungkapan “kedas silapin meong.” artinya bersih dijilati kucing. Merujuk pada kebiasaan kucing yang selalu menghabiskan sampai bersih jika diberikan makan.

Saya selalu meyakini, apa pun hal-hal besar dan megah, selalu harus dimulai dari hal-hal kecil yang ditekuni secara serius dan sepenuh hati. Maka kesimpulan saya adalah, pencapaian itu bukanlah karena Negara Singapura yang keras dalam mengatur warganya. Namun sebaliknya, warga negaranyalah yang saat ini telah mengurus dirinya sendiri dengan sangat baik dan secara kolektif kemudian telah membuat negerinya sempurna.

Brussels, Belgia | Foto: Dok. Arya Nugraha

Kita pasti sepakat, bagi yang sudah pernah berwisata ke Eropa, setiap sudutnya, semua sisinya terlihat cantik dan memukau. Dan tentunya, udara sejuk atau dingin serta akses untuk pejalan kaki yang luas, selalu membuat kita nikmat untuk berjalan kaki. Ini sama dengan situasi di Australia atau Jepang yang kebetulan juga sudah pernah saya kunjungi.

Namun sama pula dengan Australia, hampir semua hotel dan tentu saja di rumah warga, toiletnya tidak dilengkapi dengan shower untuk cebokan setelah buang air besar. Ini tentu sangat menyulitkan kita orang Indonesia yang sudah biasa cebokan dengan air setelah buang air besar. Entah itu dengan shower yang lebih modern, atau dengan gayung sebagai cara yang lebih lama, atau metode yang paling alami yaitu berak di sungai. Itu bahkan tak tanggung-tanggung, cebokan memakai sumber air sebangsa. Hahaha.

Hanya di beberapa hotel di Italia yang saya temukan memiliki sarana cebok yang bentuknya menyerupai washtafel disebut bidet. Metode ini justru berasal dari Prancis di abad ke-17. Bidet sendiri dalam bahasa Prancis berarti kuda poni. Sebab, saat kita hendak membasuh organ sensitif kita di area bokong, maka posisi terbaik kita adalah seperti sedang menunggangi seekor kuda poni.

Masalahnya, posisi toilet dan bidet itu berjarak. Artinya setelah buang air besar selesai, maka untuk cebokan kita harus berpindah posisi ke toilet bidet di sebelahnya. Aduh, saya sarankan anda tak usah membayangkan peristiwa itu. Bayangkan saja jika bidet itu ditaruh di ruangan lain, hahaha. Lebih parah lagi, betapa repot, jorok dan hebohnya setiap kita mau buang hajat.

Akhirnya, sebagai solusi di hotel yang tak juga tersedia bidet, kita harus menampung air dengan botol air mineral untuk keperluan tersebut. Dalam hal ini, kita boleh meledek orang Eropa yang maju dan modern, kok tidak praktis dan agak jorok ya?

Dan rata-rata air keran di Eropa saat ini sudah bisa dikonsumsi sebagai air minum. Maka air yang sama kita pakai untuk mandi, diminum dan juga untuk cebokan, hahaha!

Saya coba mencari sebab, kenapa sih orang Eropa atau Amerika dan Australia tak mau cebokan dengan air dan tangan. Dan memilih hanya dengan tisu? Ada beberapa alasan, katanya karena jijik tangannya bersentuhan langsung dengan tinja, padahal tinjanya sendiri. Atau karena suhu air yang terlalu dingin,  dan akhirnya lebih banyak karena memang sudah kebiasaan turun-temurun.

Ada kisah lucu terkait hal ini. Saat mampir di sebuah rest area dalam perjalanan dari Verona, Italia, menuju Swis, anak remaja saya yang gadis telah naksir seorang pemuda Swis yang bekerja sebagai kasir di swalayan di rest area tersebut. Tentu saja karena badannya setinggi 1.8 meter lebih, matanya yang biru dan wajahnya yang tampan. Ia terus mengungkapkan kekagumannya pada pemuda tersebut kepada kami.

Adiknya, anak bungsu kami yang cowok, mungkin sudah mulai jengkel mendengar ocehan kakaknya tentang pemuda itu, lalu sinis menanggapi, “Kamu suka sama cowok gak pernah cebokan?”

Saya dan mamanya berusaha keras menahan tawa, kakaknya memasang muka masam dan setelah itu, semakin jarang membicarakan kasir ganteng itu.

Koln, Jerman | Foto: Dok. Arya Nugraha

Di luar dugaan, saat dalam perjalanan dari kota Frankfrut, Jerman menuju Amsterdam, Belanda, ada pesan WA masuk. Saya cek, rupanya dari kawan saya, staf RRI Pusat Jakarta. Selama ini saya memang sering menjadi narasumber untuk program Pro 3 RRI Pusat Jakarta, tentu saja untuk topik medis. Menanyakan, apakah saya ada teman yang pernah berwisata ke luar negeri? Untuk diwawancarai, terkait fenomena liburan ke luar negeri.

Saya terlonjak kaget dan menjawab, “Lah, saya pas sedang liburan ke Eropa ini.” Ia pun terlonjak kaget. Jika begitu kita wawancara saja ya, pintanya. Saya menyetujui.

Dalam wawancara live itu, penyiar menanyakan, kenapa sih liburan ke luar negeri? Lalu saya menjelaskan opini saya. Berwisata itu soal ingin mengetahui hal baru. Itulah kenapa orang Eropa datang ke Asia atau Indonesia. Apalagi secara pribadi, saya sangat tertarik dengan bangunan-bangunan kuno yang begitu megah dan sarat sejarah.

Situs-situs di kota Roma, seperti Colosseum misalnya, bahkan dibangun di awal Masehi yaitu di sekitar tahun 70, dan sekarang masih berdiri berdampingan dengan segala modernitas kota Roma.

Kita pun dapat merasakan langsung, bagaimana sistem yang telah diterapkan oleh negara-negara maju dan modern itu dalam hal teknologi digital yang sangat memudahkan hidup. Inovasi yang tentu saja dapat kita adopsi.

Roma, Italia | Foto: Dok. Arya Nugraha

Jadi menurut saya, jika demikian, berlibur ke luar negeri bukanlah gejala nasionalisme yang menurun. Seperti juga, jika kita berlibur ke Labuan Bajo, bukan berarti kita tidak mau mendukung pariwisata di Bali misalnya. Semua baik asal memang dengan niat yang baik.

Apakah bukan untuk gaya-gayaan diunggah di media sosial? Kalau cuma untuk gaya-gayaan, saya rasa itu bujetnya terlalu gede, hahaha. Namun mengunggah foto-foto liburan di media sosial pun bukan hal yang salah. Karena setiap manusia memiliki sisi kepribadian narsistik dalam batas-batas yang lazim, yang lebih tepat disebut sebagai aktualisasi diri. [T]

BACA artikel TUALANG atau artikel lain dari penulis PUTU ARYA NUGRAHA

Bertemu Karl Marx di Highgate
Mengarungi Lautan Indonesia: Menapaki Surga Banda Neira
Toko Indonesia di Amerika | Catatan dari Philadelphia [3]
Tags: eropaItalialiburan ke EropaPariwisatapariwisata eropaperjalananSingapurauni eropa
Previous Post

Dewa Mayura Refreshing dengan Lagu “Lelah Mengalah”

Next Post

Menengok Desa Tembok

Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

Next Post
Menengok Desa Tembok

Menengok Desa Tembok

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co