5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Gunung Batur yang Kesekian Kalinya

JaswantobyJaswanto
January 17, 2024
inEsai
Gunung Batur yang Kesekian Kalinya

Jaswanto bersama dua temannya di puncak Gunung Batur | Foto: Dok. Jaswanto

LIBUR Galungan dan Kuningan tahun 2018, di tengah aktivitas kampus yang padat dan terik bulan puasa, untuk pertama kalinya saya mendaki gunung itu.  Seorang teman meyakinkan saya bahwa mendaki gunung adalah aktivitas yang menyenangkan. Saya terpengaruh, meski awalnya sedikit gamang. “Ini gunung tidak tinggi, hanya seribuan mdpl. Cocok bagi pemula,” katanya, meyakinkan.

Waktu itu saya berangkat dengan bekal pengalaman yang minim—bahkan nyaris tak punya. Tapi beberapa teman memberi jaminan bahwa selama pendakian tidak akan ada hal buruk terjadi. “Percayalah,” ucap seorang teman.

Kami mendaki saat orang-orang sedang nyenyak bermimpi. Bintang bertebaran di langit, tapi malam tetap saja gulita. Saya seperti terperangkap di masa lampau, tanpa aliran listrik dan sinyal seluler. Tidak ada yang bisa dikerjakan selain terus berjalan dan bertukar cerita.

Jaswanto di puncak Gunung Batur tahun 2018 / Foto: Dok. Jaswanto

Setapak semakin terjal. Nyaris tak pernah landai. Pinggang Gunung Batur somplak dan berdebu, sementara tanjakannya penuh batu. Jurang dan kaki hanya dipisahkan oleh sejengkal jarak. Benar-benar sejengkal, tanpa pembatas pula. Begitu terjal hingga menuliskan kondisinya saja menguras tenaga.

Namun, anehnya, meski kaki terasa lumpuh, saat perjalanan mendaki menembus kegelapan malam di jalan setapak yang terjal, berpasir, berdebu, licin, berlubang, menanjak, seolah tak berujung telah terlewati, untuk pertama kalinya, saya merasakan sensasi yang hebat.

Saat sampai di puncak Gunung Batur, memotret atau berfoto dengan latar belakang sunrise yang indah, yang tak akan bisa saya lihat di tempat lain, menyatu dengan alam, seperti tak berjarak, di sebuah area yang berdinding kehampaan, merasa kecil, melebur, menggigil di dalam semak di sebuah cekungan lembah, di bawah naungan bintang-gemintang, di antara batu-batu dan rumput-rumput yang basah, dan jauh dari keramaian tentu saja, saya merasakan sebuah perasaan yang belum ternamakan sebelumnya—atau mungkin itulah yang disebut: ketenangan.

Batur adalah satu-satunya gunung di Bali yang saya kunjungi beberapa kali—nyaris tak terhitung bahkan. Meski tak setinggi Gunung Agung atau Gunung Abang, dalam kondisi tertentu, keindahan Batur tak perlu diragukan.

Beberapa pendaki berjalan di atas kaldera Batur tahun 2019 / Foto: Jaswanto

Jajaran kaldera yang menurut dugaan G. Marinelli dan H. Tazieff—dalam L’Ignimbrite et la Caldera de Batur (Bali, Indonesie) ( 1968)—terbentuk sekitar 22.000 tahun yang lalu itu, bagaikan lukisan Hindia Molek, gambaran haru-biru orang Eropa tentang eksotisme Timur.

Konon, pada 30.000 tahun yang lalu, gulungan bubur panas raksasa dari perut Gunung Batur menjalar pelan menuju arah selatan lebih dari 40 kilometer dari bibir puncaknya. Abunya merabunkan pandangan mata karena sangat tebal.

Sekarang, endapan bubur panas itu, juga batuan dan abunya, meninggalkan paras-paras halus di sekitaran Sukawati, hingga lekukan batuan indah di sepanjang Hidden Canyon, Desa Guwang, Kabupaten Gianyar. Jejak letusan Batur juga dapat dinikmati di dinding Tukad Ayung, Air Terjun Tegenungan.

Seorang Peneliti Kaldera Nusantara Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo membayangkan tebal dinding bubur panas itu mencapai ketinggian lebih dari 20 meter di Hidden Canyon. “Maka, ketinggian itu mampu menggambarkan betapa muntahan lava Batur tertinggi bisa diperkirakan lebih dari 400 meter,” katanya.

Suasana menjelang pagi di puncak Gunung Batur tahun 2019 / Foto: Jaswanto

Tinggalan Batur, tulis Ayu Sulistyowati dalam “Letusan Gunung Batur Melukis Alam Bali” (2020), yang berbeda dari letusan kaldera Nusantara lainnya adalah kehalusan warna dan tekstur paras atau bisa disebut padas. Di tebing-tebing Sungai Petanu, di Gianyar, tersaji dinding-dinding tebing batuan dengan warna krem kekuningan, terpotong lurus vertikal oleh mesin-mesin gergaji tambang batu.

Ketika sebagian rakyat Indonesia heboh dengan Debat Capres 2019—yang kemudian, seperti biasa, muncul ribut-ribut dan segera memenuhi timeline media sosial tentang perilaku kedua capres, pendapat, dan lain-lain—bersama tiga kawan saya memilih berkendara menuju Gunung Batur. Meninggalkan kota pada akhir pekan, mulai mendaki pada pagi buta. Beberapa bulan setelahnya, bersama teman-teman dari India, saya kembali menyambangi gundukan batu purba setinggi 1717 mdpl itu.

Sebagaimana gunung di Bali pada umumnya, Batur juga dianggap sebagai tempat suci. Menurut keyakinan setempat, gunung purba ini sering disebut “ibu” dari Gunung Agung. Namun, berbeda dengan anggapan tersebut, dalam lontar Candi Supralingga Bhuana—sebagaimana disampaikan I Ketut Sumarta dalam Batur Jantung Peradaban Air Bali (2015)—Agung dan Batur justru dianggap “pasangan”.

Jaswanto bersama teman-teman India-nya di puncak Gunung Batur / Foto: Dok. Jaswanto

Agung adalah purusha (laki-laki) dan Batur adalah pradana (perempuan). Purusha-pradana dalam Agung-Batur senantiasa bersinergi untuk melahirkan kesuburan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Keduanya menyatu sebagai dwi lingga giri (dwi = dua, lingga = tempat, giri = gunung). Terlepas dari anggapan tersebut, yang jelas, keduanya adalah gunung api (volcano) yang berada dalam lingkaran atau rangkaian Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire).

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, sebagaimana kita ketahui, Gunung Batur adalah tempat tujuan pendakian yang paling diminati di Bali berdasarkan jumlah wisatawan. Setidaknya ada empat sampai enam jalur pendakian dari desa-desa di kakinya. Tapi yang paling dikenal dan umum adalah starting point dari area Pura Jati yang terletak di pinggang Gunung Batur.

Bali telah lama terjerumus ke dalam mangkok salad pariwisata. Sejak Walter Spies melukis pemandangan sebuah pulau yang indah dan eksotis pada tahun 1930-an, sebagaimana ditulis Edward Speirs dalam “Coming to Terms with Change in Bali (and of Bali)” (2022), reputasi sebagai surga telah membayangi Bali.

Berkat alamnya yang asri, sejak dulu Bali masuk radar turis—bahkan pria Meksiko bernama Covarrubias menjulukinya sebagai “the last paradise”. Selain alam, Bali punya ajang kebudayaan dan kesenian yang selalu ramai bukan kepalang. “Kita tidak mungkin melarang orang untuk datang ke sini,” jawab seorang tour guide dengan tenang dan diplomatis. Berbeda dengan Ciptagelar, misalnya, Bali sangat sudi menjadi objek wisata.

Jaswanto bersama kedua sahabatnya di sabana Batur / Foto: Dok. Jaswanto

Namun, jika keindahan adalah sumber daya Bali, kata Speirs, maka itu juga kutukannya. “Kecantikan adalah daya pikat yang otentik namun sekaligus menjadi korban: ‘Cantik itu Luka’, seperti yang dikatakan oleh penulis Indonesia Eka Kurniawan,” sambungnya.

Kintamani, tempat Batur berdiri, tak luput dari radar. Dalam banyak hal, popularitas Kintamani bahkan melebihi Bangli itu sendiri. Bahkan, saking tersohornya, pada 1970-an beredar film berjudul “Kabut di Kintamani” karya Kurnaen Suhardiman. Sedangkan musisi legendaris Indonesia Ebiet G.Ade dengan romantik menulis “…sejuk lembut angin di bukit Kintamani…” pada lirik lagu “Nyanyian Rindu” tahun 1980.

Beberapa orang menyebut puncak kejayaan pariwisata di Kintamani terjadi pada tahun 80-an, saat perpaduan antara pariwisata dan budaya mulai digagas Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Ketika itu dapat melihat kaldera Batur dengan paduan budaya dan tradisi adalah pengalaman yang luar biasa. Namun, seiring waktu berlari, wisata-budaya di Batur mulai ditinggalkan.

Jaswanto sedang memotret di atas kaldera Batur / Foto: Dok. Jaswanto

Wisata kebudayaan di Kintamani kini telah memudar. Mereka tidak lagi lestari. Mereka telah modern. Tetapi, bagaimana mungkin sebuah kebudayaan bisa dilestarikan sementara ia adalah entitas yang terus bergerak? Batur tampaknya terlalu tua dan lelah untuk menjawab.

Sebelum pandemi memorak-porandakan banyak tatanan, bersama beberapa teman, saya kembali mendaki Gunung Batur. Meski tak sampai puncak, saya tetap merasakan sensasi yang hebat, seperti pertama kali mengunjunginya. Sabananya, batuan purbanya, embun paginya, asap belerangnya, adalah bagian sedikit keindahannya. Bali mungkin telah berubah, tapi Batur barangkali akan tetap suci dalam hati dan pikiran masyarakat sekitarnya.[T]

Mendaki Gunung Tempat Para Dewa Berstana
Ke Trunyan Kami Mendaki: Melepaskan Beban, Mengeratkan Hubungan
Pendakian Gunung Abang 2.151 Mdpl: Kita Tidak Pantas Mati di Tempat Tidur!
Tags: baliBangliGunung AgungGunung BaturKintamani
Previous Post

Mengenal Lebih Dekat Desa Adat Pinge, Desa Wisata Berbasis Tri Hita Karana

Next Post

Penciptaan Gending Selonding untuk Selonding Batur

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Penciptaan Gending Selonding untuk Selonding Batur

Penciptaan Gending Selonding untuk Selonding Batur

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co