31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pentas Suun: Percakapan Tubuh dengan Kursi-Kursi

Satria AdityabySatria Aditya
December 23, 2023
inUlas Pentas
Pentas Suun: Percakapan Tubuh dengan Kursi-Kursi

Arista Dewi dalam pertunjukan Suun | Foto: B-Part

PEREMPUAN itu mengambil kursi-kursi kayu, menyusunnya hingga membentuk sesuatu yang mirip menara. Kursi pertama dan kedua ia susun tanpa ada masalah sedikit pun. Tumpukan kursi ke tiga dan seterusnya membuatnya harus naik ke kursi yang telah tersusun sebelumnya, sambil mempertahankan keseimbangan kursi di atas kepalanya.

Penonton seketika menahan napas. Dalam kesempatan lain, ada juga beberapa penonton yang ikut menyusun kursi itu, sesuai permintaan penampil. Ada yang ikut nyuun; dan ada pula yang hanya membawa kursi itu untuk kemudian disusun.

Sampai kursi terakhir, perempuan itu menghadap ke ujung tempat ia memulai pertunjukan. Diam dan pementasan selesai.

Arista Dewi dalam pertunjukan Suun / Foto: B-Part

Pertunjukan itu berjudul Suun, karya koreografer asal Jembrana, Bali, Arista Dewi. Pertunjukan itu dipentaskan pada Day-2, 9 Desember 2023, Bali Performing Arts Meeting (B-Part) yang digelar di MasaMasa, Ketewel, Gianyar dari tanggal 8-10 Desember 2023.

Pada pementasan ini, Arista ingin menggali lebih dalam mengenai posisi perempuan dalam kaitannya dengan kekuasaan melalui praktik koreografi. Ia berkata bahwa karya ini berusaha mengeksplorasi fenomena “diskriminatif” dalam kehidupan perempuan Bali melalui biografi sang ibu.

Rupanya, dalam pertunjukan ini, Arista mencoba membenturkan apa yang tampak dengan apa yang dirasakan sebagai upaya refleksi dalam komposisi koreografi.

Ni Putu Aristadewi Saat ini tinggal sementara di Yogyakarta. Arista membentuk Jelana Creative Movement, sebuah kolektif lintas disiplin yang bergerak pada bidang pengarsipan dan pengembangan kesenian dan kebudayaan bersama seniman muda Jembrana.

Praktik artistik Arista berkelindan seputar tubuh dan perempuan Bali yang dilihat dari aktivitas sehari-hari sebagai sebuah teks yang menarik untuk ditelisik lebih jauh.

Kini, Arista sedang berupaya mengulik biografi ibu yang berprofesi sebagai pemetik janur lewat kegiatan nyuun (sunggi) dalam konteks repertoar arsip perempuan Bali. Arista banyak berkolaborasi bersama kawan-kawan seniman lintas disiplin baik teater, musik, rupa, dan lainnya.

Karyanya sempat dipresentasikan dalam program Paradance #30; Festival Bali Jani, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali 2023; Paradance, Platform dalam Baku Pandang Biennale Jogja 17; serta mengikuti workshop dan presentasi pertunjukan oleh Eun Me Ahn dalam IDF (2020) serta Temu Seni Tari Indonesia Bertutur 2023.

Bentuk Respon atas Benda di Sekitar Kita

Suun adalah sebuah aktivitas membawa benda di atas kepala, biasanya aktivitas ini sering dilakukan oleh perempuan Bali, entah dari pasar, dari sanak saudara, dari sawah—dan kini suun bisa menjadi sebuah profesi, khususnya di pasar.

Menariknya, dalam upacara pun kegiatan ini dilakukan. Ketika orang Bali menikah, ada salah satu upacaranya yang mengisyaratkan si perempuan untuk menyuun suatu benda. Suun tampak begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari orang Bali.

Sebagai penonton, saya membayangkan bahwa konteks inilah yang ingin ia sampaikan kepada penonton, di mana perempuan-perempuan Bali dahulu, perempuan hari ini, masih nyuun atau menjunjung suatu di atas kepalanya, bahkan ketika sudah ada tas kresek dan tas-tas lain yang sesungguhnya mempermudah kita mebawa barang.

Untuk memaksimalkan kerja tubuhlah, saya pikir, perempuan desa atau perempuan yang bekerja di pasar tetap menjinjing barang di tangan kanan dan kiri, dan meletakkan barang tertentu di kepalanya. Persis sebagaimana yang dilakukan Arista dalam pertunjukan itu.

Pementasan kali ini tampaknya harus berhati-hari dalam memaknai ruang. Sebelumnya, saya tahu, Arista sempat pentas di panggung yang cukup lenggang. Tapi, kali ini ia dihadapkan dengan ruang yang terbatas, karena di pementasan kali ini digelar dalam ruangan yang sesungguhnya adalah galeri pameran kain tenun dari berbagai daerah.

Ini menjadi kesulitan tersendiri karena penampil harus menyadari ruang, di mana Arista harus nyuun kursi, sementara di atasnya terbentang kain yang panjangnya kurang lebih 10 meter.

Kursi adalah benda pertama yang mesti diperhatikan Arista, dan kain dan ruang adalah benda kedua yang membentuk gestur dalam pertunjukan itu. Lebih dari itu, Arista bermaksud untuk menumpuk kurs. Ini membuat Arista saat itu harus berpikir lebih.

Arista Dewi dalam pertunjukan Suun / Foto: B-Part

Saya pikir hal itu tidak sia-sia. Segala pertimbangan yang membatasi Arista itu rupanya menjadi penyumbang partitur gerak yang dalam konteks tertentu, sama pentingnya dengan kursi, sama pentingnya dengan pakaian Bali yang ia pakai, dan sama pentingnya dengan jibunan penonton yang mesti ia awasi agar tidak tertimpa kursi yang ada di atas kepalanya.

Saya bisa berkata dengan sederhana bahwa pertunjukan ini adalah sebentuk respon atas benda di sekitar kita.

Dari awal saya mengamati persiapan Arista. Ia mencoba ruang, geladi di tempat itu, dan yang menakutkan adalah jika kursi yang ia suun terjatuh dan menimpa benda di sekitarnya. Ah, saya terlalu berlebihan.

Di pementasan ini Arista memakai media kursi kayu yang berbentuk persegi empat. Kursi-kursi itu ia taruh acak. Beberapa kursi ia taruh di ujung tempat yang mengingatkan saya pada lorong itu, beberapa kursi ia sembunyikan di dalam ruang pameran lainnya, dan beberapa kursi ia letakkan berjejer di ujung sebaliknya. Dan, kursi itu bisa diduduki penonton.

Pementasan dimulai. Penonton yang hadir rupanya cukup banyak. Penonton pun dipersilakan duduk di kursi yang sudah disediakan itu. Beberapa dipersilakan duduk lesehan di lantai. Lampu merah pun menyala, menyinari Arista yang telah berdiri di ujung ruangan, mulai memakai kamben batik, baju brokat khas Bali, beberapa perhiasan di kuping kanan dan kiri, dan meletakkan kain yang telah digulung di atas kepalanya.

Beberapa kursi berjejer di sebelahnya, lantas ia menjunjung satu kursi di kepalanya, dua kursi ia bawa di tangan kiri dan kanannya. Tak ada musik pengiring. Seisi ruangan sepertinya terbius. Hening. Tak ada suara lain kecuali tapak jalan perempuan itu dan seretan kursinya.

Kursi itu lantas ia tata di ujung lain tempat itu, di tempat penonton duduk di bawah. Sesungguhnya, bentuk ini mengingatkan saya pada arena balapan. Tapi ia sendiri. Sesampai di ujung, ia menyusun kursi. Lalu ia mengambil kursi di ruang lain, ia suun satu kursi di atas kepalanya, dan ia bawa satu lagi di tangan kanannya.

Seorang penonton ikut nyuun kursi dalam pertunjukan Suun / Foto: B-Part

Tangan kirinya mencoba menyeimbangkan badan. Ia bawa kursi itu ke tempat tadi. Di sana ia tumpuk satu persatu kursi itu. Ia lantas mengambil kursi yang diduduki penonton: ada yang mempersilakan tempat duduknya diambil, ada pula yang tak rela tempat duduknya diambil.

Pementasan ini membuat penonton beberapa kali menahan napas. Terutama ketika Arista menaiki sebuah kursi untuk menyusun kursi yang lain agar susunan itu lebih tinggi. Satu hal yang bagi saya tak kalah menegangkan, yaitu ketika Arista menyuun sebuah kursi di kepalanya, dan naik ke kursi yang sudah disusun, dan semua itu dilakukan dalam situasi kain ketat melilit pinggang hingga kaki Arista.

Sesekali Arista hampir kehilangan keseimbangannya dan hampir membuat kursi yang ia suun terjatuh. Entahlah. Kadang hal-hal ini menjadi ruang untuk mengatur napas penonton. Saya tak yakin, tapi hal ini tampak terencana.

Setelah menonton pertunjukan ini, tiba-tiba saya berpikir soal perempuan Bali. Ya… saya kerap menjumpai perempuan yang bekerja di pasar, saya kerap menemui perempuan yang menghidupi keluarganya, perempuan yang bekerja keras, dan… ah.. hayalan saya hanyut pada pengalaman-pengalaman saya yang terkait dengan pentas ini.

Nyuun membutuhkan kekuatan fisik yang lebih, konsentrasi untuk menahan tumpuan di kaki dan leher. Jika salah satunya kehilangan keseimbangan, benda yang ada di atas kepala akan goyah kemana-mana.

Atau jangan-jangan, segala yang saya pikirkan tidak pernah dipikirkan lagi oleh beberapa orang karena suun sudah menjadi milik tubuh mereka? Ya mungkin begitu.[T]

B-PART: Ragam Raga, Ruang, dan Kemungkinan
B-Part: Temu Seni Pertunjukan Kontemporer di Bali
“Lemari Neneks”, Sebuah Museum Performatif
“Pangan dan Kata-Kata yang Tak Cukup”: Relasi Antara Pangan, Tubuh, dan Higienitas
“Membaca Sanghyang”: Tentang Ritual, Arsip, Posisi Perempuan, dan Pertanian
Tags: B-Partseni kontemporerseni pertunjukanTeater
Previous Post

Ruang Harmonisasi Alami di Studio Pagi Motley

Next Post

Ketidakadilan Perayaan Hari Ibu

Satria Aditya

Satria Aditya

Alumni Universitas Pendidikan Ganesha. Kini tinggal di Denpasar, jadi guru

Next Post
Ketidakadilan Perayaan Hari Ibu

Ketidakadilan Perayaan Hari Ibu

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co