10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menebak Karakteristik dari Penampilan Fisik: Catatan dari Lontar Pawetuan Jadma

Putu Eka Guna YasabyPutu Eka Guna Yasa
December 18, 2023
inEsai
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

Putu Eka Guna Yasa

TAK mudah mengenal karakteristik seseorang. Apalagi orang itu sudah terbiasa diterjang berbagai badai kehidupan. Dalam laci hati yang dipenuhi kemarahan, ia bisa menunjukkan wajah yang dipenuhi keramahan. Dalam relung hati yang kecewa, ia bisa mempertontonkan tawa. Dalam jiwa yang diakrabi kehilangan, ia justru selalu tampak riang. Ditutupinya kenyataan hidup dalam sebuah ruang rahasia sehingga yang tampak di luar selalu kebalikannya.

Kelebihan orang ini tentu karena pengalaman hidup suka-duka yang telah diakrabinya. Meski barangkali tubuhnya sangat lelah merapikan serakan keadaan untuk ditampilkan selalu indah di permukaan, kenyataannya tidak semua orang leluasa menunjukkan diri luar dan dalam. Artinya, orang selalu berusaha tidak jujur atas dirinya. Ada tuntutan pekerjaan, status sosial, kedudukan, dan seterusnya yang mengikatnya untuk tampil purna tanpa cela. Menjadi apa adanya semakin sulit akibat berbagai kebutuhan sosial dan mungkin juga media sosial.

Meski begitu rumit untuk mengetahui karakteristik seseorang, para cerdik pandai Bali di masa lalu ternyata ada yang berminat untuk mempelajari khazanah pengetahuan ini. Cara yang ditawarkannya untuk menyibak karakteristik seseorang justru bertitik pangkal dari sesuatu yang dekat, yaitu sisi fisiknya. Bentuk dan ukuran tubuh, warna kulit atau rambut, dan tanda-tanda lain tubuh diduga membawa kecenderungan karakteristik bawaan khas, unik, dan khusus.

Hasil pergulatan memahami hubungan yang ada di antara fisik dan karakteristik inilah yang kemudian ditulis dalam salah satu lontar yang berjudul Pawetuan Jadma. Kata pawetuan bermakna kelahiran. Sementara itu, kata jadma berarti manusia. Dengan demikian, pawetuan jadma berarti kelahiran manusia. Dalam konteks yang lebih luas, kelahiran manusia yang dimaksud adalah potensi karakteristiknya. Kita tentu bertanya, siapa yang memproduksi teks ini dan tujuan apa? Di bagian akhir tulisan ini, kta akan coba memetakan berbagai jawaban atas pertanyaan di atas.

Lontar Pawetuan Jadma

Pustaka lontar Pawetuan Jadma dikoleksi oleh keluarga pendeta di wilayah Payangan Gianyar. Teks dimulai dari uraian mengenai hubungan antara fisik dan karakteristik seorang perempuan. Lalu dilanjutkan dengan penjelasan panjang tentang laki-laki. Meski dalam berbagai pustaka lain ada kelahiran yang disebut kedi (perempuan dengan karakteristik laki-laki atau sebaliknya), tetapi pustaka ini tidak menyinggung watak kelahiran tersebut. Mungkin diperlukan strategi khusus untuk mengetahui sifat dari kelahiran seseorang yang disebutkan terakhir, atau mungkin penulis belum memprioritaskannya.

Lebih jauh, mari kita baca sejumlah identifikasi karakter seorang perempuan yang telah dihimpun oleh penulis pustaka Pawtuan Jadma di bawah ini. Sesungguhnya ada dua puluh dua karakter yang diulas secara panjang lebar, tetapi kita batasi sepuluh saja dulu yang mungkin bisa mewakili karakteristik seseorang pada umumnya. Sisanya, kita bahas pada kesempatan yang lainnya.   

Pertama, pustaka pawetuan jadma menyebutkan apabila ada perempuan yang kulitnya berwarna putih kemerahan, perawakannya tinggi besar, dan payudaranya besar. Itu disebut dengan Durga Ngrik. Maka, tidak baik dijadikan istri karena akan membuat suaminya takut. Kedua, apabila ada perempuan yang tubuhnya kecil dengan warna kulit putih mulus, ujung payudaranya berwarna merah muda, dan rambutnya kekuningan. Itu disebut dengan Durga Saring. Orang itu tidak akan berhenti berpikiran negatif dan jahat. Ketiga, apabila ada perempuan yang kulitnya berwarna kuning langsat (nyandat), payudaranya bagus karena berukuran kecil, rambutnya hitam, dan betisnya kecil. Itu disebut dengan Istri Koci Kecana (Kencana). Perempuan itu akan selalu berperilaku baik dan setia kepada suami.

Ketiga, apabila ada perempuan yang kulitnya berwarna putih, tubuhnya tinggi besar, payudaranya bagus, rambut berwarna hitam, tangannya panjang, dan betisnya juga bagus.  Itu disebut dengan Istri Bitang (Bintang) Dreman. Baik dijadikan istri oleh sang raja (wnang patning de sang ratu). Keempat, apabila ada perempuan yang warna kulitnya putih, tubuhnya kecil, jarinya juga kecil, perawakannya pendek, dan rambutnya hitam. Itu disebut dengan Bintang Kara. Luar biasa baik karena bisa mendatangkan kekayaan. Kelima, apabila ada seorang perempuan yang tubuhnya tinggi besar, rambutnya panjang dan lebat, kulitnya berwarna hitam, dan payudaranya kecil.Itu disebut dengan Taman Ayu. Apabila payudaranya besar, disebut dengan Paksi Ngrem. Karekter perempuan itu malas (kiyul).

Keenam, apabila ada perempuan yang kulitnya berwarna putih, rambutnya hitam dengan ujung berwarna kuning, cara berjalannya agak cepat. Itu disebut dengan Istri Ula Mandhi. Buruk dan tidak baik dijadikan pendamping (apennin). Ketujuh, apabila ada perempuan yang tubuhnya agak gempal dan tinggi, cara berjalannya agak cepat, payudara bagus. Itu adalah perempuan yang mungkin tidak bisa melahirkan keturunan. Kedelapan, apabila ada perempuan yang memiliki gigi dengan jarak renggang, mata cekung. Itu adalah perempuan yang suka berhutang (kuat mutang). Apabila dinikahi akan sering bertengkar. Kesembilan, apabila ada perempuan yang urat matanya agak keputihan, raut wajahnya sopan, itu adalah perempuan yang takut kepada suaminya. Sangat baik dan utama. Kesepuluh, apabila ada perempuan yang kulitnya berwarna putih, perawakan tubuhnya tinggi, payudaranya padat, rambutnya ikal, seperti suara uang logam suaranya merdu. Perempuan itu akan mendatangkan banyak harta dan pengetahuan. Ini disebut dengan Udan Rasa atau Udan Pipis. Kemungkinan besar akan kaya dan bisa dijadikan istri.

Kakung (Laki-Laki)

Agar seimbang, selanjutnya kita bahas tentang ciri-ciri fisik laki-laki yang dihubungkan dengan karakteristiknya. Pustaka Pawetuan Jadma membentangkan tiga puluh ciri-ciri fisik seorang laki-laki untuk mengetahui karakteristiknya. Untuk penjelasan yang lebih rinci, mari kita ambil sepuluh saja dari tiga puluh uraian yang ada.

Pertama, apabila ada laki-laki yang hidungnya besar, tetapi lobangnya kecil, itu adalah orang yang benar dan terpercaya (pasaja gugu). Kedua, apabila ada laki-laki yang bibirnya tebal, itu adalah orang yang pemalu. Ketiga, apabila ada laki-laki yang dagunya lebar, itu adalah orang yang berpikiran baik. Keempat, apabila ada laki-laki yang dagunya kecil dan agak runcing, itu adalah orang yang penakut. Kelima, apabila ada laki-laki yang lehernya panjang, itu adalah orang yang teliti dan terampil, serta bersih.

Keenam, apabila laki-laki yang matanya cekung, pendek, dan tubuhnya kecil (kurus), itu adalah orang yang tidak bisa diberi rahasia. Ketujuh, apabila ada laki-laki yang dadanya kecil, bahunya menurun, itu adalah orang yang penakut, pasti mendatangkan keburukan. Kedelapan, apabila ada laki-laki yang tangannya pendek, itu adalah orang yang tidak bisa menyelesaikan pekerjaan. Hanya makan saja. Kesembilan, Apabila ada laki-laki yang telinganya berisi tahi lalat, pasti akan disenangi oleh tuannya. Kesepuluh, apabila ada laki-laki yang posisi giginya renggang, itu adalah laki-laki yang sombong dan pembohong (buruk).

Yang Bersembunyi di Balik Naskah

            Demikianlah hubungan antara ciri fisik dengan karakteristik seseorang menurut pustaka Pawetuan Jadma. Kembali ke pertanyaan awal, siapakah figur di balik teks ini? Dengan tujuan apa ia memproduksinya?

Apabila menyimak uraiannya tentang kelindan ciri fisik dan karakteristik yang konsisten diwacanakan dalam hubungannya dengan tuan atau raja, kita bisa menduga kuat bahwa produsen teks ini adalah seseorang yang berada di lingkaran kekuasaan. Pustaka Siwagama menyebutkan setidaknya ada dua pejabat khusus yang berhubungan dengan tata kelola para abdi negara yang kemungkinan memproduksi teks ini, yaitu Rakryan Demang dan Juru Pangalasan.  

Rakryan Demang adalah pejabat yang bertugas untuk mengurusi segala upacara raja, bunyi-bunyian, menata keindahan istana, merancang dan membuat pakaian kebesaran raja, membangun tempat berkumpulnya para gadis (karang kaputren), membuat ramalan-ramalan, dan yang lainnya. Berangkat dari tugas utama Rakryan Demang kita dapat menduga pejabat inilah yang bertugas untuk merekrut abdi perempuan untuk melayani sang raja atau memberi raja pertimbangan dalam memilih pasangan hidupnya.

Sebab, tak dapat disangkal, bahwa seorang permaisuri akan sangat menentukan apakah raja akan mencapai keajayaan atau sebaliknya kesuraman dalam menatakelola pemerintahannya. Oleh sebab itulah perlu pertimbangan yang luar biasa untuk menentukan pasangan yang paling ideal agar raja mencapai titik optimalnya dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya (mahayu ning rāt).

Berbagai karakteristik perempuan seperti koci kencana, bintang dreman, bintang kara, udan rasa, dan yang lainnya adalah figur yang secara eksplisit disebut wenang patning de sang ratu‘bisa dijadikan istri oleh sang raja’. Sementara itu, sejumlah sebutan seperti Durga Ngrik, Durga Sring, ula mandhi, dan yang lainnya menurut pustaka Pawetuan Jadma sebaiknya dihindari karena bisa membuat pendamping hidupnya takut, apalagi bagi mereka yang tidak memiliki kerendahan hati untuk menerima kekurangan masing-masing. Figur perempuan yang disebutkan terakhir dalam konteks kekinian barangkali tepat untuk mengisi posisi-posisi pekerjaan seperti Polwan, Satpam, dan yang lainnya karena memiliki daya yang tinggi untuk mengatur berbagai keadaan.

Di samping itu, sejumlah karakteristik laki-laki yang berhubungan dengan nilai-nilai keuletan, penjagaan rahasia, kesetiaan, dan yang lainnya juga berhubungan erat dengan tata kelola pasukan kerajaan yang ditangani oleh Juru Pangalasan. Juru Pangalasan pada zaman kerajaan memiliki fungsi untuk menyeleksi pasukan raja yang siap bertempur, mencari tipu muslihat musuh, berani, dan setia dalam menjaga rahasia kerajaan. Juru Pangalasan ini dalam perusahaan yang modern bisa disejajarkan dengan HRD (Human Resource Depelovment). Sebagai seseorang yang bertugas untuk merekrut tenaga kerja keraajaan yang mumpuni, mereka perlu memiliki pengetahuan mendalam tentang hubungan fisik dan karakeristik seseorang. SDM pegawai memiliki peran sentral untuk bisa menggulung pasar atau justru menjadi gulung tikar.

Itulah penjelasan penjelasan pustaka Pawetuan Jadma mengenai hubungan antara fisik dan karakteristik seseorang. Sebagai manusia biasa di luar konteks tugas kerajaan, beberapa bagian tubuh tentu tak akan bisa diubah, tetapi menyadari berbagai karakter dasar bawaannya menjadi penting sebagai pijakan awal untuk memperbaiki diri. Konon kebahagiaan akan bisa diraih seseorang apabila dia tahu dua hal, yaitu tahu diri dan tahu batas. Tahu diri membuatnya berusaha memperkecil kekurangan, tahu batas membuatnya untuk memperbesar rasa syukur.   [T]


[i] Terima kasih dihaturkan kepada sahabat De Nyana Kusuma dan Penyuluh Bahasa Bali atas bantuannya mendigitialisasi naskah ini di wilayah Desa Kelusa Payangan sekitar tahun 2018. Tulisan ini tidak bermaksud body shamming atau yang sejenisnya, tetapi berusaha menjadi pintu masuk untuk mempertimbangkan berbagai warisi literasi kuno untuk kehidupan kita saat ini.

  • Klik untuk BACA artikel lain dari penulis PUTU EKA GUNA YASA
Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu
Menjadi Manusia Merdeka: Catatan dari Adikawya Kakawin Rāmāyana
“Nglawang”: Sumber Sastra dan Realita
Tags: lontarManusia Balisastra
Previous Post

Menengok Sisi-sisi Lain Manusia dalam Festival Film Kemanusiaan

Next Post

Teater, Jakarta, dan Impian yang Terwujud

Putu Eka Guna Yasa

Putu Eka Guna Yasa

Pembaca lontar, dosen FIB Unud, aktivitis BASAbali Wiki

Next Post
Teater, Jakarta, dan Impian yang Terwujud

Teater, Jakarta, dan Impian yang Terwujud

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co