Maja labo dahu
Nggahi rawi pahu
KALIMAT di atas merupakan falsafah hidup dalam tradisi masyarakat Duo Mbojo, sebagai cara pandang mereka dalam menjalani kehidupannya. Duo Mbojo merupakan sebutan untuk kelompok etnis yang mendiami Pulau Sumbawa bagian timur, di mana wilayah cakupannya, meliputi, Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu.
Maja labo dahu bermakna malu untuk berbuat hal-hal yang di luar batas norma susila, dan takut untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Sedangkan, nggahi rawi pahu bermakna, apa saja yang telah diungkap dan diucapkan harus direalisasikan dalam bentuk perbuatan dan tindakan yang bermanfaat bagi orang lain.
Dengan demikian, falsafah tersebut semacam suatu dorongan yang sudah tertanam secara turun temurun di masyarakat Suku Bima, untuk senantiasa hidup sesuai dengan aturan/norma yang berlaku, dan berperilaku arif dalam mencapai kehidupan yang berbudi luhur.
Benar. Falsafah itu akan tetap diamini oleh penganutnya. Selama memiliki makna yang positif, selama itu pula ia akan tetap hidup di hati masyarakatnya. Seperti IMBIPU Singaraja, misalnya, meskipun jauh dari tanah kelahirannya, mereka tetap menjadikan maja labo dahu dan nggahi rawi panu sebagai landasan hidup mereka di tanah Rantau.
IMBIPU Singaraja merupakan akronim dari Ikatan Mahasiswa Bima dan Dompu yang berada di Singaraja. Sekadar tambahan, IMBIPU merupakan suatu organisasi eksternal kampus yang bersifat kedaerahan dengan mengusung nilai-nilai kekeluargaan sebagai landasan utamanya.
Seperti Muhammad Rangga Bima, misalnya. Pemuda kelahiran Desa Cenggu, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, itu, menganggap IMBIPU bukan hanya sebatas organisasi yang mewadahi mahasiswa Bima dan Dompu saja, melainkan sudah seperti sebuah rumah.
.
“Kami di IMBIPU itu ibarat seperti satu keluarga yang hidup dalam satu rumah. Di mana dirumah itu, kami banyak melakukan kegiatan bersama-sama,” ujarnya, kepada tatkala.co di sekretariat PMM AL-HIKMAH, Jln. Sudirman Gang Satu, Singaraja.
Bima—sebagaimana ia akrab dipanggil—menjelaskan, sebelum terbentuknya IMBIPU Singaraja, perkumpulan untuk Mahasiswa Bima dan Dompu yang ada di Bali itu hanya ada satu. “Dulu, perkumpulan mahasiswa dari Bima itu hanya satu, yakni PMBD—Perhimpunan Mahasiswa Bima Dompu—yang berbasis di Bali Selatan,” terangnya.
Sesaat setelah memberi jeda, ia menambahkan, “Karena sekarang ada dua tempat bagi mahasiswa Bima dan Dompu bersekolah, di Bali Selatan dan Utara, jadinya kami memecah diri menjadi organisasi baru yang bernama IMBIPU Singaraja.”
Bima, mahasiswa semester tiga Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali, itu kini menjabat sebagai Ketua IMBIPU Singaraja masa bakti tahun 2023/2024. “Alhamdulillah, saya diberi amanah untuk menjadi Ketua IMBIPU Singaraja di tahun ini,” ujarnya, penuh syukur.
Namun, sebagai ketua, ia merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk keberlangsungan IMBIPU Singaraja ke depannya. Sebab, menurutnya, IMBIPU Singaraja harus memulai pembenahan dalam ranah administrasi maupun hal-hal lain yang menyangkut sebuah organisasi.
“Di masa kepengurusan kami sekarang, kami berusaha membuat suatu acuan untuk membenahi struktur organisasi yang memiliki dasar administratif yang sesuai, agar kita bisa melihat filosofi dan sejarah dari IMBIPU itu sendiri,” pungkasnya.
Sebagai sebuah organisasi perhimpunan mahasiswa daerah, IMBIPU bisa ditemui di Kedai Kopi Ikhlas di Jln. Patimura Kampung Bugis, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali. Pemilihan tempat itu sebagai basecamp IMBIPU Singaraja bukan karena agar kegiatan nongkrong mereka menjadi asik, namun, karena pemilik Kedai Kopi Ikhlas merupakan salah seorang senior dari IMBIPU itu sendiri.
“Sebenarnya kami belum memiliki sekretariat tetap, jadinya kami memilih Kedai Kopi Ikhlas sebagai tempat kami berkumpul—karena pemiliknya merupakan senior kami di IMBIPU,” ujar pemuda kelahiran tahun 2004 itu.
.
Sebagai ketua, tentu saja Bima memiliki tujuan untuk membawa IMBIPU menjadi lebih maju. “Dalam waktu dekat, IMBIPU Singaraja diusahakan memiliki sekretariat tetap, agar semua hal yang menyangkut IMBIPU Singaraja dapat terkoordinir dengan maksimal,” ujarnya.
Bebagi Kebahagiaan
Meskipun belum memiliki kesekretariatan tetap, anggota maupun pengurus IMBIPU Singaraja, hampir setiap hari memiliki rutinitas untuk berkumpul. Sebagaimana Bima menyampaikan, bahwasannya, mereka kerap berkumpul di salah satu kos dari anggota IMBIPU Singaraja.
“Kami biasanya kumpul di kos salah satu anggota kami, hampir setiap malam,” ujarnya. Ia menambahkan, “Kami kumpul bukan hanya sebatas nongkrong, atau bersenda gurau. Tapi kami biasanya akan menentukan target, pantai mana yang akan kami jaring ikannya malam itu,” ungkapnya sembari tertawa.
Ya, menjaring ikan. Kegiatan itu mereka lakukan bukan hanya sebatas untuk mengobati rasa kerinduan mereka terhadap kampung halamannya saja, melainkan, hanya dengan itu mereka bisa berkumpul sesama anggota hampir setiap malamnya.
“Dulu, sebelum kami memiliki jaring ikan, jangankan untuk membuat acara makan-makan bersama, untuk sekadar berkumpul aja susah sekali,” ujar Bima.
Namun, setelah mereka berinisiatif untuk membeli jaring ikan—dengan cara berpatungan sesama anggota tentu saja—hampir setiap malam IMBIPU Singaraja mengadakan pesta hasil tangkapan merka.
“Tinggal belikan ayam satu ekor—untuk tambahan. Ikan hasil tangkapan dan ayam bakar, sudah cukup membuat sesama anggota IMBIPU Singaraja semakin akrab,” katanya.
Selain menjaring ikan, kegiatan lain untuk mengakrabkan sesama anggota adalah dengan mengadakan berbagai kegiatan yang positif. Seperti misal, mengadakan malam keakraban IMBIPU, halal bihalal, pengajian bersama, dan IMBIPU goes to camping.
Kegiatan IMBIPU Singaraja tidak hanya sebatas antaranggota saja, melainkan mereka kerap terlibat dalam kegiatan sosial di Singaraja maupun di luar Singaraja. Hal tersebut dibenarkan oleh Bima selaku ketua IMBIPU Singaraja.
“Dulu, waktu ada bencana gempa Lombok, kami mengadakan penggalangan dana dengan cara turun ke jalan untuk menggalang donasi,” ujarnya.
Selain mengadakan penggalangan dana, IMBIPU Singaraja juga tergabung kedalam aliansi peduli Bima dan NTT, Singaraja, Bali. Di mana kegiatan sosial tersebut, mereka lakukan untuk membantu korban banjir bandang dan tanah longsor di Bima, NTB, dan NTT beberapa tahun yang lalu.
“Jadi, setelah penggalangan dana, kami mengirimkan bantuan berupa uang, makanan, dan baju yang masih layak untuk dipakai,” ungkapnya.
Dan, IMBIPU Singaraja juga pernah melakukan bakti sosial yang ditujukan untuk masyarakat di Singaraja beberapa waktu yang lalu. Namun, menurut Bima, kegiatan sosial tersebut sempat mengalami vakumbeberapa tahun belakangan, karena para anggota dari IMBIPU Singaraja masih mengalami kendala karena Covid-19.
Membangun Relasi
Dengan konstruksi masyarakatnya yang heterogen, menjadikan Singaraja memiliki banyak warna kehidupan dan bermacam-macam sudut pandang untuk dibicarakan. Berbagai pola kehidupan tumbuh subur di Singaraja. Dalam catatan sejarah, Singaraja juga pernah menjadi Ibu Kota dari Sunda Kecil yang meliputi Bali dan Nusa Tenggara.
Dari perjalanan sejarah itulah, menjadikan Singaraja—bagi mereka yang datang ke Singaraja—bukan hanya sebagai suatu tempat untuk mencari ilmu dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah, melainkan juga untuk menemukan makna dari persaudaraan itu sendiri.
Maka benar, jika IMBIPU Singaraja merupakan sebuah rumah bagi mahasiswa Bima dan Dompu untuk menemukan saudaranya di tanah rantau. Selain membangun hubungan persaudaraan dengan sesama anggota, mereka juga menjalin hubungan baik dengan orang-orang dari Bima dan Dompu yang lain.
“Selain membangun hubungan dengan mahasiswa IMBIPU, kami juga membangun relasi dengan tentara dari Bima dan Dompu yang bertugas di Yonif Raider 900,” jelas Bima.
.
Hubungan Simbiosis mutualisme itu, menurut Bima, sudah terjalin cukup lama dan harmonis. “Kami mengenal mereka (tentara) karena sama-sama berasal dari satu daerah, karena kami memiliki ikatan darah yang sama, jadinya kami sering terlibat kegiatan bersama, seperti bakti sosial, buka bersama, dan kadang kami juga diperbolehkan meminjam alat-alat yang kami perlukan dari merka,” jelasnya.
Selain memiliki hubungan dengan tentara, IMBIPU Singaraja juga menjalin hubungan dengan para pekerja dari Bima dan Dompu yang merantau ke Singaraja. “Memiliki hubungan yang baik dengan mereka sangat menguntungkan bagi kami, karena jika kami memiliki suatu kegiatan, maka kami tak susah-susah untuk mencari peserta, tinggal minta bantuan ke mereka saja,” pungkasnya.
Menurut pengakuan Bima, IMBIPU Singaraja juga kerap mendapat bantuan dari hasil hubungan baik itu. Bantuan tersebut berupa materi maupun fasilitas yang diperlukan IMBIPU Singaraja, guna kelancaran setiap kegiatan yang diselenggarakan.[T]
Baca juga artikel terkait LIPUTAN KHUSUS atau tulisan menarik lainnya YUDI SETIAWAN
Reporter: Yudi Setiawan
Penulis: Yudi Setiawan
Editor: Jaswanto