DERING telepon di sore itu mengagetkan saya, ternyata yang menelepon adalah sepupu saya, ia mengajak saya untuk menghabiskan weekend ini dengan mengunjungi salah satu tempat wisata edukasi sejarah yang berada tidak jauh dari rumah kami. Monumen Jagaraga, merupakan tempat yang akan kami kunjungi sore itu.
Monumen Jagaraga merupakan salah satu destinasi wisata edukasi sejarah di Kabupaten Buleleng. Terletak di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan, Buleleng. Monumen ini berjarak ± sejauh 11 kilometer dari kota Singaraja, dapat menempuh waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan sepeda motor ataupun mobil.
Perjalanan yang kami tempuh ke Monumen Jagaraga kira-kira sekitar 12 menit, dengan jarak sekitar 4,5 Kilometer. Sepanjang perjalanan menuju monumen, mata kami dimanjakan dengan panorama pedesaan Desa Jagaraga, yang disepanjang kiri kanan jalan hamparan sawah nan hijau. Sore itu kebetulan sedang mendung, kami segera bergegas untuk menuju monumen.
.
Setelah tiba di lokasi, kami disambut dengan sepasang candi bentar khas Bali yang tinggi menjulang dan memiliki nilai seni yang indah. Mata kami begitu dimanjakan dengan candi bentar yang sarat akan keindahan seni ukir khas Bali.
Setelah memasuki candi bentar, kami dapat dengan leluasa menyaksikan seluruh area monumen yang tertata dengan rapi. Terlebih untuk dapat menikmati panorama monumen yang indah tersebut, kami tidak dikenakan biaya tiket. Sehingga kami dapat dengan bebas menikmati keindahan area monumen, tanpa khawatir dikenakan biaya tiket masuk.
Di area Monumen Jagaraga, tepat setelah memasuki candi bentar tadi. Mata kami tertuju pada dua deret pendopo yang berada di sisi kiri dan kanan area munumen. Kebetulan sore itu, Monumen Jagaraga tidak terlalu ramai pengunjung. Hanya beberapa pelajar yang terlihat saling berdiskusi entah mengenai tugas sekolah mereka. Melihat area pendopo yang cukup luas itu, menjadikan area ini tempat yang nyaman untuk sekedar berdiskusi ataupun belajar bersama teman-teman. Ketika berkunjung ke Monumen Jagaraga dan tiba-tiba hujan turun, pendopo itu bisa menjadi pilihan untuk berteduh.
.
Setelah berada di dalam area monumen, selain disuguhkan panorama monumen yang indah. Kami terpesona dengan salah satu bangunan ikonik di area monumen itu, yaitu patung sosok pejuang kemerdekaan Gusti Ketut Djelantik dan Jro Jempiring yang menjulang tinggi. Dengan kedua tangan yang menghunus keris saat bertempur melawan Belanda, lokasi patung ini lah yang paling menjadi favorit para pengunjung untuk mengambil foto ataupun selfie. Kami pun mengambil beberapa foto di patung ikonik tersebut.
Tidak hanya patung Gusti Ketut Djelantik dan Jro Jempiring. Di area Monumen Jagaraga, kami juga melihat patung-patung pejuang lain yang ikut berperang dalam Perang Puputan Jagaraga. Patung-patung tersebut tengah mengangkat berbagai senjata sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda.
Setelah puas mengabadikan foto di patung-patung tersebut, kami menuju diorama yang berada tepat di bawah patung Gusti Ketut Djelantik dan Jro Jempiring. Di dalam ruangan tersebut, terdapat diorama para pahlawan kemerdekaan pada Perang Puputan Jagaraga. Diorama itu di desain cukup detail dan terdapat pula patung-patung ukuran kecil yang juga didesain menyerupai bentuk aslinya.
Setelah puas berkeliling ruang bawah itu, kami pun memutuskan untuk keluar ruangan dan menuju area pendopo. Disana kami masih dibuat tertegun dengan pemandangan seluruh area monumen. Hamparan rumput hijau yang mengelilingi area monumen serta pepohonan rindang, membuat tempat ini tampak begitu asri.
Mendung di sore itu masih awet, kami duduk di dalam pendopo itu sambil berbincang-bincang. Saya mengatakan pada sepupu saya untuk mengajak teman-teman kami berkunjung ke monumen ini. Seperti tujuan dibangunnya monumen ini, agar para generasi selanjutnya dapat mengenang dan menghormati jasa para pahlawan serta mampu untuk memahami serta mengaplikasikan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam Monumen Jagaraga.
.
Dengan tujuan pembangunan yang sarat akan nilai sejarah. Serta tatanan bangunan dan area monumen yang telah tertata rapi. Monumen Jagaraga menjadi salah satu destinasi wisata edukasi sejarah yang menyenangkan dan pantang untuk dilewatkan.
Tak ayal, semenjak diresmikan beberapa tahun lalu, monumen ini kerap dikunjungi para pelajar dan mahasiswa. Tentunya untuk belajar dan mengetahui bukti mengenai bagaimana perjalanan perjuangan kemerdekaan para pahlawan Perang Puputan Jagaraga.
Hari kian sore dan mendung di langit masih sangat awet. Kami memutuskan untuk kembali pulang, karena takut turun hujan dan akhirnya terjebak di monumen itu. Kami berjanji, suatu saat kami akan kembali lagi ke Monumen Jagaraga. Tentunya dengan mengajak teman-teman kami, untuk mengetahui lebih banyak tentang cerita dan sejarah mengenai para pahlawan Perang Puputan Jagaraga di monumen tersebut. [T]