31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dari Chairil Anwar ke Bung Karno

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
September 24, 2023
inEsai
Dari Chairil Anwar ke Bung Karno

Chairil Anwar dan Soekarno | Ilustrasi diolah oleh tatkala.co

HUBUNGAN Bung Karno dengan Chairil Anwar adalah hubungan tekstual, antara pencatat dan yang dicatat dengan Syahrir sebagai katalisator. Bung Karno dicatat dalam puisi-puisi Chairil Anwar yang menggelorakan semangat kemerdekaan dan saling menguatkan berbekal kekuatan literasi bermutu kelas dunia. Keduanya menyelam dalam dunia pemikiran besar dunia, yang mengantarkannya menjadi orang besar di bidang masing-masing.

Bukti bahwa Chairil Anwar adalah pencatat ulung tersirat dalam puisi berjudul “Catetan Th. 1946”. Seperti juga mahasiswa mencatat ujaran dosen yang mengajar, Chairil tampaknya juga membuat catatan berdasarkan suasana kebatinan bangsanya pada 1946. Pada bagian “Catetan Th. 1946”, Chairil Anwar antara lain menulis:

…
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut.
…
Kita – anjing diburu – hanya melihat sebagian
dari sandiwara sekarang
…
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat.
…
Kita memburu arti atau diseraphan kepada
lahir sempat
Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu
Asah,
Tulis karena kertas gersang, tenggorakan kering
Sedikit mau basah!

“Catetan  Th.1946” tampaknya catatan sejarah senyata-nyatanya kalau dihubungkan dengan situasi saat itu. Pada 1946 terjadi percobaan kudeta yang ingin menggulingkan Syahrir selaku Perdana Menteri dengan alasan terlalu kompromistis. Suasana itu menjadi atensi Bung Karno untuk menyelamatkan Sjahrir.

Latar belakang itu mengilhami Chairil Anwar untuk mencatatnya, yang baik dan yang jahat karena semuanya punya tempat. Ibarat cerita, tokoh protagonis dan antagonis mesti ditampilkan karena di situlah sesungguhnya elan perjuangan berdialektika menemukan keseimbangan.

Jika dicermati,  puisi “Persetujuan dengan Bung Karno” dan “Krawang Bekasi” jelas pula kolaborasi pencatat/pewarta dengan yang diwartakan menjadi fokus: Bung Karno.

Suasana kebatinan nyata terasa benar. Oleh karena itu, ketika membaca sejarah bangsa, tidaklah tabu untuk  menyandingkan fakta sejarah dengan fiksi yang lahir dalam kurun waktu se-zaman.

Puisi sebagai karya sastra paling purba memunyai kepadatan diksi yang perlu kupasan kontekstual di tangan sejarawan dan sastrawan. Inilah yang disebut kolaborasi dalam  pembelajaran abad ke-21.

Demikian pula dengan puisi Krawang Bekasi yang dituduh sebagai plagiat, tetapi pembaca Indonesia yang membaca sejarah perjuangan bangsanya akan merasakan napas perjuangan dalam puisi tersebut.

Terlepas dari polemik terkait keberadaan Chairil Anwar yang hanya satu-dua puisi dinyatakan saduran, tidak sepantasnya Chairil ditenggelamkan namanya, sebagaimana ia tulis sendiri dalam “Catetan Th. 1946”. Semua harus dicatat.

Selain itu, keduanya juga seniman yang sederhana sebagaimana seniman Bali yang menjadikan seni sebagai ladang untuk pengabdian (ngayah)bagi nusa dan bangsa. Ketika menulis teks Proklamasi, misalnya, Bung Karno menuliskan di atas sobekan kertas dengan pena pinjaman.

“…seseorang memberikan buku catatan bergaris-garis biru seperti dipakai pada buku anak sekolah. Aku menyobeknya selembar dan dengan tanganku sendiri menuliskan kata-kata Proklamasi sepanjang garis-garis biru itu… bahkan aku tidak ingat lagi dari mana datangnya pena yang kupakai. Kukira aku meminjamnya dari seseorang”—Cindy Adam, 1982: 338.

Dari sejarah juga terbaca teks Proklamasi tulisan tangan Sukarno dipenuhi dengan coretan sebagai bukti bahwa pilihan diksi dalam Proklamasi yang kita kenal sekarang bukanlah proses sekali jadi.

Seperti juga seorang menulis karya sastra pada umumnya, selalu melalui proses seleksi kata untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Bung Karno menjadi konseptor, editor, sekaligus proklamator dari pernyataan kemerdekaan yang disebut Proklamasi.

Begitu pula Chairil Anwar dalam melahirkan puisi-puisinya. Tidaklah proses sekali jadi, tetapi melalui katarsis dan permenungan mendalam dengan seleksi ketat kata. Walaupun kemunculannya dengan mendobrak, tetap dengan identitas kemelayuannya yang kental dan sesekali menyelinap dalam puisinya. Inilah yang disebut Soekarno sebagai “berkepribadian dalam kebudayaan seturut dengan mantra trisaktinya”.

Proklamasi sebagai puncak kulminasi perjuangan bangsa Indonesia di tangan Sukarno adalah puisi mahabesar setelah puisi besar Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Dengan memerhatikan histori lahirnya Proklamasi jelaslah bahwa negeri ini dimerdekakan atas dasar semangat dan penuh kesederhanaan, jauh dari kemewahan.

Begitu pula saat pembacaan Proklamasi dengan sangat sederhana tanpa persiapan. Tiang bendera Merah Putih dibuat dari bambu runcing dengan potongan tidak rapi. Bendera  Merah Putih dijahit tangan oleh Fatmati dengan sangat sederhana.

Bahkan, sesaat setelah Proklamasi dibacakan, tidak ada syukuran resmi. Bung Karno merayakan syukuran dengan makan sate 50 tusuk dari pedagang di pinggir kali yang kotor.

Hal itu mencerminkan Bung Karno pemimpin yang menyatu dengan rakyat yang dipimpin, sebagaimana filosofi Jawa, dalam Manungggaling Kaula Gusti sebagai representasi kepemimpinan ningrat merakyat ala Ki Hadjar Dewantara, atau blusukan ala Presiden Jokowi. Hubungan demikian rekat juga dicatat oleh Chairil Anwar dalam puisi “Persetujuan dengan Bung Karno”:

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengar bicaramu,
di panggang atas apimu, digarami oleh lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
1948

Puisi di atas mencitrakan ajakan Chairil Anwar membuat janji hati Kemerdekaan dengan Bung Karno sebagai representasi keterhubungan tidak saja kepada rakyat kebanyakan—sebagaimana pedagang sate tak berbaju—tetapi juga penyair urakan yang menggelandang demi bangsa yang dicintai.

Tidak pernah kita tahu bila Chairil Anwar bukan saudara dekat Syahrir, apakah Chairil Anwar berani menulis puisi seperti itu? Berani rapat di sisi Bung Karno dengan menjadikan diri api dan laut, sebuah idiom paradoks: api yang panas membakar dan laut yang mengalir dingin menghanyutkan bin membahayakan![T]

Dari Chairil Anwar ke Ki Hadjar Dewantara
Pertarungan Bangsawan Oesoel Vs Bangsawan Pikiran
Ida: Perempuan, Sajak dan Visi Literer Chairil Anwar
Ida, Siapa Dia Sebenarnya? | Tanggapan Atas Esai Pranita Dewi
Tags: Chairil AnwarPuisisastraSoekarno
Previous Post

Orang-Orang Pulau yang Tersingkir: Lima Cerita B.M. Syamsuddin

Next Post

Ulah Telu dalam Niti Raja Sasana: Cara Menakar Rekam Jejak Pemimpin dari Literasi Politik Bali

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

Ulah Telu dalam Niti Raja Sasana: Cara Menakar Rekam Jejak Pemimpin dari Literasi Politik Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co