APA yang kita warisi adalah sesuatu yang kita terima secara turun-temurun. Kesenian tradisi telah mengakar pada nadi orang Bali. Setiap manusia Bali, memiliki genetic seni yang tumbuh dari aktivitas adat dan ritual, melahirkan bentuk-bentuk kesenian. Kesenian ini terus tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan perkembangan modernisasi hidup manusia.
Kesenian Kecak yang terlahir dari ritus Shang Hyang telah berkembang mengikuti modernisasi perkembangan jaman dan teknologi. Kebutuhan pasar terkait dengan pertunjukan kesenian kecak yang ditontonkan dihadapan wisatawan diera digital ini, dikemas dengan penggabungan konsep tradisi dan digitalisasi. Music kecak dibuat dalam bentuk digitalisasi dan pertunjukannya didisain lebih atraktif dalam nuansa tradisi.
Terlahir sebuah karya baru yang diberi judul “Kecak Atlas”; sebuah pertunjukan kecak di Atlas Beach Fest yang berlokasi di Jalan Pantai Berawa, Canggu, Bali. Atlas Beach Fest adalah beach club terbesar di dunia yang menjadi salah satu destinasi wisata baru di era sekarang.
Atlas Beach Fest mulai beroperasi tanggal 5 Agustus 2022. Tempat ini memiliki stage sebagai tempat pertunjukan berbagai jenis kesenian Bali salah satunya adalah kesenian Kecak. Sebagai destinasi wisata baru, nampaknya Atlas Beach Fest memiliki kepedulian terhadapat seni budaya Bali.
Memang seharusnya setiap tempat-tempat wisata wajib “menyuguhkan” atraksi seni budaya kepada pengunjungnya sebagai bentuk pengenalan akan kesenian Bali dan memberi peluang juga kepada seniman Bali secara ekonomi.
Hal tersebut mengacu pada PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG JENIS, MUTU DAN TEMPAT PERTUNJUKAN KESENIAN DAERAH UNTUK WISATAWAN BAB II JENIS KESENIAN DAERAH YANG DAPAT DIPERTUNJUKAN UNTUK WISATAWAN.
Pasal 2 (1) Jenis kesenian daerah meliputi: a. Seni Wali; b. Seni Bebali; dan c. Seni Balih-balihan; (2) Jenis kesenian daerah yang dapat dipertunjukan untuk wisatawan adalah seni balih-balihan. (3) Jenis kesenian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat( 2) yang dapat dipertunjukkan di Hotel/Restaurant/Puri/Tempat lain yang dianggap layak adalah seni kreasi yang berfungsi sebagai seni hiburan, seperti : a. Tari Kreasi Baru; b. Sendratari; c. Tari Godogan; d. Tari Janger; e. Tari Joged Bumbung; f. Kesenian Okokan/Grumbyungan; g. Kesenian Jegog; h. Tabuh Iringan; i. Tari Penyambutan; j. Pertunjukan Wayang Kreasi; k. Tari Barong; l. Tari Cak; m. Tektekan Calonarang; n. Wayang Wong; o. Tari Gambuh; dan p. Kesenian Bali lainnya yang bersifat hiburan.
Gambar 1. Atlas Beach Fest | Sumber: Dokumentasi I Nyoman Mariyana, Tahun 2023
Atlas Beach Fest selain banyak merekrut pekerja lokal di wilayah sana, mereka juga memberikan peluang kepada masyarakat Desa Tibubeneng untuk menampilkan kesenian. Ari Jumiari adalah salah satu orang yang diberi peluang oleh Perbekel Desa Tibubeneng untuk mempertunjukan kesenian Kecak di Atlas Beach Fest.
Kolaborasi dan kerjasamapun terjadi. Beruntung tim kami Sanggar Seni Kebo Iwa dipercaya sebagai pendukung, penyaji kesenian dengan menampilkan pertunjukan Kecak di Atlas Beach Fest. Permintaan dari pihak Atlas, kami menampilkan kecak Ramayana dengan disain yang lebih singkat, dikarenakan keterbatasan waktu pertunjukan dan pertimbangan jadwal pertunjukan lain yang ada.
Awalnya kami diundang menampilkan kecak dalam bentuk Kecak Tradisi dengan jumlah pemain kecak 10 orang dan 3 orang penari maisng-masing sebagai Sinta, Rahwana, dan Hanoman. Pertunjukan Kecak kami pun digelar saat itu dimulai tanggal 3 Maret 2023 di open stage Atlas Beach Club.
Di hari pertama pertunjukan kecak ini, pihak manager memberikan masukan terkait dengan pertunjukan yang kami lakukan. Mengingat situasi stage tempat kami melakukan pertunjukan yang lumayan lebar, pihak Atlas menyarankan untuk menggunakan clip on dan menambah 5 personil lagi. Jadi total pemain Kecaknya berjumlah 15 orang.
Di hari pertunjukan kedua, clip on hanya disedikan dua buah saja sehingga hasil suaranya tidak maksimal dan tidak seimbang dengan suara-suara dari pemain kecak lainnya. Dari pertunjukan kedua ini, lagi-lagi performa kami direvisi. Guna memenuhi keinginan pihak manager Atlas, saya sebagai leader dari tim kecak ini bersama dengan Ari Jumiari berdiskusi bersama manager entertainment Atlas dan memberikan masukan ide, gagasan, dan rancangan pertunjukan lain sesuai dengan situasi stage yang ada.
Kami ditantang untuk menunjukan sesuatu yang baru yang bisa memenuhi kebutuhan pertunjukan yang diinginkannya. Apabila ingin berlanjut, kami tunggu hasil karyanya besok pagi” ujar Bapak Albert (manager entertainment atlas). Guna menyambut tantangan ini dan belajar dari pengalaman sebelumnya, timbul ide untuk mengkemas musik vocal kecak ini kedalam bentuk digitalisasi.
Malam itu juga kami memanggil teman kita Janu bersama Citranala Record untuk membantu proses perekaman vocal kecak dari masing-masing pemain kecak. Kami rekam satu persatu sesuai dengan musical yang dirancang dimix dengan gamelan.
.
Gambar 2 dan 3. Proses Rekaman Dengan Memasukan Backsound Gamelan Pada Vokal Cak | Sumber: Dokumentasi Sanggar Seni Kebo Iwa, Tahun 2023
Rekaman dilakukan hingga pukul 01.30 wita. Semua tim bersemangat untuk menunjukan kwalitas guna memenuhi keinginan client (Atlas Beach Fest) karena kami bersama tim Sanggar Seni Kebo Iwa berkomitmen untuk memberikan pelayan prima dan bekerja professional kepada setiap pengguna jasa kami.
Setiap seniman di tim kami tuntut untuk bekerja dengan hati, ramah, dan menyenangkan, serta peduli kepada sesama. Selesai rekaman ini, proses editing dilakukan oleh Janu Citranala Record dan jam 11 siang, kami mengirimkan rekaman ini ke pihak Atlas. Kami ditunggu dengan menampilkan pertunjukan baru dengan disain yang sudah kami buat.
Proses latihan pun kami lakukan di hari itu juga. Beruntung semua tim solid dan mampu menjaga komitmen. Dipertunjukan ketiga ini, pihat Atlas mengapresiasi merasa puas dengan kinerja kami dan kesungguhan kami dalam kerja sama ini.
Selanjutnya tim kami diundang untuk melakukan pertunjukan secara regular 5 kali dalam seminggu. Karya kecak ini kami kemudian beri nama “Kecak Atlas” sebuah pertunjukan Kecak elektrik penggabungan antara konsep tradisi dengan penggunaan teknologi digital music pada karya ini.
Gambar 4. Proses Bloking Stage Pemain Kecak Sebelum Pertunjukan Dimulai | Sumber: Dokumentasi Sanggar Seni Kebo Iwa, Tahun 2023
Disain musical vocal cak, sesendoran oleh Ari Jumiari, dan penambahan music digital menjadi satu dalam karya ini. Secara bentuk musical, unsur-unsur music diolah dengan mempertimbangkan alur cerita yang ada. Komposisi karya music ini dibagi menjadi tiga bagian.
Di bagian pertama, didominasi dengan permainan vocal cak dengan konsep vokal acapela; perpaduan warna suara dan ritme vocal cak. Vocal cak juga diambil dari aksara suci Pangider Bhuana dibalut dengan ritmis music digital. Bagian kedua, pengenalan tokoh-tokoh dengan ilustrasi sesendoran dan ritme vocal cak.
Bagian ketiga, adegan peperangan antara Rahwana dan Hanoman, serta penambahan atraksi Barong dan Rangda sebagai indentitas Budaya Bali. Kesatuan atraksi kesenian tersebut terbalut dalam satu garapan “Kecak Atlas” perpaduan tradisi dan modernisasi.
Setiap perform yang kami lakukan, kami selalu melakukan Latihan kecil guna memantapkan pertunjukan. Akan ada revisi-revisi yang dilakukan dari apa yang sudah kami tampilkan sebelumnya. Pembenahan untuk penyempurnaan pun harus dilakukan guna kepuasan bersama.
Pemain dituntut untuk maksimal dalam bermain, tidak melakukan dengan sekedar tapi berawal dari kesungguhan hati untuk memberikan yang terbaik dari setiap pertunjukan yang kita lakukan.
Gambar 5. Proses Revisi Pertunjukan Kecak Atlas | Sumber: Dokumentasi Sanggar Seni Kebo Iwa, Tahun 2023
Dari awal bulan Maret hingga kini, dalam beberapa kali pertunjukan yang kami lakukan, kecak kami sudah melakukan tiga kali perubahan format music dan tata penyajian Kecaknya. Hal ini dilakukan guna memberikan inovasi dalam pertunjukan dan menghindari kesan monoton dalam pertunjukannya.
Beberapa perubahan kecil pun kerap kami lakukan. Misalnya dalam bentuk pola lantai, penokohan sesuai dengan alur cerita yang dibawakan. Setiap pemain harus mampu atraktif merespon pemain lainnya dan eksresif sesuai dengan alur ceritanya.
Bulan Juli-Agustus ini kami memakai alur cerita Sugriwa-Subali ketika digoda oleh dayang-dayang hingga terjadi pertempuran untuk memperebutkan dayang-dayang tersebut. Diakhir pertunjukan kami tetap tampilkan atraksi Ngunying (tikam diri dengan keris) menjadi satu kesatuan dengan pertunjukan Barong dan Rangda.
.
.
.
.
.
.
Gambar 6-12. Pertunjukan “Kecak Atlas” di Atlas Beach Club oleh Sanggar Seni Kebo Iwa | Sumber: Ngurahdhhi Fotografer Atlas Beach Fest
Dalam perjalannnya, “Kecak Elektrik” ini mampu membius penikmatnya. Para wisatawan yang menyaksikan pertunjukan kami menikmati sembari mengikuti ritme dan gerak Kecak kami. Kepuasan mereka juga dibuktikan dengan pemberian tiping kepada masing-masing pemain.
Saya sebagai leader tetap menyarakan agar selalu menjaga kwalitas pertunjukan dan jangan pernah terbuai oleh apa yang kita capai, rendah hati, dan harus terus belajar untuk peningkatan kwalitas diri kita. [T]