PAMERAN lukisan karya I Gusti Nyoman Lempad diselenggarakan di c|artspace, Nusa Dua, Bali, 21 Juli 2023. Beberapa karyanya ditampilkan di sebuah museum seni, antara lain berupa sebuah ukiran bade tumpang dari kayu.
Ditampilkan juga lukisan-lukisannya sebelum dan setelah mewinten dan juga beberapa karya dari I Nyoman Darta – cucu Lempad. Pameran akan berlangsung hingga 5 Agustus 2023.
Sebelum memasuki area pameran, pada acara pembukaan, para pengunjung diajak melewati sesi diskusi tentang karya-karya Lempad.
Diskusi ini dimoderatori oleh Yoke Darmawan dengan dua pembiacara yaitu Jean Couteau dan I Gusti Nyoman Darta.
PAMERAN lukisan karya I Gusti Nyoman Lempad diselenggarakan di c|artspace, Nusa Dua, Bali,. Pameran dibuka 21 Juli hingga 5 Agustus 2023 | Foto: Dede
Seharusnya pada diskusi ini, ada tiga pembicara. Tetapi satu pembicara tidak hadir yaitu Daniel Yusuf yang juga sebagai salah satu pengoleksi karya Lempad.
Jean Couteau yang dikenal sebagai pakar antropologi dan budaya ini menuturkan dari awal sejarah Lempad melukis sampai ia meninggal.
Menurut Jean, garis adalah salah satu kekuatan dan elemen utama dari karya Lempad. Ada unsur ruang di seputar garis. Garis menyimpulkan narasi.
Bahkan semua karya Lempad tak ada yang tidak bercerita. Ada benang merah sastra di setiap karyanya. Entah kehidupan masyarakat, kehidupan puri dan kehidupan-kehidupan sacral lainnya.
Jean mengatakan bahwa garis seni rupa mulai hadir dari Lempad, dan ada unsur naratif dari cerita.
Bahkan saat itu, Lempad adalah salah satu orang yang disukai pihak Puri. Lempad sering melukiskan karya-karyanya untuk Puri Ubud kala itu.
“Lempad tidak sebagai seniman individu, tetapi sebagai alat dari puri itu. Ketika memakai lukisan itu ada kekuatan sprititual untuk melayani puri dan raja-rajanya,” kata Jean.
Diskusi sebelum pameran dibuka | Foto: Dede
Karya-karya Lempad membenangi sebuah sastra. “Dia dididik oleh dunia teater, arja, topeng dan wayang. Juga dari pembacaan kekawin. Lempad tidak bisa baca tulis. Dari sana (dunia teater) ia belajar. Dari sana juga memproduksi simbol untuk filosofi kebudayaan Bali” kata Jean.
Dari penuturan Jean Couteau, kita bisa tahu bahwa Lempad adalah seniman yang kekuatannya ada pada garis setiap lukisannya. Begitu pula dari setiap cerita-cerita di dalam lukisannya, ada sebuah kisah di dalamnya.
Pembicaraan tentang karya Lempad dilanjutkan I Gusti Nyoman Darta. Ia adalah salah satu cucu dari I Gusti Nyoman Lempad.
Darta menuturkan bagaimana ia diajarkan langsung melukis oleh kakeknya Lempad, melihat proses kreatifnya dan juga sejarah-sejarah dari lukisan-lukisannya.
“Begitu lempad menuangkan pensil di kertas, semua diri lempad ada dalam garis. Tidak ada yang berani menganggu dan harus konsentrasi,” katanya.
Ia begitu pelan menuturkan bahwa kakeknya, Lempad, sangat khusyuk ketika sedang melukis. “Kadang tak bisa diganggu jika sedang melukis,” ujarnya.
I Gusti Nyoman Darta juga menuturkan bagaimana proses kreatif sang kakek ketika sedang melukis. Ini adalah salah satu proses kreatif yang unik ketika kita mendengar seorang seniman besar ketika sedang melukis.
“Ia sering menyapu halaman dulu, setelah itu ngopi, baru duduk merenung dan setelah emosi keluar, baru ia menggambar. Ketika menggambar seperti yoga, runcingkan pensil, bersihkan kertas dan menjernihkan pikira. Semua lukisannya termasuk filososif entah itu nyata atau tidak nyata. Ada pula lukisan kama sutra. Itu kekuatan lempad, semua garis mengandung makna atau bertsksu. Sering dilakukan setiap hari ketika tidak dipanggil ke puri,” tutur Nyoman Darta.
Salah satu karya yang dipemaerkan | Foto: Dede
Darta juga menuturkan bahwa semua lukisan Lempad tak ada yang selesai, jika lukisannya selesai berarti dirirnya sudah tiada. Nyoman Darta di akhir pembicaraannya mengatakan bahwa, “Lempad tidak pernah menjual lukisannya, jika ada tamu yang senang dengan lukisannya, ia akan memberikannya secara cuma-cuma.”
Usai diskusi, pengunjung lantas diajak untuk melihat-lihat karya Lempad yang ada di tengah ruangan yang terkesan sunyi. Seperti judulnya, Darksness is White, di dalam ruangan itu sangat gelap, kita akan mengikuti lampu yang ditujukan oleh beberapa orang guide.
Di dalam ruangan, satu persatu lampu menyala dan meredup seperti kita mengikuti perjalanan lukisan Lempad dari tahun ke tahun. Tak hanya lukisan Lempad, di sana juga terdapat beberapa lukisan seniman lain, salah satunya adalah lukisan I Gusti Nyoman Darta. Di akhir sesi, penikmat pameran disuguhi tontonan sebuah film documenter perjalanan Lempad. [T]