GERAK, MUSIK DAN PUISI menyatu dalam panggung pertujukan di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa malam, 17 Juli 2023. Pertunjukan itu dibawakan Yayasan Kertas Budaya Indonesia, Jembrana, serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2023.
Maka, pertunjukan dengan tajuk Fragmen Musikalisasi Puisi “Samudera Tubuhmu, Riak di Tubuhku” itu benar-benar membuat penonton merenung. Penonton barangkali bertanya-tanya, lalu menjawab sendiri, apa-apa yang dilakukan para pemain; pemusik, penyanyi dan aktor di atas panggung.
Anak-anak dari Yayasan Kertas Budaya Indonesia itu sejak awal seakan-akan memberi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab sendiri oleh penonton. Awalnya, muncul anak muda, bermonolog di tengah-tengah panggung.
Anak itu mulai bertanya kepada penonton, “Kesenian dan berkesenian adalah hal yang mapan?” Pertanyaan itu terkesan klise di tengah gemuruh dunia kesenian belakangan ini. Pertanyaan itu terkesan “mengejek” di tengah banyaknya seniman-seniman merasa kesepian di tengah gemuruh dunia kesenian.
Fragmen Musikalisasi Puisi “Samudera di Tubuhmu, Riak di Tubuhku” dari Komunitas Kertas Budaya, Jembrana, Bali | Foto: Tim Kreatif FSBJ 2023
Apalagi, si anak dengan gaya monolog yang matang kemudian menyatakan bahwa ia sedang ingin meyakinkan diri karena berbeda pandang dengan ayahnya yang seniman, yang kacau dan sok idealis.
Di tengah suasana renungan awal itu, terdengar kemduian lantunan puisi yang dinyanyikan. Anak muda itu mulai menari seperti berada di tengah bingkai lukisan, dan ada perempuan mengelilinganya.
Sejumlah penyanyi lantas masuk panggung dengan lantunan-lantunan nyanyian yang begitu syahdu. Mereka mengumpulkan batu seperti sedang bermain di pantai.
Fragmen ini tentu saja bicara soal laut. Namun Nanoq da Kansas selaku sutradara bukan secara serampangan mengintepretasi samudra atau laut secara harafiah. Ia mengintepretasi samudera sebagai Bhuana Agung, samudera kehidupan.
“Sebenarnya, persoalan kehidupan itu berujung pada persoalan perut,” ungkap Nanoq.
Dari dalam pementasan itu pula, Nanoq da Kansas ingin memberikan suatu gambaran bahwa, kehidupan memang menemukan berbagai persoalan, tetapi itu hanya berujung pada persoalan kebutuhan. Ia juga ingin menerjemahkan Samudera Kerthi sebagai Samudera Kehidupan.
Simbol-simbol kehidupan itu dikemas dalam alat-alat makan yang dibawa oleh penyanyi yang juga sebagai aktor dalam fragmen di atas panggung itu.
Ada pula sebuah jukung yang menyimbolkan perahu kehidupan yang di sana ada berbagai macam persoalan kehidupan. Seorang anak dan perempuan naik ke atas perahu itu dan menari seolah sedang menarikan permasalahan baik dan buruk.
Begitu pula dengan pemiliham musik. Ada beberapa alat modern yang digunakan untuk mengintepretasi sebuah persoalan yang pelik. Dan alat-alat khas lain yang juga digunakan sebagai symbol kehidupan seperti seng dan kayu.
Fragmen Musikalisasi Puisi “Samudera di Tubuhmu, Riak di Tubuhku” dari Komunitas Kertas Budaya, Jembrana, Bali | Foto: Tim Kreatif FSBJ 2023
Bagaimana Nanoq da Kansas memilih puisi untuk digubah menjadi fragmen sekaligus menjadi karya musikalisasi puisi di atas panggung?
Ia memilih puisi denga memikirkan Upeti, Stiti dan Prelina. Penciptaan, pemeliharaan dan penghancuran.
Berdasarkan konsep-konsep seperti itulah garapan fragmen musikalisasi puisi itu disuguhkan kepada penonton. Simbol-simbol penciptaan, pemeliharaan dan penghancuran itu memiliki banyak intepretasi yang dikaitkan dengan samudera dan sesuatu yang ada di dalamnya. Entah itu kehidupan, kekacauan, kedamaian dan keindahan. [T]