SEMINGGU yang lalu, seorang teman dari Tuban menelepon. Ia mengajak saya untuk menghabiskan waktu weekend dengan mengunjungi air terjun Putri Nglirip. Whohoo! Sungguh ajakan yang sulit untuk saya tolak.
Saya berpikir itu adalah waktu yang pas, waktu di mana saya sudah selesai melaksanakan ujian kuliah. Ya, bisa dibilang itung-itung refreshing setelah sepekan penat melaksanakan ujian. Dan tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan ajakan teman saya tersebut dan memberi tahu akan segera bertolak ke kota Tuban.
Benar, di hari itu juga saya memesan tiket kereta api dari Stasiun Semarang Tawang dengan tujuan Stasiun Babat, Lamongan. Perjalanan saya tempuh kurang lebih 3 jam, cukup melelahkan.
Setibanya di Stasiun Babat, ternyata teman saya sudah menunggu. Saya senang dia menjemput sampai ke stasiun, saya merasa istimewa. Tetapi, yang membuat saya agak jengkel adalah, dia membawa seorang perempuan, dalam hati saya berkata, “Sial! Pasti dia akan mengejekku karena dari dulu sampai sekarang saya masih jomblo. Dasar nasib”.
Beruntungnya, perempuan tersebut ternyata hanya sepupunya, saya tertawa lepas sembari memeluknya dengan hangat—sudah hampir 2 tahun kami tidak bertemu.
Tanpa membuang waktu, kami memutuskan untuk langsung menuju air terjun Putri Nglirip di Singgahan sana.
***
Jarak yang kami tempuh kurang lebih sekitar 50 menit dari pusat Kota Tuban, perjalanan kami tempuh dengan menggunakan motor sembari melihat hamparan sawah pedesaan yang hijau dan rindangnya pepohonan. Ini asli, seru banget! Pikiran tenang, rileks karena jauh dari hiruk-pikuk kota besar.
Setibanya di sana, tak henti-hentinya saya mengungkapkan rasa kagum. Wah, gila! Keren banget, saya cukup kaget dengan perubahan penataan kawasan air terjun Putri Nglirip ini. Seingat saya, terakhir saya ke sini saat masih duduk di bangku kelas satu sekolah menengah pertama.
Air Terjun Nglirip / Foto: Dok. Nofa
Saya ingat betul, tempat ini dulu masih belum terawat; belum ada kantin atau fasilitas lainnya seperti sekarang. Bahkan, dulu, untuk menuju lokasi air terjun ini kita harus jalan kaki cukup jauh karena akses jalan yang belum bisa dilewati kendaraan.
Tetapi jernihnya air dengan warna hijau tosca dan udara sejuk yang masih terjaga serta suasana yang tenang—karena air terjun ini berlokasi di kawasan pedesaan jauh dari kawasan perkotaan—dari dulu hingga sekarang, mampu menghipnotis siapapun yang berkunjung ke sini.
Suasana tenang dan gemuruh air membuat saya semakin betah berlama-lama di sini. Tidak sia-sia perjalanan jauh saya dari Semarang ke Tuban, pokoknya happy banget!
Mitos Air Terjun Nglirip
Di samping keindahan dari air terjun ini, ternyata tersimpan mitos yang sampai sekarang masih dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Mitosnya begini: bagi mereka yang memiliki pasangan, dan mengunjungi air terjun Putri Nglirip, pasangan tersebut akan putus dalam waktu kurang dari 40 hari. Atau, ketika ada calon pengantin yang berkunjung ke air terjun ini, biasanya hubungannya tidak akan bertahan lama.
Hal ini bermula dari legenda pada zaman kuno, ada pasangan yang saling mencintai dari kasta yang berbeda, lelaki berasal dari keturunan bangsawan sedangkan perempuannya hanya gadis desa dan putri dari petani.
Air Terjun Nglirip / Foto: Dok. Nofa
Pasangan tersebut tidak direstui oleh orangtua laki-laki. Kemudian ayah dari laki-laki tersebut memerintahkan kepada pengawalnya untuk membunuh anaknya sendiri karena tidak mengikuti perkataannya dan dianggap mempermalukan status keluarga bangsawan.
Hingga pada akhirnya, sang gadis sangat sedih dan tidak percaya bahwa pria yang dicintainya telah tiada. Karena kesedihannya tersebut, sang gadis bersemedi di dalam goa yang tersembunyi di balik air terjun Nglirip hingga akhir hayatnya.
Dikatakan oleh warga sekitar, arwah gadis itu yang membawa kutukan di air terjun Nglirip. Hingga warga sekitar menyebutnya air terjun Putri Nglirip. Saya hanya tersenyum, karena mitos ini tidak berlaku bagi saya yang jomblo ini. Ternyata, tidak selamanya jomblo itu menyedihkan.
Tingkis Batu van Tuban
Selepas menikmati indahnya air terjun dan suasana yang sejuk, teman saya menawarkan untuk bermain arum jeram yang lokasinya masih satu kawasan dengan air terjun Putri Nglirip. “Nof, abis ini kita nyoba arum jeram, ya! Soalnya pengen ngerasain adrenalin di sini. Hehehe”.
Tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan ajakannya. Toh untuk menikmati wahana ini kita cukup membayar Rp.10.000 saja. Gimana, murah meriah bukan?
Di sini kita akan menyusuri sungai sepanjang 1 kilometer yang menuruni tebing. Setelah selesai hanyut ke sungai dan saat balik ke atas, saya disuguhkan dengan hamparan alam Kecamatan Singgahan dari atas tebing, karena lokasinya berada di pegunungan. Suara kicauan burung dan hijaunya pemandangan benar-benar membuat saya terpesona dengan keindahan alam Tuban.
***
Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat saya ambil dari liburan ini. Tuhan menitipkan alam yang indah ini kepada kita, sudah seharusnya kita menjaga alam ini dengan baik dan menghargai kepercayaan warga setempat di manapun kita berada.
Sebenarnya masih banyak wisata alam di Kota Tuban yang ingin saya kunjungi, namun saya teringat masih ada tanggungan tugas yang harus saya selesaikan dengan segera.
Hari sudah mulai larut malam, saya dan teman saya memutuskan untuk pulang, hingga pada pagi dini hari saya kembali di antarkan teman saya ke Stasiun Babat untuk kembali ke Kota Semarang.
Sebelum balik, malamnya masih menyempatkan ngopi bareng teman saya dulu. Banyak sekali cerita yang saya dengar, mulai dari masalah sosial hingga masalah asmara. Pertemuan yang begitu singkat terkadang membawa pengalaman yang hebat.[T]