SESUNGGUHNYA bukanlah hal yang mengherankan jika I Putu Bagus Sastra meraih medali emas dalam Pekan Olahraga dan Seni Pelajar (Porsenijar) Provinsi Bali tahun 2023 ini.
Ia bukanlah pelukis kemarin sore. Sejak kecil ia sudah terbiasa melakukan pameran karya dan beberapa kali mendapatkan juara tingkat nasional, bahkan internasional.
Namun begitu, medali emas ini tetap membuatnya bangga dan gembira. Medali emas ini penting bagi perkembangan karirnya sebagai pelukis, apalagi usianya masih sangat muda.
“Medali ini sangat penting bagi saya. Ini sangat membanggakan,” ujar Bagus Sastra.
Pada Porsenijar ini Bagus Sastra turun pada lomba Seni Lukis Peringkat SD. Ia menjadi duta Kabupaten Badung, dan berlomba di Gedung SMK N 5 Denpasar, 26 Juni 2023.
“Pada lomba itu, saya menerapkan teknik aqurel dengan media cat air di atas kertas,” katanya.
Lukisan karya Bagus Sastra yang meraih medali emas dalam Porsenijar Bali 2023 | Foto: Bakti Wiyasa
Bagus Sastra adalah siswa dari SDN 3 Dalung Kuta Utara. Pada proses lomba untuk ikut Porsenijar Bali ini ia melewati masa pembinaan dari tingkat Kecamatan Kuta Utara, lalu pembinaan di Kabupaten Badung.
“Proses pembinaan saya ikuti terus,” katanya.
Di tingkat Kabupaten Badung ia meraih juara 1 dan terpilih mewakili Badung dalam Porsenijar Bali 2023 tingkat Provinsi. Dan dalam ajang yang melibatkan juri senior dari ISI Denpasar itu, Bagus Sastra berhasil meraih yang terbaik dan mendapatkan medali emas.
Pameran dan Penghargaan
Bagus Sastra memang pelukis sejak kecil. Bakatnya itu merunkan dari ayahnya, Bakti Wiyasa, yang memang seorang pelukis jebolan sekolah tinggi di Yogyakarta. Dengan ketekunan berlatih, ia secara perlahan mengikuti jejak ayahnya sebagai pelukis yang baik, bahkan mungkin suatu saat nanti bisa mengalahkan ayahnya.
Bagus Sastra memegang lukisannya | Foto: Bakti Wiyasa
Bagus Sastra memiliki pengalaman berpameran sejak usianya masih sangat belia. Pada 2020 ia ikut dalam Pameran Seni Lukis dan workshop “ Semara Turida, Kisah Cinta Ni Pollok Le Mayeur di Bali”, di Ruang Pameran UPTD Museum Le Mayeur
Masih di tahun yang sama, tahun 2020, ia ikut Pameran lukisan “Tinggalan Budaya Agraris” di Teba Kangin Space Pemanis, Tabanan. Kemudian ia menunjukkan karya-karyanya dalam Pameran dan workshop seni lukis “Mengenal Budaya Agraris “ di Puri Anyar Kerambitan.
Sebelumnya, tahun 2019, ia bahkan ikut dalam Pameran “Festival Seni Rupa Anak Indonesia 2019” di Galeri Nasional Indonesia Jakarta. Lalu, ikut Pameran “Ngawiwit” Perupa Tabanan Di Museum Subak Tabanan, dan Pameran “New Earth Festival” Di New Earth Heven Keliki Ubud.
Sebelumnya lagi, di tahun 2018, ia memajang karya-karyanya dalam Pameran Titian Art Space Di Ubud Bali. Dua tahun sebelumnya, tahun 2016 , ia menggelar karya pada Pameran dan Workshop Seni Lukis di Rumah Budaya Penggak Men Mersi, Denpasar.
Saat usinya sangat belia, di tahun 2014, Bagus Sastra bahkan sudah memajang karya dalam Pameran Lukisan Rare Bali Festival 2014 di Rumah Budaya Penggak Men Mersi, Denpasar.
Bicara penghargaan, Bagus Sastra sempat meraih Penghargaan lomba mewarnai dari Denpasar Children Centre School tahun 2015. Tahun 2018 ia mendapatkan Titian Prize Children Finalist 2017 dan pada tahun 2020 mendapatkan Titian Prize Children Finalist 2019.
Sejumlah Karya
Ingin tahu seperti apa karya-karya lukis Bagus Sastra? Inilah karya-karya dia yang menunjukkan kematangan da dalam menggoreskan warna di atas kertas atau kanvas.
“TOGOG PENYARIKAN AGUNG “, Artist : Bagus Sastra, Media : Charcoal, Soft Crayon pastel, Acrilik on Hard Paper, Size : 105 cm x 73 cm, Tahun: 2020
Karya lukisan ini berjudul “Togog Penyarikan Agung”. Karya ini merupakan lukisan yang diambil dari foto objek asli di sebuah situs bersejarah di Kawasan Denpasar.
Lukisan ini menggunakan teknik kering dan teknik basah bagian drawing menggunakan charcoal, soft pastel crayon, bagian latar belakang dominan menggunakan cat akrilik.
Togog Penyarikan Agung penting dilukiskan kembali sebagai sumber pengetahuan tatanan masalalu yang sejatinya masih tercerap dimasa kini dalam tatanan kerama Bali.
Lukisan ini menghadirkan kembali togog pemujaan atau pengerestiti pemimpin dalam mengayomi, mengatur kerama adat di sebuah wilayah ditandai dengan mata medelik menyimak dinamika kehidupan masyrakat, kumis jempe sebagai penanda ketegasan, tubuh tegap dan tangan memegang lontar catatan data kerama desa.
“TOGOG PRABU SINGA & JRO BIKUL, DESA DADIA TABANAN“ # 1, Artist : Bagus Sastra, Media : Watercolour on Paper, Size : 43 cm x 59 cm, Tahun: 2020
Lukisan Bagus Sastra ini berjudul “Togog Prabu Singa & Jero Ketut (Bikul) # 1 . Karya ini merupakan sebuah lukisan yang bersumber dari temuan langsung tinggalan budaya berupa sendi sebuah sanggah di suatu pondokan kuno di Desa Dadia Tabanan Bali.
Posisi sanggah ini ada di hulu Desa Dadia, juga merupakan hulu sebuah subak dadia dan subak Blangkunang dekat situs Pura Jambelangu Babahan.
Kuat dugaan ini merupakan sebuah pengerestiti agraris terkait dengan pengedali hama tikus di subak. Bagus Sastra memotret dengan smartphone-nya saat menyusuri desa-desa tua di Penebel bersama ayahnya yang juga seorang perupa, yang juga penggiat penyadaran pelestarian situs dan ritus kuno di Bali.
Bagus Sastra kemudian melukisnya objek togog unik ini berkali-kali di studio ayahnya di Desa Pemanis Tabanan. Lewat lukisan ini kita diajak menyadari ragam khasanan local wisdom budaya Bali yang adi luhung namun kini mulai jarang dipahami.
Cerita Bergambar
Bagus Sastra kini juga menekuni cerita bergambar. Ia memang senang membaca cerita-cerita lewat internet, buku, dan cerita-cerita langsung dari para orang tua di desanya di Pemanis, Tabanan.
Cerita itu kemudian ia terjemahkan dalam bentuk gambar dan ia kumpulkan dengan rapi. Ia bahkan merencanakan akan menerbitkan buku-buku cerita bergambar dalam waktu dekat ini.
“Saya suka pada cerita, lalu cerita saya gambarkan. Semoga nanti bisa diterbitkan jadi buku,” katanya.
Salah satu cerita yang disukai Bagus Sastra adalah cerita tentang I Lutung yang merupakan cerita rakyat dari Bali. Ia sudah menyelesaikan satu seri cerita bergambar tentang I Lutung.
“Saya suka cerita I Lutung,” kata Bagus Sastra. [T]