PESTA KESENIAN BALI (PKB) XLV tahun 2023, tepatnya pada hari ke-4, tepatnya lagi 22 Juni 2023, menjadi hari spesial bagi saya. Itu adalah kesempatan pertama saya datang ke PKB tidak lagi sebagai penyaji tetapi saya datang sebagai penggarap sebuah karya.
Saya membuat karya sandya gita bersama I Ketut Pany Ryandhi sebagai penata karawitan dan Ni Putu Diah Kusuma Dewi sebagai penata gerak. Sandya gita, sebuah karya musik vokal group dengan iringan gong kebyar. Dalam hal ini sandya gita yang saya garap bicara tentang nelayan yang menjaga dan merawat pesisir laut penyangga sumber kehidupan.
Karya itu diberi judul Sandya Gita Mahayuning Sagara. Garapan ini dibawakan oleh Sanggar seni Gita Mahosadhi Desa Umajero, Kecamatan Busungniu Duta Gong Kebyar Wanita Kabupaten Buleleng di Panggung Ardha Candra Art Center, Taman Budaya Bali di Denpasar.
Pertunjukkannya berlangsung lancar. Dan saya pulang. Di perjalanan saya mengingat kembali peristiwa penting yang saya lalui sambil mendengarkan ulang Rekaman Sandya Gita Mahyuning Segara.
***
Pentingnya Riset
Karya Mahyuning Segara ini terinspirasi dari karya Tari Nelayan yang dibuat oleh I Ketut Merdana pada tahun 1960 yang secara latar ide sama-sama berangkat dari aktivitas pesisir.
Selain itu karya ini juga diilhami kehidupan pesisir Bali Utara pada zaman Bali Kuno. Pesisir pantai Bali Utara membentang panjang dari ujung timur ke barat memiliki peradaban kehidupan masyarakat Bali kuno yang telah banyak diteliti oleh para peneliti, arkeolog, terutama pada bidang perniagaan.
Adanya peradaban ini dibuktikan dengan penelitian jejak pelabuhan purba di Bali Utara seperti di Julah, Sembiran yang tersirat di prasasti Sukawana, Kutabanding di Kubutambahan, Pabean Menasa Sangsit, dan Pabean Pulaki.
Penggunaan kata pabean atau tempat pemungutan pajak menjadi indikasi kuat bahwa pesisir Bali Utara sudah dipergunakan sebagai tempat perniagaan Bali kuno bahkan skala internasional sejak 300 tahun sebelum masehi.
Dapat diyakini bahwa aktivitas kehidupan pesisir berperan sebagai sumber ide penciptaan kesenian. Termasuk garapan Sandya Gita ini, berpijak pada peradaban di Pesisir Bali utara yang berfokus pada bendega atau nelayan sebagai spirit peradaban Sagara baniaga dalam konteks skala sebagai penjaga pesisir, serta ritual niskala yang diungkapkan melalui ritual melasti, ritual sanggah bucu dan ritual lainnya.
Ritus ini divisualkan ke dalam konsep garap tetembangan, lirik-lirik, gaya musikal khas kakebyaran, serta dipadukan dengan komposisi tari yang harmonis.
Peramuan ide sehingga menjadi wujud visual karya sandya Gita ini tentu melibatkan proses riset kecil yang saya lakukan dengan berdiskusi dengan beberapa nelayan di pantai desa Les dan banyuning, berdiskusi dengan para budayawan Buleleng, termasuk membaca beberapa penelitian tentang peradaban segara baniaga.
Keterlibatan (engagement), Keterhubungan (relationship) Dalam Seni
Ketika memasuki Ardha Candra, rasanya seperti genderang perang Brata Yudha bersuara, setelah sangkakala para kesatria Pandawa dan Korawa dibunyikan. Begitu menegangkan. Tetapi suasana langsung berubah bahagia penuh keyakinan ketika melihat para penembang dan penabuh sudah siap menyambut gelaran itu.
Tentu saya meyakinkan mereka dengan mengumpulkan mereka (para penembang) di panggung, membuat lingkaran kecil dan saling memegang tangan, dengan tujuan untuk mendapatkan energi yang sama dan saling menguatkan.
Bagi Maria Tri Sulistyani dalam bukunya Selepas napas (2022) pola melingkar itu sangat penting sebelum dan setelah pentas. Ini yang saya sebut sebagai “pelibatan” (enggagement) energi panggung.
Moment penting lainnya yang saya catat pada malam itu adalah keterlibatan orang-orang terdekat yang semakin meneguhkan keyakinan saya tentang fungsi seni tidak hanya sebagai ritual atau media komunikasi, tetapi seni mampu menghubungkan relationship kedekatan emosional setiap orang yang terlibat.
Kondiis manusiawi bahwa seseorang akan bangga melihat orang terdekatnya mencapai titik prestasi, atauapun seseorang akan merasa bangga apabila dalam pencapaian itu ada orang-orang terdekat yang hadir memberi dukungan.
Pada moment pentas PKB khususnya setelah pentas sandya gita, saya melihat mereka (penembang) dicari oleh banyak orang, saya yakin itu adalah orang-orang terdekatnya untuk mengabadikan moment melalui layar kamera handphonenya. Keterlibatan dan keterhubungan jika terus terbangun, pasti akan tumbuh wellness dan awereness di sekitar kita.
Siklus Kehidupan (The Cylce) Seni
Siklus hidup seni ini dimulai dari pemahaman tentang beberapa hal:
1) Aset seni. Dalam riset tesis saya tahun 2017 tentang relasi, saya menemukan bahwa aset seni yang paling berharga selain material adalah intangible aset (imaterial) berupa ide, gagasan, konsep dan nilai-nilai.
2) Proses Latihan. Kualitas seni terbaik yang lahir dari proses latihan yang sungguh-sungguh dan dari hati.
3) Komitmen menghadirkan peristiwa (event) seni didasarkan atas komitmen waktu, skill seniman, jaringan dan sumber daya organsasi agar bisa menghadirkan energi, antusiasme audiens (masyrakat). Di balik itu, ada anggota dan sukarelawan dalam hal ini masyrakat desa yang secara konsisten membantu menghadirkan seni.
4) Audiens (stakeholder) melalui komitmen itu maka audiens akan merasa terpenuhi kebutuhan menontonya, setelah itu akan menceritakannya kepada orang lain untuk menonton kembali.
5) Kesehatan Finansial. Sebuah prinsip-prinsip keungan tentang tansparansi, jujur dan bertanggung jawab. Penting bagi seluruh pengelola organsiasi untuk menerapkan prinsip terebut sehingga dapat mencapai kesehatan finansial sebuah organisasi. Siklus hidup seni semacam inilah yang yakini oleh Michael M. Kaiser dan Brett Egan sebagai strategi sukses dalam berkesenian.
Latihan dan pendidikan Memanusiakan Manusia
Sama-sama ciptaan Tuhan seperti halnya binatang, manusia hadir di dunia dibekali dengan tubuh, di dalam tubuhnya sama-sama ada otak tetapi ukurannya sangat berbeda. Sebagai imbangannya Tuhan memberi binatang Insting. Begitu lahir tidak perlu waktu lama untuk beradaptasi.
Tidak demikian dengan manusia, yang lahir dengan tubuh lemah dan perlu waktu lama untuk beradaptasi. Kompensasinya, dengan mengasah otak manusia dapat menghitung, membaca atau belajar mengenai tanda-tanda dan mencipta. dengan demikian, tanpa latihan dan pendidikan, manusia akan berperilaku tak ubahnya binatang.
Dalam konteks ini, saya ingin mengajak membaca ulang makna dibalik proses seni yang panjang yang mengingatkan bahwa penting bagi manusia untuk latihan dan merawat pikiran (akal sehat) itu.
Proses latihan yang dilakukan setiap hari adalah proses pendidikan, tentang bagaiamana menjaga rasa, mengontrol emosi, tentang menjalin kerjasama (menyamakan frekuensi), tentang menghargai waktu, tentang profesionalitas kerja. Tentang menyajikan karya dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam. Apabila ini menjadi rutinitas, menurut saya seni akan berperan untuk memanusiakan manusia.
***
Bapakkkk…. Terdengar suara Dala (anak saya) memanggil
Ehhh ternyata saya sudah d igarase rumah, terlihat Dala bersama ibunya menunggu saya di depan pintu sedang memanggil saya. Tanpa ragu saya akan menceritakan moment tadi kepada mereka berdua juga.
Akhirnya kami masuk ke kamar. Seperti wayang masuk ke dalam kerupak. Tancep Kayonan [T]
- BACA artikel-artikel lain tentang PESTA KESENIAN BALI