10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dari Diskusi Buku “Nawa Sena” : Percumbuan Estetik Sastrawan dan Perupa yang Tak Saling Meniadakan

I Made SujayabyI Made Sujaya
June 24, 2023
inUlas Buku
Dari Diskusi Buku “Nawa Sena” : Percumbuan Estetik Sastrawan dan Perupa yang Tak Saling Meniadakan

Dari Diskusi Buku “Nawa Sena” | Foto: Ist

KOLABORASI SASTRAWAN dan perupa tampaknya sedang menghangat di Bali. Setelah kerja sama kreatif antara perupa Made Gunawan dan penyair Sahadewa, lalu respons penyair-perupa Nyoman Wirata terhadap sajak-sajak penyair Pos Budaya, disusul respons penyair Wayan Jengki Sunarta terhadap karya seni instalasi Ketut Putrayasa, kini muncul kolaborasi perupa Wayan Sujana Suklu dan Mas Ruscitadewi.

Hal yang menarik, jika kolaborasi sebelumnya antara karya seni lukis dan puisi, kolaborasi Suklu-Mas Ruscitadewi antara seni lukis dan novelet. Bahkan, kolaborasi ini berlangsung ulang-alik: lukisan Sujana Suklu direspons dengan novelet oleh Mas Ruscitadewi, lalu teks novel Mas Ruscitadewi kembali direspons dengan karya rupa.

Karya kolaborasi itu diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Nawa Sena. Jumat, 23 Juni 2023, buku itu didiskusikan di kantor Kompas, Renon, Denpasar. Dalam diskusi yang dibuka Rektor ISI Denpasar, I Wayan “Kun” Adnyana dan dipandu I Wayan Juniarta itu hadir lima narasumber sebagai pembahas, yakni pakar hukum yang juga budayawan Bali, I Dewa Gede Palguna; guru besar sastra Universitas Udayana, I Nyoman Darma Putra; akademisi dari Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, I Made Sujaya; akademisi dari Universitas Hindu Indonesia, I Gusti Agung Paramita; serta pendiri Sawidji Art Gallery, Dian Dewi Reich.

Diskusi itu, menurut pemilik Bali Mangsi Foundation yang menjadi penerbit buku Nawa Sena, Hartanto, bertujuan menyiapkan epilog yang akan dimasukkan dalam buku.

Nawa Sena, begitu judul yang diberikan untuk kerja bersama kedua seniman berbeda wahana itu. Pada mulanya, Lawang Nawa Sena merupakan tajuk yang digunakan Suklu untuk menandai konsep dan narasi pembuatan relief di area Yowana Mandala, bencingah Pura Besakih. Lawang berarti pintu gerbang. Nawa Sena diambil dari nama dua tokoh imajiner sebagai representasi dualitas yang bertentangan tetapi sekaligus saling membutuhkan.

Isi buku Nawa Sena | Foto: Ist

Menurut Sujana Suklu, plot dan sekuens Nawa Sena menggunakan bahasa rupa tradisi, sedangkan narasinya mengisahkan kehidupan manusia Bali dengan budayanya. Kisah yang dihadirkan layaknya multiverse nawa dan sena yang bersimulakra dari masa Bali Kuno, Bali masa kini, dan Bali masa depan.

“Perubahan plot tiga zaman tidak implisit pada motif, hanya perubahan kostum sebagai penanda. Reka cerita semacam ini memberi kebebasan membangun plot, multi matra, bersifat ekletik, naratif, sekaligus multitafsir,” jelas Suklu.

Suklu menguraikan kata nawasena berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti ‘masa depan yang cerah, memilii karakter ekspresif, mudah bergaul, nyeni, mudah bicara, menikmati hidup’. Nawa dapat diartikan sebagai tujuan sedangkan sena diartikan kilatan cahaya. Proses dan tujuan ekuivalen sebagai satu kesatuan, saling membutuhkan dan mengimajinasikan.

Dalam literasi masa lampau, imbuh Suklu, nawa berarti Sembilan dan sena tokoh pewayangan. Kata nawasena disatukan atau dipisahkan bermakna luas, imajinatif terologis, sekaligus filosofis.  

Karya rupa Lawang Nawa Sena Suklu direspons sastrawan Mas Ruscitadewi ke dalam bentuk novelet. Karena itu, terjadi alih wahana dari visual ke verbal, dari rupa ke kata. Suklu menyebut itu sebagai medium exchange practice atau intermingle, sementara Mas Ruscitadewi menyebut sebagai lango. Hartanto yang menjadi “mak comblang” kolaborasi ini menyebutnya sebagai “senyawa” kreativitas, saling “alih media”.

“Tidak hanya berhenti pada respons sastrawan Mas Ruscitadewi ke dalam novelet atas karya rupa Sujana Suklu, tapi setelah menjadi novelet, Suklu kembali meresponnya dalam bentuk karya rupa. Jadi, ini ulang alik dari rupa ke kata lalu ke rupa lagi,” beber Hartanto.

Hal itu pula, imbuh Hartanto, menjadi keistimewaan kolaborasi Sujana Suklu-Mas Ruscitadewi. Keistimewaan lain, jika biasanya lukisan direspons dengan puisi, kini karya rupa direspons dengan novelet.

“Kalau lukisan direspons puisi kan sudah biasa. Nah, Suklu mintanya bukan puisi. Saya langsung teringat Mas Ruscitadewi untuk merespons. Jadilah novelet Nawa Sena,” tutur Hartanto.

Mas Ruscitadewi juga tampaknya senang merespons karya rupa Suklu. Konsep dualitas dan bentangan Bali masa lalu, masa kini, dan masa depan sejalan dengan minat kreatifnya.

Sebelumnya, doktor filsafat agama Hindu di IHDN Denpasar (kini UHN IGB Sugriawa) ini memang pernah mengadakan penelitian mengenai konsep dualitas dalam teologi kuno masyarakat Bali, yaitu lingga-yoni. Karena itu, tidak butuh waktu lama bagi mantan wartawan Bali Post ini menyelesaikan novelet Nawa Sena.

“Nawa Sena ini sesungguhnya kan juga berangkat dari konsep lingga-yoni. Karena sudah lama mempelajarinya, saya lebih mudah untuk masuk ke dalam karya Suklu,” kata Mas Ruscitadewi.

Buku Nawa Sena | Foto: Ist

I Nyoman Darma Putra mengungkapkan alih wahana dari seni rupa ke seni sastra sudah muncul sejak lama dan sering terjadi. Karya-karya seni rupa tradisional Bali umumnya sebagai respons terhadap karya sastra tradisional, khususnya wiracarita Mahabharata dan Ramayana.

Demikian juga dalam seni pertunjukan. Dalam sastra modern, sudah biasa muncul film yang diangkat dari novel, begitu juga sebaliknya, setelah filmnya laris lalu dinovelkan. Karena itu, relasi antara karya rupa dan karya sastra seringkali diidentikkan dengan hubungan antara ayam dan telor, entah siapa yang duluan. Hal ini seringkali dianggap sebagai lingkaran setan.

“Tapi, saya berpandangan, itu tak usah diperdebatkan. Justru itu merupakan lingkaran jenius karena memperkaya kemungkinan dalam dunia kesenian kita,” kata Darma Putra.

Menurut Darma Putra, dalam Nawa Sena, Suklu dan Mas menyajikan talennya masing-masing. Suklu menyajikan lukisan-lukisan abstrak yang dahsyat, Mas Rus menjadikan lukisan itu sumber inspirasi menulis novelet dengan isi dan bahasa yang sangat kuat.

Darma Putra menggambarkan kolaborasi Suklu dan Mas Ruscitadewi sebagai pasatmian. Ini istilah bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno, satmya yang berarti ‘satu dalam hakikat’ atau menjadi satu, dipersatukan. Dilihat dari isi dan spiritnya, lukisan Suklu dan tulisan Mas Rus telah menyatukan zat-zat atau sifat dasarnya seperti disimbolkan pertemuan tokoh Nawa dan Sena.

I Gusti Agung Paramita juga menilai Nawa Sena sebagai pertemuan estetik dua insan yang diawali oleh kesepakatan: sepakat untuk tidak saling meniadakan, sepakat untuk tidak saling mengalahkan, dan sepakat untuk membangun dunia estetiknya masing-masing. Dia menggambarkan relasi Nawa Sena dengan mengutip istilah Jawa Kuno, yakni surup sumurup, saling memasuki. Nawa menjadi Sena, Sena berpotensi menjadi Nawa.

Meski berangkat dari karya rupa Sujana Suklu, novelet Mas Ruscitadewi masih tetap bisa dinikmati sebagai karya mandiri. Dalam merespons karya rupa Sujana Suklu, Mas Ruscitadewi tidak memindahkan begitu saja bentuk visual menjadi verbal, tetapi melibatkan kerja interpretasi yang sangat dipengaruhi oleh wawasan dan pengalaman puitiknya sebagai sastrawan.

Boleh jadi, seseorang yang awalnya menikmati lukisan Sujana Suklu memunculkan imajinsasi yang berbeda setelah membaca novelet karya Mas Ruscitadewi. Hal ini erat kaitannya dengan karakter rupa dan kata yang membebaskan sekaligus memenjarakan. Hal itu menunjukkan, walaupun dikatakan merespons karya rupa, novelet Mas Ruscitadewi tetap bisa dibaca sebagai karya mandiri.

Hal itu dibuktikan oleh Dewa Palguna. Dia mengaku awalnya tak tahu jika novelet itu sebagai hasil kerja kolaborasi dengan perupa Sujana Suklu. “Saya awalnya dikirimi naskah noveletnya saja. Jadi, walau berangkat dari karya rupa, novelet Nawa Sena yang dikerjakan Mas Ruscitadewi dapat dibaca sebagai karya mandiri,” kata Palguna.

Palguna menilai dalam Nawa Sena, kedua seniman saling menggugat eksistensi mereka masing-masing sekaligus menghadirkan kediriannya. Melalui simbolisasi tokoh Nawa dan Sena, Palguna menemukan karya itu sebagai sebuah guguatan walaupun pada ujungnya memberikan harapan seperti dicerminkan oleh tokoh Pradnya yang merupakan anak dari pertemuan Nawa dan Sena.

Jika para narasumber lain menyoroti dimensi seni pada karya kedua seniman, Dian Dewi Reich menyoroti pada aspek proses penggarapan hingga akhirnya buku itu didiskusikan sebagai sebuah seni juga. Menurutnya, meski disebut “sangat Bali”, Nawa Sena juga sangat unversal.

Rektor ISI Denpasar, I Wayan ”Kun” Adnyana saat membuka diskusi menyatakan kerja bersama atau interaksi antara perupa dan sastrawan sebagai upaya menggali dan memahami kehidupan, yang penuh puitika dan penuh saling sapa.

”Fiksi sastra dan diksi rupa yang dikembangkan Sujana Suklu dan Mas Ruscitadewi mengajak kita untuk memaknai kehidupan dengan berbagai sudut pandang,” kata Kun Adnyana. [T]

Semarapura Rumah Sejarah: Membaca Klungkung dalam Sajak
Lagu Rindu untuk Ibu: Membaca Sajak-sajak I Wayan Suartha
Dari Sunyi Kembali ke Sunyi: Membaca Sajak-sajak IBG Parwita
Tags: Mas RuscitadewisastraSastra IndonesiaSeni RupaWayan Sujana Suklu
Previous Post

Membangun Jiwa Kewirausahaan Siswa Sejak Dini

Next Post

Bukan Liyan, Lebur Tiada Jarak: Faisal Baraas dalam Leak

I Made Sujaya

I Made Sujaya

Wartawan, sastrawan, dosen. Pengelola balisaja.com

Next Post
Bukan Liyan, Lebur Tiada Jarak: Faisal Baraas dalam Leak

Bukan Liyan, Lebur Tiada Jarak: Faisal Baraas dalam Leak

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co