PEED AYA atau Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) setiap tahun selalu dijejali penonton. Pawai pembukaan selalu jadi pavorit. Dan, heboh.
Tak pernah ada cerita pawai pembukaan sepi jali. Areal pembukaan selalu penuh-sesak, penton berdesakan. Seperti yang terlihat ketika acara Peed Aya, Pembukaan PKB ke-45, Minggu 18 Juni 2023 di kawasan Renon, Denpasar. Jeg, ramai.
Mungkin sudah menjadi suratan takdir, pada saat pawai pembukaan PKB itu penonton selalu berimpitan satu sama lain. Mereka ingin mengapresiasi aksi seniman pawai dari 9 kabupaten dan kota di Bali dengan nyaman, namun apa daya, hanya dengan cara berdesakan seperti itulah mereka bisa menikmati pawai.
Terlebih lagi ada banyak keluarga membawa anak kecil dan tamak selalu megarang mencari posisi atau tempat yang teduh, yang nyaman. Keinginan mereka hanya satu, ingin menyaksikan Pawai Pesta Kesenian Bali secara langsung dari dekat, bukan lewat TV, bukan lewat youtube atau bukan juga lewat media sosial (medsos) lainnya.
Sebetulnya sebagai warga Bali, kita turut bangga melihat perjalanan pawai Pembukaan PKB dari dulu hingga sekarang masih selalu disesaki penonton. Itu artinya, meski media hiburan di medsos sudah banyak, namun pawai pembukaan PKB masih mendapat tempat di hati masyarakat dan diminati.
Kreativitas seniman-seniman muda yang datang dari kabupaten dan kota di Bali secara langsung bisa dilihat, diperhatikan, oleh masyarakat umum dan menjadi bahan banding perkembangan kreativitas generasi muda dulu dan sekarang.
Namun, saya terusik dengan seorang ibu dan anak yang berdesakan di depan panggung atau tribun sebelah barat. Kebetulan saya di tribun sebagai undangan resmi.
Seniman-seniman muda beraksi dalam peed aya (pawai) Pesta Kesenian bali tahun 2023 | Foto: Agus Wardana
Saya duduk manis bersama para undangan lain di “kursi” yang tidak bertuan. Kursi kosong berlimpah. Sayang sekali. Tampaknya banyak undangan yang tak hadir pada perhelatan besar PKB yang dibuka oleh Ibu Megawati Soekarno Putri tahun 2023 ini, Padahal panitia sudah menyediakan kursi empuk dan snack lezat dan bergizi.
Keadaan pada zona tribun ini saya bandingkan dengan keadaan ibu dan anak yang berimpitan di sekitar tempat atraksi pawai. Ingin sekali saya mengajak mereka untuk duduk bebas di tribun panggung sebelah barat ini, tapi, ah sudahlah. Mohon maaf ya, Bu, saya tidak bisa membantu mengeluarkan ibu dan anak dari situasi yang berimpitan itu.
Sementara itu, panas yang menyengat dan peserta pawai (peed aya) dari ISI Denpasar, 8 kabupaten dan 1 kota terlewati satu demi satu. Semua menampilkan garapan seni musik, kriya, tari dalam sekejap mata alias buru-buru.
Suguhan budaya itu sepertinya hanya untuk para pejabat yang duduk manis di panggung utama. Sedangkan penonton yang berjejal di sisi barat hanya bisa saling mendongak, sementara seniman pawai sudah lewat tanpa bisa mereka lihat, bahkan bekasnya pun tak bisa dipandang.
Tidak ada suguhan seni atau atraksi seni di depan rakyat yang sudah berdesakan itu.
Menurut hemat saya, rakyat yang berjejal di sebelah barat semestinya disuguhi “interaktif pertunjukan” yang bisa membuat mereka (penonton) girang, riang dan bertepuk tangan.
Interaktif ini akan berkesan indah. Para akan mendapat image pawai baik. Image pawai yang membosankan atau monoton dari tahun ke tahun dapat diminimalkan. Biarkan peserta pawai berinteraksi dengan penonton dengan berbaai atraksi. Itu akan memberi kesan seni yang lebih penuh makna kepada masyarakat umum.
Dan jangan lupa, tambahkan satu panggung tempat duduk (tribun pojok) demi anak-anak kita yang sudah berhimpitan ingin hadiri pawai ini. Dengan tempat duduk bagi anak-anak itu paling tidak persoalan berjejal, berhimpitan dapat dikurangi sedikit demi sedikit.
Suasana di tribun dan di lapangan saat pembukaan PKB 2023 | Foto: Agus Wardana
Masalah anggaran? Kalau ada komitmen dan skala prioritas serta pro pelayanan rakyat, saya pikir persoalan impit-impitan penonton itu akan bisa diatasi. Harapan saya ini sangatlah konstruktif ingin menyampaikan fakta publik tentang apa yang saya amati sejak tahun 2019 hingga kini.
Sebagai pecinta Pesta Kesenian Bali, apresiasi tinggi tetap kita acungi jempol kepada para panitia, kurator dan jajarannya yang telah mempertahankan ajang bergengsi budaya ini selama 45 tahun. Semoga masukan dan saran ini bisa menjadi pertimbangan khusus, agar pawai PKB selalu berinovasi dan lebih atraktif. [T]
- BACA artikel-artikel lain tentang PESTA KESENIAN BALI