DALAM KESEMPATAN yang berbahagia, Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, dengan gestur dan logatnya yang khas, menyampaikan beberapa pesan kepada Wayan Koster, Gubernur Bali. Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itu berpesan, dari mulai memikirkan subak, mengurus lontar, tarian, hingga imbauan kepada generasi muda.
Hal itu disampaikan Megawati saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 tahun 2023 di Denpasar, Bali, Minggu (18/6/2023).
Berikut beberapa pesan Megawati kepada Wayan Koster:
Memikirkan Subak
Dalam pidatonya, sebelum membuka PKB secara resmi, Megawati mengaku sempat berbicara dengan Gubernur Bali mengenai imbauan BMKG tentang kemungkinan musim kering. “Jadi saya sudah katakan ke Pak Gubernur, tolong yang namanya subak itu nanti bagaimana kalau kekurangan air?” katanya, serius.
Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu, menyampaikan rasa perhatiannya terhadap persawahan di Bali.
Ia menyadari bahwa sistem subak yang dibangun berdasarkan kultur dan budaya itu hanya ada di Bali, sehingga penting untuk diantisipasi ketika puncak musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada Agustus mendatang.
“Subak itu tidak ada yang punya, saya lihat di ASEAN seperti Vietnam, Kamboja, ada sawah tapi tidak ada sistem pengairan seperti Bali—yang disebut subak. Bali itu betul anugerah, pulaunya kecil kalau dibanding Kalimantan atau Papua, tapi sangat ekslusif,” tutur Megawati.
Mengurus Lontar dan menggali tradisi
Di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Minggu itu, Megawati juga berpesan—walau dengan nada perintah sebenarnya—kepada Wayan Koster untuk mengurus lontar. Mengingat, bagi orang Bali, lontar adalah salah satu sumber ilmu pengetahuan. Atas dasar itulah, Megawati merasa riset terhadap lontar itu penting.
“Jadi saya menugasi Pak Gubernur untuk mengumpulkan kembali yang namanya lontar. Karena bukan hanya urusan lontarnya, tapi isinya. Isinya itu yang harus dikumpulkan dan dipelajari—untuk diterjemahkan, maksudnya seperti apa. Karena saya tahu itu ada yang untuk pengobatan dan lain sebagainya,” ujarnya, tegas.
Ia mengimbau untuk tidak menghilangkan lontar—sebab, menurunya, lontar adalah sebuah catatan. Tidak hanya itu, ia juga berpesan untuk mengajari anak-anak membaca lontar.
Pada event seni budaya terbesar di Bali itu, Megawati juga berpesan, Pemerintah Bali hendaknya terus melakukan penggalian dan rekonstruksi tradisi Bali yang hampir punah. Sebab, menurutnya, setiap karya seni itu mengandung pengetahuan, falsafah, nilai dan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan.
“Jadi saya percaya, sekiranya reseacrh dilakukan dengan saksama dan penuh dengan rasa cinta, yang akan menciptakan sebuah fashion, dan lahir inovasi yang begitu berharga,” katanya, menegaskan.
Tentang Hak Cipta karya
Soal Hal Cipta, Megawati mengatakan, ada beberapa karya Indonesia yang sudah dijiplak negara lain—walau jiblakannya terasa tak ada nilai seni di dalamnya.
“Makanya saya mengatakan pada semua pengrajin batik tenun, endek, lalu tenun di NTT, semua, ayo dipatenkan, dipatenkan! Karena itu genuine. Ada yang sudah di luar negeri, menjiplak tentu bisa, ini bisa dijiplak. Tinggal pakai, apa itu namanya seperti pabrikan. Tapi, tidak ada, tidak masuk rasa seninya,” kata Megawati.
Megawati menambahkan, dirinya juga sudah berkomunikasi dengan Kementerian Hukum dan HAM, agar memberikan hak paten terhadap karya dan hasil kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, negara lain tidak bisa menjiplaknya.
“Padahal, kalau dipatenkan, dan ini supaya semua tahu, ini sudah saya gabungkan dengan Kementerian Hukum dan HAM. Jadi, silakan, siapa yang ada hasil riset dan sebagainya, jangan lupa untuk dipatenkan,” pesannya.
Sekali lagi ia menegaskan, akan selalu meminta agar seluruh karya kebudayaan Nusantara dapat dilindungi melalui Hak Cipta. “Perlindungan ini sangat penting, bukan hanya karena nilai keekonomian yang terkandung di dalamnya, namun juga karena estetika dan berbagai hal yang begitu genuine,” tambahnya.
Jangan bawa tarian ke hotel!
Ketua Umum PDIP itu juga sempat melayangkan pesan penting kepada Gubernur Bali, Wayan Koster, soal tarian Bali. Mega meminta, berpesan, agar tarian tradisional Bali tidak dibawa ke hotel. Baginya, pertunjukan tarian di hotel membuat tari kehilangan ruh—karena sudah dipotong-potong.
“Tadi di jalan, saya bilang juga waktu kemarin, ada Pak Koster. Tolonglah, jangan bawa tarian Bali ke Hotel, saya tidak setuju. Karena apa? Karena akan kehilangan ruhnya, karena sudah dipotong,” katanya.
Megawati mengaku paham tarian. Masa kecilnya diminta belajar menari oleh ayahnya, Soekarno. Sehingga, beberapa kali ia mengkritik secara tidak langsung, soal minimnya maestro di bidang seni saat ini.
“Kemarin, secara tidak langsung, saya membuat kritik, karena apa, karena tidak ada maestro lagi. Jadi, kalau saya lihat tarian Bali sekarang, itu hanya fisiknya yang menarik, tidak dengan jiwanya,” ungkap Mega.
Kemudian, saat Megawati melihat pemuda yang memainkan gamelan di acara beberapa hari lalu, ia merasa kesal karena memainkannya tidak dengan jiwa.
“Saya kemarin ada gamelan itu, saya lihat orangnya hanya begini-begini (memukul). Padahal saya diajari supaya punya gaya, itu rancu kalau istilah saya seperti kerasukan, itu langsung ada kekuatan gitu, kalau dibawakannya sesuai dengan jiwa kita,” ujarnya.
Kepada generasi muda
Tak hanya kepada Wayan Koster, Megawati juga berpesan kepada generasi muda untuk tidak melupakan kesenian dan budaya Nusantara. Megawati menyoroti fenomena K-Pop hingga Hip-hop, yang saat ini digandrungi anak muda. Menurutnya, hal itu tidak masalah jika anak-anak muda tidak melupakan budaya bangsa sendiri.
“Jadi anak-anak, mau senang dengan k-pop, hip-hop, rock dan sebagainya, tidak apa-apa, tetapi jangan sekali-kali tidak mencintai seni budaya Indonesia Raya,” katanya, dengan nada prihatin.
Sebelumnya, ia berkata bahwa Pesta Kesenian Bali—yang membuka ruang gerak dan ekspresi seni budaya rakyat dari seluruh pelosok Bali—akan dapat membentuk semangat kepeloporannya untuk memperkuat jati diri bangsa.
Maka dari itu, pesannya, didiklah para generasi muda, agar sejak dini dapat mengenal dan mencintai seni budaya Indonesia—yang sangat kaya raya dan luar biasa.
“Buatlah segera sanggar seni budaya menjadi sebuah kesatuan gerak, untuk Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan,” tutup Megawati Soekarnoputri dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan meriah.
Itulah beberapa pesan Megawati kepada Wayan Koster—atau kepada masyarakat Bali dan Indonesia secara umum—yang ia sampaikan dalam acara pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 tahun 2023.
Sebagai sosok yang pernah memimpin negara ini, terlepas dari kekurangan dan kontroversinya—atau “under-appreciated”, komentar yang sexist dan misoginis terhadapnya—, beberapa pesan Megawati di atas rasanya penting untuk direnungkan, dipikirkan, dan dijalankan. Bukan begitu, Pak Gubernur?[T]