2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Krisna Satya, Parama Kesawa, dan Kevin Muliarta : Tiga Penari Mencari Sang Aku | Pentaskan “Jelajah Sarira” di Antida Music Production, 21 Mei 2023

tatkalabytatkala
May 20, 2023
inPanggung
Krisna Satya, Parama Kesawa, dan Kevin Muliarta : Tiga Penari Mencari Sang Aku | Pentaskan “Jelajah Sarira” di Antida Music Production, 21 Mei 2023

Krisna Satya, Parama Kesawa, dan Kevin Muliarta | Foto: Istimewa

KRISNA SATYA, PARAMA KESAWA, DAN KEVIN MULIARTA. Sebagai penari, kurang apa mereka?

Nama tiga penari itu cukup menonjol di Bali, bahkan dikenal juga dengan baik dalam dunia tari di Indonesia. Tentu karena mereka begitu giat melakukan proses pencarian dan menemukan kosa gerak dan kemungkinan-kemungkinan baru dalam proses kreatif mereka.

Krisna Satya, Parama Kesawa, dan Kevin Muliarta. Sebagai penari, kurang apa mereka?

Mereka sudah banyak menemukan hal-hal baru, mereka sudah banyak mempresentasikan penemuan-penemuan mereka di atas panggung. Namun, dengan rendah hati, tiga penari itu masih mengakui diri: bahwa mereka masih berada dalam proses menemukan diri, menemukan sang aku, sehingga mereka terus mencari, terus mencari, tak puas-puas.

Untuk itulah mereka bekerja sama dengan Antida Music Production untuk mempresentasikan pencarian-pencarian mereka. Tiga penari itu akan mempertunjukkan satu proses dari tema “Jelajah Sarira” — Mencari Sang Aku Melalui Tari”.

Masing-masing dari mereka akan menyajikan karya tari pada Minggu, 21 Mei 2023 di Antida Sound Garden Jl. Waribang 32 Kesiman  Denpasar, Bali. 

Jelajah Sarira pertama kali dicetuskan dalam acara Rembug Sastra Purnama Bhadrawada tahun 2017. Dari rembug sastra itu tumbuh niat besar dalam diri penari untuk menjelajahi diri. Karena sesungguhnya Jelajah Sarira bukan hanya dalam sastra, namun juga bisa diseriusi dalam bentuk tari sebagai media untuk melihat dan memaknai kembali sang aku.

“Tari dengan tubuh (Sarira) sebagai medium bagaikan ladang yang harus terus dieksplorasi untuk menemukan dan menumbuhkan gagasan baru untuk menambah khasanah kesenian Bali khususnya Tari,” kata Dayu Ani.

Dayu Ani adalah dosen seni pertunjukan ISI Denpasar yang menjadi inisiator sekaligus sebagai pendorong terselenggaranya pementasan ketiga penri itu.

Jelajah Sarira adalah cara untuk menyelami diri, baik secara fisik maupun gagasan. Jelajah Sarira akan dibaca oleh tiga penari sekaligus koreografer muda, Krisna Satya, Parama Kesawa dan Kevin Muliarta, dengan begitu sungguh-sungguh.

Masing-masing koreografer memformulasikan gagasannya dalam bentuk karya tari yanng mencari kebaharuan.

“Saya rasa, dengan mengangkat Jelajah Sarira akan memiliki ruang yang lebih luas. Sebelumnya mereka mengusung tema Bali Balihan, sehingga tidak akan memberikan ruang seluas-luasnya bagi ketiga koreografer kreatif ini,” kata Dayu Ani.

Dalam pentas ini, Krisna Satya mengangkat “Slow Living” sebuah garapan tari tunggal yang terinspirasi dari upacara adat Bali yaitu Ngider Bhuwana.

Tradisi Ngider Bhuwana ditatap sebagai konsep, yang kemudian dibaca ulang. Tradisi melancaran yang ada di desanya sebagai laku untuk mengenali dan memaknai kembali wilayah sekitar dan ruang personalnya, dengan cara berjalan selangkah demi selangkah.

“Ngider bhuwana saya maknai sebagai ritus pertemuan antar personal di tengah kehidupan yang serba digital dan cepat,” ucap Krisna dísela-sela persiapan pentas, Kamis 18 Mei 2023. 

Krisna Satya| Foto: Istimewa

Dalam kehidupan yang serba cepat itu, Krisna Satya kemudian menciptakan karya tari bertajuk Slow Living. Ia meminjam pada istilah gaya hidup lambat, yang berawal dari Slow Food Movemant yang dibuat oleh Carlo Petrini tahun 1986. “Slow Living ini akan mengajak penonton sebagai performer untuk mengenali tubuh melalui pernafasan, dan mendekatkan diri dengan mengenali ruang sekitarnya. Dengan waktu yang melambat, kita akan dapat merenung, untuk bisa berbuat kedepan,” ungkapnya.

Sementara Parama Kesawa menyajikan karya bertajuk “Body Notation yang terinspirasi dari polymeter yang merupakan salah satu konsep ketukan yang biasa digunakan dalam teori musik, terutama dalam mengaransemen lagu. Polymeter memiliki fungsi untuk menciptakan efek seolah-olah ketukan dalam sebuah lagu terdengar tidak sinkron, walaupun ritme yang bermain tersebut sinkron.

Proses dari Polymeter masih dalam tahap menganalisa perhitungan yang membangun efek jalinan nada.

 “Sejauh ini, jenis komposisi musik polymeter dalam dunia tari, hanya digunakan sebagai ambience. Koreografinya sering mengabaikan jalinan ketukan yang telah dibuat. Nah, lewat garapan ini saya berupaya mensinkronisasikan musik dan tari melalui notasi terperinci dalam konsep Polymeter menjadi ide karya eksperimental ini,” paparnya.

Eksperimen ini berjudul Body Notation. Ia menggunakan tubuh sebagai instrument dalam mewujudkan konsep Polymeter secara bertahap, mulai dari tangan, kaki, selanjutnya ke seluruh tubuh. Karya ini ditarikan oleh dua orang penari. Ketukan dari setiap penari memiliki hitungan yang berbeda sampai akhirnya bertemu dalam kelipatan yang sama dan mulai lagi dari hitungan awal.

“Instrument musiknya menggunakan alat musik strings yang akan mengalirkan nada ke dalam tubuh penari sesuai notasi yang dibuat. Setting pertunjukan mengarah kepada kontrapungtis musik dengan dukungan pencahayaan khusus sebagai ambience bar musik,” jelasnya.

Sedangkan Kevin Muliarta menyajikan ‘Melajah Kebatinan’. Karya ini terinspirasi dari era modern ini di Bali yang sempat viral tentang istilah “melajah kebatinan” atau sebutan untuk orang orang yang memiliki halusinasi tentang spiritual terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan kebingungan bahkan kegilaan dalam hidupnya. Pada fase tersebut banyak hal di luar nalar di nomor satukan. “Hal ini merupakan ketidak seimbangan yang berpotensi menyesatkan,” ucapnya.

Untuk memastikan hal tersebut, sebagai penari Kevin sempat melakukan reset terhadap ajaran leluhur masyarakat Bali tentang situs-situs kuno dan etika orang dahulu dalam menjalani spiritual. Ia kemudian ingin meluruskan perihal dan fenomena yang menurutnya timpang pada era sekarang.

“Pengamatan saya terhadap apa yang terjadi saat ini dan apa yang saya dapatkan dari sumber” tentang etika peradaban leluhur jelas berbeda. Pada era ini tentu banyak orang yang kurang percaya, memilih jalan praktis dan tidak menerima paham ini karena dianggap paham baru,” sebutnya.

Kevin kemudian mengatakan, berdasarkan pengamatannya pergeseran nilai pemaknaan suatu keyakinan dalam berspiritual lebih condong ke arah kepentingan pada era sekarang, dan berdampak luas bagi orang-orang sangat percaya dengan hal-hal tersebut.

“Berdasarkan fenomena itu, saya kemudian menciptakan teater tari kontemporer mengenai perjalanan dan pencaharian jati diri terhadap etika-etika leluhur Bali mengenai bhuana alit, dan teks tan hana darma mangrwa yang menjadi kegelisahan penata terhadap penerapannya di era yang penuh dengan kepentingan,” katanya.

Ketiga seniman ini pun mengakui, “Jelajah Sarira” ini terselenggara atas pertemuannya bersama Dayu Ani selaku pemilik Bumi Bajra. Mereka kemudian terkoneksi dengan Anom Darsana yang merupakan pemilik Antida Music Production.

Melalui nasehat dari Dayu Ani, ketiga koregrafer muda ini memiliki keberanian untuk melakukan pentas tunggal untuk pertama kalinya atas nama proses kreatif untuk menambah khasanah kesenian di Bali khususnya. Maka itu, “Jelajah Sarira” semakin lengkap dengan kehadiran Anom Darsana dengan Antida Music Production sebagai fasilitator artistik, sehingga Jelajah Sarira memiliki ruang presentasi yang memukau.

Jelajah Sarira hadir sebagai ruang penjelajahan sang diri, ruang untuk menempa kemampuan tubuh untuk terus menyelami menggali gagasan sebagai tawaran terhadap kesenian Bali khususnya tari.

“Penjelajahan sang diri tidak hanya sebagai sarana hiburan, tetapi sebagai wujud perenungan bersama, siapa, mengapa, dan bagaimanakah aku di masa mendatang? Jelajah Sarira hadir sebagai ruang penciptaan untuk terus membaca kebudayaan Bali yang beririsan dengan masa kini,” kata mereka sepakat. [T][Pan/*]

Ritus Tari Seblang di Olehsari : Menari Bersama Leluhur dan Merayakan Dialog Antarbudaya Bali-Blambangan
Skala dan Citra | Catatan Selepas Menonton Layar Mulatari: Arsitektur Tubuh
Narasi Dramatari Penyalonarangan “Kala Ludra” di Pura Dalem Desa Adat Ubud
Tags: Antida Music ProductionAntida SoundgardenDayu Anikesenian baliseni taritari balitari kontemporer
Previous Post

“Proyek Mengeringkan Air” Ketut Putrayasa: Sebuah Cibiran Sekaligus Pesan untuk Masa Depan

Next Post

Sajak-sajak Angga Wijaya | Bulan Mati di Kota

tatkala

tatkala

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

Next Post
Sajak-sajak Angga Wijaya | Bulan Mati di Kota

Sajak-sajak Angga Wijaya | Bulan Mati di Kota

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co