10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Generasi Santuy, Deadliner, dan Dampak Buruknya

Kadek Sri WidiastutibyKadek Sri Widiastuti
April 15, 2023
inEsai
Generasi Santuy, Deadliner, dan Dampak Buruknya

Ilustrasi tatkala.co | Kadek Sri Widiastuti

APA YANG akan kawan-kawan lakukan, ketika mempunyai deadline tugas atau pekerjaan, yang bisa dikatakan, waktunya masih lama atau tidak mepet? Mungkin, sebagian orang akan mengerjakannya dengan sistem dicicil sedari awal.

Tapi, tak jarang pula ada beberapa orang yang mengerjakannya dengan sistem kebut semalam. Dan tentu, hal itu dilakukan dengan alasan yang beragam.

Hal ini kerap kita lihat dan temui di lingkungan kampus. Ketika dosen pengampu mata kuliah memberikan tugas kepada mahasiswanya dengan deadline yang masih bisa dikerjakan seminggu bahkan dua minggu sebelumnya, misalnya, alih-alih mengerjakannya segera, para mahasiswa justru lebih sering mengerjakannya sehari sebelum deadline tugas tersebut dikumpulkan.

Lantas, julukan apa yang cocok untuk mahasiswa yang seperti itu?

“Deadliner”. Mungkin kata itu cocok bagi mahasiswa yang memiliki kebiasaan mengerjakan tugas ketika tenggat penyelesaiannya sudah sangat dekat. Menunda-nunda waktu untuk mengerjakannya merupakan hal yang sudah biasa.

Mahasiswa deadliner itu juga sering disebut “Generasi Santuy”.

Ya, sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita tentang generasi santuy. Istilah “santuy” yang sering digunakan oleh kaum milenial itu merupakan plesetan dari kata “santai”. Generasi santuy memang cenderung diasosiasikan kepada orang-orang yang sering merasa mageran dan suka menunda-nunda pekerjaan.

Jadi, memang benar, jika mahasiswa yang sering menunda pekerjaan atau tugas dan mengerjakannya sehari sebelum tenggat waktu yang diberikan, masuk dalam golongan Generasi Santuy.

***

Kata santuy, jika disearching di KBBI, sampai mati pun tidak akan kita jumpai. Namun, kata ini sangat populer di kalangan anak muda.

Dan dalam kaitannya dengan pekerjaan atau tugas, generasi santuy memiliki prinsipnya sendiri: “Jika bisa besok, kenapa harus sekarang?” Kalimat ini sering saya dengar di tengah percakapan bersama teman-teman di kampus.

Jika mahasiswa produktif memiliki kegiatan terstruktur (terjadwal dengan baik), menghabiskan waktunya dengan hal-hal positif, dan mengerjakan tugas lebih awal, maka sebaliknya, mahasiswa yang tergolong dalam generasi santuy akan menerapkan sistem kebut semalam dengan menunggu hingga H-1 deadline tugas dikumpulkan.

Dulu, ketika masih duduk di bangku sekolah menengah kejuruan, saya memiliki seorang teman dekat yang juga kebetulan sering menerapkan sistem santai dalam hidupnya.

Ya, begitulah, ketika guru kami memberikan tugas, ia mengerjakannya ketika mendekati deadline tugas itu dikumpulkan. Bahkan, lebih parahnya, pernah suatu hari ia mengerjakan tugas setengah jam sebelum tugas itu dikumpul.

Dan begini ceritanya:

Saat itu, di pagi hari sebelum mata pelajaran matematika dimulai, saya baru saja memasuki ruangan kelas yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat parkir sekolah. Alih-alih menemukan suasana kelas yang tenang, malah sebaliknya, kelas itu ributnya minta ampun.

Suara riuh itu datang dari teman-teman—termasuk teman dekat saya—yang mengerjakan tugas dengan deadline yang mepet. Layaknya orang yang sedang berjualan dan menjajakan barangnya di pasar, mereka begitu ribut, ramai, dan heboh.

Tak terkecuali teman saya. Ia mulai menanyakan jawaban-jawaban dari tugas yang di berikan guru kami hingga meminta hasil pekerjaan rumah yang telah saya buat dua hari sebelumnya—dan itu tentu sangat menyebalkan.

Tapi, karena saat itu pikiran saya masih stuck pada rasa solidaritas pertemanan yang tinggi. Sehingga, bagaimana lagi, toh juga teman dekat. Akhirnya, dengan rasa persahabatan, saya sharing jawaban-jawaban dari tugas itu.

Namun, kadang, kalau sudah seperti itu, karena merasa tidak nyaman dengan suasana kelas yang riuh dan ramai, biasanya saya membuat alasan untuk pergi ke kantin agar bisa menghindari kebisingan. Huh, damai sekali rasanya ketika saya bisa keluar dari ruangan yang penuh dengan hiruk-pikuk “orang-orang aneh” itu.

Sialnya, hal seperti itu terjadi berulang kali. Setiap paginya, di hari efektif sejam atau setengah jam sebelum mata pelajaran dimulai, ada saja teman-teman yang baru mengerjakan tugas rumahnya. Dengan alasan malas, mageran, sibuk main smartphone dan kalimat klise lainnya yang sering saya dengar, sering mereka lontarkan.

***

Awal tahun 2020, ketika untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kampus, saya membayangkan banyak mahasiswa berprestasi dan mungkin akan bertemu—dan bisa dekat—dengan teman-teman baru yang tidak menganut sistem kebut semalam.

Tetapi, seperti yang dikatakan banyak orang, ekspektasi tidak selamanya selaras dengan realita yang terjadi. Benar saja, alih-alih bertemu dengan mereka yang rajin mengerjakan tugas lebih awal, justru saya kembali—dan banyak—bertemu dengan mereka yang mengulur-ulur waktu atau yang mempunyai sistem last minute dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Tentu, hal ini akan berakibat buruk bagi diri sendiri. Khususnya bagi para mahasiswa. Bagaimana tidak, waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk lebih banyak mencari sesuatu yang bermanfaat dan mulai menambah pengalaman, malah digunakan untuk bermalas-malasan atau sekadar scrolling sosial media.

Pada akhirnya, ketika deadline tugas sudah menunggu, mereka akan mulai begadang untuk mengerjakannya, dari malam hingga pagi hari. Dan perlu diketahui, begadang itu tak baik bagi kesehatan tubuh. Begadang dapat berpengaruh pada kesehatan mental dan stress yang dipicu oleh pola tidur yang tidak baik.

Hal ini tentu bukan hanya sekadar pernyataan yang digunakan untuk mengintimidasi orang-orang, akan tetapi sudah dibuktikan melalui penelitian. Cary dan Pei melakukannya dalam “Sleep practies of University students living in residence” pada tahun 2017.

Kebiasaan begadang mengerjakan tugas ini, jika diteruskan, lama-kelamaan juga akan menjadi sebuah kebiasaan yang buruk—karena mempengaruhi waktu tidur yang seharusnya 8 jam dalam sehari bisa kurang dari itu.

Selain berakibat tugas tidak selesai dengan hasil yang kurang bagus, juga tentu akan timbul masalah kesehatan pada tubuh pula.

Jadi, bagaimana teman-teman. Apakah membiasakan diri menjadi santai dalam mengerjakan tugas itu masih pantas kita pertahankan?[T]

Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.

Penggemar Boys Love Series Thailand, Apakah Salah?
Gabut Berkedok Self Healing dan Saran untuk Mengatasinya
Pantai, Tempat Berkumpulnya Orang-orang Stress
Tags: esaigenerasi mudaGenerasi Zaman Now
Previous Post

Dari Sunyi Kembali ke Sunyi: Membaca Sajak-sajak IBG Parwita

Next Post

Ayah, Sosok yang Saya Kagumi

Kadek Sri Widiastuti

Kadek Sri Widiastuti

Lahir di Singaraja, tahun 2002. Saat ini sedang menempuh pendidikan di STAH N Mpu Kuturan Singaraja, Program Studi Ilmu Komunikasi

Next Post
Ayah, Sosok yang Saya Kagumi

Ayah, Sosok yang Saya Kagumi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co