BERSEPEDA ITU menyenangkan. Kalau tidak, mana mungkin ia dijadikan hobi, sampai ada komunitasnya segala. Bahkan, di Singaraja, komunitas bersepeda tidak hanya sekadar jalan-jalan hepi keliling kota, lebih dari itu, ia merupakan wadah pengetahuan dan persaudaraan.
Pada Ahad, 9 April 2023, pesepeda yang tergabung dalam Kopdar Bike Singaraja, mengadakan acara bersepeda bareng dengan mengambil tema “Ngabubu-Ride”—tema yang sangat cocok di bulan Ramadan. Dan ini yang tak biasa, kegiatan tersebut bekerja sama dengan pengurus Masjid Agung Jami’ Singaraja.
“Ini program rutin Kopdar Bike. Dan kopdar kali ini sangat menarik sebab bertepatan dengan Bulan Ramadan,” ujar penggagas Kopdar Bike, Ida Bagus Mahadi.
Sesuai rencana yang telah disepakati, para pesepeda diajak berkeliling Kampung Kajanan dan Kampung Bugis. Start dan finish Kopdar Bike 10 dilakukan di Masjid Agung Jami’ Singaraja. Peserta mulai kumpul sekitar pukul 16.00 Wita dan keberangkatan dimulai pukul 17.00 Wita.
Sedangkan Jalur yang dilalui, mulai dari Jalan Sawo, menuju Jalan Diponogoro, Masjid Keramat, tembus Jalan Hasanudin, Kampung Lebah, Banjar Bali, masuk Jalan Wibisana, Jalan Gajah Mada, Jalan dr. Sutomo, Jalan Patimura, Jalan Merak, Susur Pantai Kayu Buntil, Jalan Patimura, masuk Gang Masjid Noor, dan kembali ke Masjid Agung Jami’. Jalur ini merupakan jalur perumahan komunitas Muslim yang ada di tengah Kota Singaraja.
Pesepeda Kopdar Bike 10, melintas di depan Masjid At-Taqwa Singaraja di Jl. Patimura
Gambar wajah keberagaman
Puluhan pesepeda (suka-suka) itu beramai-ramai meninggalkan Masjid Jami’. Dengan penuh antusias, kaki mengayuh pedal, melaju di jalan besar hingga masuk ke gang-gang kecil di sekitaran Kampung Lebah menuju Banjar Bali. Mereka menyusuri pinggiran sungai di Jalan Wibisana dan menyusuri tepian pantai Kayu Buntil.
Sepanjang perjalanan, dan ini yang menakjubkan dari Singaraja, tergambar wajah keberagaman suku, agama dan ras. Lengkap. Dari Bali, Cina, Pakistan, India, Arab, Bugis, hingga Jawa.
Pesepeda Kopdar Bike 10 menyusuri Pantai Kayu Buntil
Menurut Ida Bagus Mahadi, kegiatan bersepeda keliling Kampung Kajanan dan Kampung Bugis ini selain bersenang-senang dan mempererat silaturahmi, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengenal lebih dalam, atau dalam bahasa lain, mempelajari Kota Singaraja itu sendiri.
“Ini ruang bersenang-senang dan belajar bersama. Kita harus mengakui, bahwa ada banyak hal yang belum kita ketahui tentang Singajara” ujarnya.
Sedangkan, keputusan memilih Masjid Agung Jami’ Singaraja sebagai titik kumpul merupakan keputusan yang, bukan hanya tepat, tapi juga sangat beralasan. Bagaimana tidak, Masjid Agung, dalam sejarah Kota Singaraja, keberadaannya sangat lekat dengan Puri Gede Buleleng. Bukti abadi toleransi dan akulturasi budaya di Singaraja.
Lihat saja wajah masjid besar itu, selain berhiaskan ornamen Islami, ia juga diwarnai dengan ukiran Bali, wujud nyata akulturasi budaya. Bahkan, tak main-main, pintu utama masjid ini adalah hadiah atau pemberian dari Raja Buleleng kala itu.
Hingga kini, pintu tersebut masih terpasang kokoh, dan tampak abadi sebagai semacam “prasasti”, atau saksi bisu, moderasi beragama di Kota Singaraja.
Masjid ini tampak semakin istimewa, sebab, hingga kini, masih menyimpan kitab Alquran tulisan tangan I Gusti Ngurah Ketut Djelantik Tjelagie—yang diduga ditulis pada tahun 1820-an.
Wajah keberagaman Singaraja semakin tampak, sebab pesepeda yang ikut dalam kegiatan ini berasal dari berbagai agama.
Kebiasaan lama orang Muslim
Ngabuburit sambil bersepeda seperti ini seungguhnya sudah menjadi kebiasaan lama warga Muslim di wilayah Kampung Kajana dan Kampung Bugis setiap Ramadan. Namun sayang, hal ini telah lama tidak dilakukan.
Maka, kegiatan Kopdar Bike kali ini sesungguhnya mengembalikan lagi kenangan lama yang biasa dilakukan saat ngabuburit tersebut.
“Ngabuburit dengan bersepeda bukan hal baru. Hanya saja sudah lama tidak dilakukan—karena perkembangan zaman, ada gadget dan jalan juga sudah ramai motor. Namun, ini sangat menarik, buktinya tadi banyak anak-anak yang mendadak langsung gabung bersepeda saat melintas. Ini bisa jadi pilihanlah saat ngabuburit,” ungkap Muhammad Rezza Yunus, Pengurus Masjid Agung Jami’ Singaraja.
Ditutup dengan manis
Setelah menyelesaikan rute, seluruh peserta kembali ke Masjid Agung Jami’ Singaraja untuk menunggu waktu berbuka puasa.
Ya, Kopdar Bike 10 itu, diakhir dengan buka puasa bersama (lintas agama), dengan menu bubur Kajanan, hidangan khas di Masjid Agung Jami’ Singaraja saat bulan Ramadan. Sungguh, penutupan kegiatan yang sangat manis.
Terakhir, sekadar informasi, Kopdar Bike adalah acara bersepeda bulanan, yang diselenggarakan oleh tiga tempat nongkrong di Buleleng, di antaranya: Angkringan Mula Keto, Kedai Kopi Dekakiang dan Satu Lima.
Kopdar Bike 11 akan diselenggarakan pada bulan Mei 2023, dengan mengambil start di Satu Lima, Jalan Laksamana, Dusun Bangkak, Desa Baktiseraga. Informasi lebih lengkap dapat diakses di akun Instagram @kopdarbikeofficial.[T]