HAMPIR semua orang atau instansi maupun organisasi selalu menginginkan perayaan hari ulang tahun yang meriah, menarik dan membekas di hati sekaligus juga membekas di ingatan—yang nantinya akan diulang di tahun berikutnya bahkan bisa lebih meriah lagi dari perayaan sebelumnya.
Hal yang sama berlaku pada peringatan Hari Ulang Tahun SMPN 3 Sukasada yang baru kali ini dirayakan. Benar, sejak berdiri 31 tahun yang lalu, tepatnya pada 1 April 1992, sekolah ini memang belum pernah sekalipun merayakan HUT-nya.
Kerena ini yang pertama—sekali lagi sejak 31 tahun yang lalu—tentu saja, antusias semua warga sekolah sangat tinggi. Berbarengan dengan jeda semester, perayaan ini diharap dapat mengisi jeda proses pembelajaran dan memberikan hal positif bagi siswa dan seluruh warga sekolah.
Berbagai macam acara dibuat dan semakin membuat acara ini meriah. Dan dari itu semua, ada satu yang menarik dari perayaan HUT SMPN 3 Sukasada yang 31 ini. Ya, pameran karya seni rupa, P5 dan prakarya siswa yang ikut di tampilkan untuk menarik perhatian warga sekitar supaya ikut mengapresiasi dan semakin memperlihatkan eksistensi sekolah.
Pameran yang mengambil tajuk “Harmonisasi Cetak Daun” dibuat dengan teknik grafis cetak tinggi (cap), memanfaatkan tekstur daun yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri di tiap daun yang berbeda. Daun-daun itu di susun dengan harmoni yang indah dengan perpaduan warna yang berani. Kemudian menghasilkan karya seni grafis cetak tinggi media daun yang memanjakan mata.
Karya seni siswa SMPN 3 Sukasada dengan teknik cap
Daun memang memiliki tekstur yang unik. Tulang dan pori ketika dibaluri cat pewarna dan dicetak di atas kertas, akan menghasilkan hasil cetakan yang unik dan menarik. Apalagi ditambah dengan perpaduan warna yang berani, serta susunan berbagai macam daun yang memberikan kesan harmoni dan memiliki nilai estetika tinggi.
Pameran ini di ikuti oleh seluruh siswa kelas IX yang memang mendapat materi tentang seni grafis dan pameran mata pelajaran seni budaya di semester genap ini. Jumlah siswa yang mengikuti pameran berjumlah 115 orang dengan total karya 115 karya seni grafis cetak tinggi dan 10 karya seni cetak saring pada media baju kaos.
Pameran dibuka tanggal 1 April dengan ditandai pemotongan pita oleh Kepala Desa Padangbulia dengan disaksikan undangan yang hadir dan seluruh siswa.
Berbekal materi yang diberikan saat pelajaran dan terciptalah karya yang siap di pamerkan. Antusias siswa dalam berpameran dan berani tampil dengan hasil karya sendiri merupakan suatu kemajuan yang terbilang bagus. Artinya, memperlihatkan keberadaan sekolah dan mempresentasikan materi pembelajaran yang diberikan dalam bentuk pameran kepada publik perlu di pupuk terus menerus.
Bersama guru mata pelajaran—yang memberikan pendampingan saat pengerjaan karya sampai display karya di ruang pameran—siswa di ajak untuk membuat pameran secara mandiri dengan menerapkan materi pameran yang telah diberikan. Mulai dari menentukan tema, membuat karya, sampai membentuk panitia pameran. Dengan begitu, siswa belajar membuat event sendiri, guru mata pelajaran hanya memberikan arahan bila diperlukan.
Pameran homogen ini diharap dapat meningkatkan daya saing dan semangat berkarya siswa sekaligus memutus paradigma berkarya dalam pembelajaran seni budaya yang selalu berakhir hanya dinilai dan gudang sebagai tempat akhir tugas mereka.
Dengan adanya pameran seperti ini, siswa merasa hasil karyanya dihargai—sebab karya siswa dipertontonkan ke publik dan dapat dinikmati oleh semua orang. Hal itu akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi siswa, sehingga memicu semangat berkarya karena ada penghargaan yang diberikan atas hasil karya yang dibuat.
Selain karya seni grafis cetak tinggi dan saring, pameran juga menghadirkan hasil projek P5 yang dibuat siswa kelas VII. Karya berupa hasil ekoenzim dan tanaman obat serta produk kripik dari 3 projek yang telah dikerjakan ikut mengisi ruang pameran.
Tidak hanya itu, beberapa karya siswa kelas VIII mata pelajaran prakarya juga ikut menghiasi ruang pameran dan membuat pameran karya siswa lengkap dari ketiga jenjang.
Sebuah perayaan HUT yang sederhana namun mampu tampil meriah dengan mengikutsertakan seluruh siswa dalam kemeriahan tersebut. Kemeriahan itu juga disertai dengan lomba-lomba yang di ikuti siswa, seperti lomba senam kreasi pelajar Pancasila dan lomba kebersihan kelas yang memang rutin diadakan agar lingkungan kelas senantiasa bersih dan nyaman.
Walau perayaan ini yang pertama dan dibuat dengan sangat sederhana, Kepala Sekolah melalui pidatonya berharap momen bersejarah ini dapat menjadi batu loncatan kebangkitan SMPN 3 Sukasada. Perayaan HUT seperti ini di harapkan tetap bisa terlaksana tiap tahunnya. Dan terus bisa semakin meriah serta dapat berkolaborasi dengan semua pihak.
Perayaan HUT ini dihadiri seluruh kepala sekolah SD di lingkungan Nagasepaha, Padangbulia dan Gitgit—yang notabene sebagai sekolah zonasi dalam penerimaan peserta didik baru. Dengan begitu diharap mampu menjalin tali silaturahmi yang baik antar sekolah dengan lingkungan sekitar sekolah.
Dirgahayu SEMPATISADA yang 31![T]