KITA MUNGKIN CUKUP sering mendengar bank-bank besar di Indonesia memiliki nasabah prioritas. Nasabah yang mendapat perlakuan sangat khusus. Hal yang sama juga berlaku di Bank Sampah Galang Panji. Bank sampah yang berdiri sejak tahun 2014 ini memiliki nasabah prioritas.
Seperti namanya, nasabah prioritas ditujukan kepada mereka yang menginginkan prioritas dalam pelayanannya. Dengan kata lain fasilitas ini menyasar nasabah yang mendapat pelayanan utama.
Prioritas yang diberikan kepada nasabah ini berbeda dibanding bank pada umumnya. Jika di bank umum menjadi prioritas atas permintaan nasabah, di Bank Sampah Galang Panji, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, prioritas diberikan karena nasabah-nasabah ini sangatlah spesial. Mereka ini adalah tiga dadong, perempuan tua, usianya di atas 75 tahun. Meski sudah lanjut usia, mereka rajin menabung sampah.
Ini mereka yang jadi nasabah prioritas Bank Sampah Galang Panji.
Luh Kerti
Nasabah yang pertama adalah Luh Kerti. Ia paling senior di antara nasabah yang lain. Usianya 83 tahun. Mereka menjadi nasabah sejak 2019. Setiap dua minggu sekali menabung sampah. Volume sampah yang dibawa rata-rata mencapai lima sampai sepuluh kilogram. Jenisnya pun beragam, selain sampah plastik, ia juga menabung sampah kertas, kardus dan botol kaca.
Sampah yang dibawa Dadong Kerti, begitu biasa saya menyebutnya. Adalah sampah yang dikumpulkannya sendiri, serta sampah dari anak dadong yang telah menikah. “Sampah ini dikasih anak de, biar semakin banyak yang bisa ditabung,” ujarnya.
Anak dan menantu Dong Kerti nampaknya ikut peduli. Mereka membawakan sampah ke rumahnya. Lalu Dadong membawa s ke Bank Sampah dengan berjalan kaki. Ia tinggal sendiri. Jarak rumah Dadong Kerti cukup dekat dengan Kantor Bank Sampah Galang Panji. Hanya 30 meter saja.
Dadong Kerti
Ia berjalan kaki cukup tergopoh-gopoh. Usianya memang sudah sangat lanjut. Rambut lebatnya telah memutih semua. Selain membawa sampah, Dadong juga selalu membawa karung kampil. Ia tahu kalau saya selalu butuh kampil untuk tempat sampah yang ditabung nasabah.
Ia selalu ingat menawarkan kampil untuk saya. Jadi selain transaksi tabungan sampah, kami juga bertransaksi karung kampil. Itu membuat Dadong Kerti jadi nasabah prioritas Galang Panji.
Made Gari
Nasabah prioritas yang kedua. Namanya Made Gari, 80 tahun. Telah lama menjanda. Terdaftar sebagai nasabah dari 2020. Sampah yang ditabung Dadong Gari tidak banyak. Dua minggu sekali membawa sampah, beratnya hanya dua sampai lima kilogram sampah plastik.
Tidak banyak sampah yang ia tabung. Tetapi jenisnya adalah yang paling sering kita temui, sampah kresek atau sampah daunan (kemasan makanan ringan dan sejenisnya). Jenis ini nilainya paling kecil dibanding sampah plastik lain. Paling sering menjadi masalah.
Dadong Gari membawa sampah dengan berjalan kaki dari rumah. Jaraknya kurang lebih 70 meter dari kantor Galang Panji. Setiap membawa sampah plastik daunan ini, dadong tidak pernah bertanya beberapa ia punya tabungan.
Ia hanya tidak ingin membuang sembarangan atau membakarnya. “Pedalem ngutang luune,” katanya. Hingga kinipun ia tidak mau tahu berapa ia punya tabungan.
Dadong Gari
Kondisi Dadong memang sedikit kurus, rambut tipisnya selalu ia tutupi. Meski sedang sakit, Dadong rajin mengumpulkan sampah dirumahnya. Sesekali ia minta cucunya membawa ke Bank Sampah. Karena jenis sampah daunan dan juga kondisinya yang sakit ia tetap mau menabung sampah. Ini kenapa dadong jadi nasabah prioritas Bank Sampah Galang Panji.
Made Tari
Terakhir nasabah Galang Panji yang prioritas adalah Made Tari. Ia paling muda, 78 tahun. Meski termuda diantara Dadong Kerti dan Dadong Gari, volume sampah yang ditabung paling besar. Sampahnya tidak hanya berasal dari rumah. Tapi ia menerima dari rumah-rumah tetangga tempat ia bekerja.
Iya, meski sudah lanjut usia, Dadong masih harus bekerja memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia tingal bersama menantu dan ketiga cucu. Suami dan anak lelakinya telah berpulang.
Tubuh kecil dadong nampak begitu kuat membawa karung kampil penuh sampah. Kaki telanjangnya seperti tak mengeluh berjalan dipanasnya aspal. Rumah dadong sedikit lebih jauh. Lebih dari 150 meter dari Kantor Galang Panji.
Dadong Tari sangat special. Ia telah jadi nasabah sedari tahun. 2014. Sejak Bank Sampah Galang Panji berdiri. Diawal-awal ia bawa sampahnya sendiri. Setahun kemudian ia ajak cucu-cucunya. Kini cucunya telah mandiri. Mereka yang lebih sering membawa sampah ke Galang Panji. Dadong tugasnya mencari sampah. Baik di jalanan yang ia lewati, atau di rumah tetangga tempat ia bantu-bantu bekerja.
Ia sering kesal kalau cucunya lupa menabung sampah. “Ape kaden gaene, unden ngabe sampah dogen keweh gati,” ungkap Dadong. Tiga cucu Dadong masih kecil, memang seperti kebanyakan anak-anak kecil lain. Sukanya bermain.
Dadong Tari
Hampir sembilan tahun sudah Dadong Tari jadi nasabah. Menabung sampah telah jadi solusi bagi dadong, untuk tambahan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sebagai nasabah dengan waktu paling lama. Tentu Dadong Tari menjadi nasabah yang sangat prioritas bagi Galang Panji.
Karena nasabah prioritas, ketiga perempuan tua ini, selalu dapat pelayanan utama jika datang ke Galang Panji. Kami dahulukan untuk ditimbang sampahnya jika sedang ramai yang menabung. Karung kampil yang dibawa selalu kami ganti. Karena mereka memang rajin dan rutin menabung. Jika yang lain kadang karung kampil yang dibawa sebagai tempat sampah tidak kami ganti. Jikapun ingin menarik uang tabungan, kami tidak pernah ragu berikan lebih. Dengan begitu mereka jadi lebih banyak membawa sampah.
Kami, sebagai pengurus Bank Sampah Galang Panji , selalu berdoa, Dadong Kerti, Dadong Gari dan Dadong Tari selalu diberikan kesehatan, agar semakin banyak sampah yang bisa mereka tabungkan, semakin banyak pula sampah yang bisa kami kelola. Mungkin juga jadi semakin sedikit sampah yang menjadi masalah. [T]