DALAM BERBAGAI CERITA kerap perempuan digambarkan sebagai sosok yang tangguh dan tidak mudah mengeluh. Kesibukan perempuan dalam meniti karier, tak berarti dia mesti melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.
Hal ini mengingatkan saya akan sebuah novel Aroma Karsa karya Dee Lestari. Aroma Karsa merupakan salah satu buku best seller karya Dee Lestari yang ke-12.
Aroma Karsa adalah novel bergenre fiksi, romansa, dan fantasi yang mengangkat tema aroma dan penciuman yang memiliki relasi kuat dengan parfum, kosmetik, dan daya tarik erotis. Bahkan aromanya kental akan karsa feminisme.
Meskipun bergenre fantasi, Aroma Karsa tidak mengambil latar di dunia rekaan sehingga pembaca tidak kesulitan membayangkan adegan-adegannya.
Novel ini diterbitkan Bentang Pustaka (2018). Dalam novel ini, yang menarik, ada beberapa unsur cerita seperti petualangan, misteri, percintaan, keluarga, dan legenda kuno dari zaman Majapahit yang merupakan perpaduan antara imajinasi dan riset mendalam oleh pengarangnya mengenai folklore, filosofi, budaya, humanisme, kekayaan diksi.
Memang ciri khas Dee Lestari adalah mengangkat kisah-kisah yang berkaitan dengan mitologi, berbau klenik, sejarah, dan petualangan yang kemudian ia tuangkan ke dalam sebuah cerita.
Dalam novel Arom Karsa diceritakan juga tokoh perempuan yang kuat dan tangguh bernama Raras Prayagung. Raras Prayagung digambarkan sebagai seorang wanita berkelas, anggun, dan sukses rasanya membuat iri para pembaca wanita melihat betapa kuatnya sosok ini.
Novel ini dimulai dengan penceritaan tentang lontar-lontar yang berisi tentang petunjuk keberadaan Puspa Karsa yang memiliki kesinambungan dengan Prasasti Planggatan yang ada di Sukuh, Lawu Karanganyar.
Terdapat satu tempat yang cukup menonjol dalam Aroma Karsa ialah Gunung Lawu dengan segala kompleksitas unsur mistiknya. Kita ketahui sendiri bahwa Gunung Lawu adalah salah satu gunung yang ada di Jawa, yang konon menyimpan hal magis di dalamnya. Tidak semua orang diberi anugerah untuk melihat bahkan mencium wanginya. Untuk itu, pembaca harus mau menembus batas pikir dan logika manusia yang tidak masuk akal.
Puspa Karsa memang bukan bunga biasa, maka itu mencarinya bukanlah hal yang mudah dan harus memasuki alam yang berbeda. Alam yang bukan disinggahi manusia, melainkan Alam Para Dewa. Puspa Karsa adalah sebuah tumbuhan yang digambarkan dengan aroma yang dapat mengubah seluruh dunia.
Di awal cerita Aroma Karsa, pembaca telah dibuat penasaran dengan Puspa Karsa (sebuah bunga Anggrek magis yang diyakini memiliki daya (karsa) yang luar biasa). Apakah benar-benar ada atau hanya fiktif belaka?
Digambarkan tokoh Raras Prayagung yang di masa kecilnya tidak percaya dengan cerita neneknya (Janirah Prayagung), dengan semakin tumbuh besarnya Raras, ia meyakini keberadaan Puspa Karsa bertempat di Gunung Lawu dengan bantuan Profesor Sudjatmiko melalui hasil penelitian dari lontar-lontar kuno. Lokasi taman Puspa Karsa memanfaatkan lingkungan budaya masyarakat Jawa Tengah yang melahirkan beragam mitos, namun masih diyakini kebenarannya.
“Alkisah di sebuah gunung suci, terdapat kerajaan hutan bernama Alas Kalingga. Alas Kalingga bukan hutan biasa. Alas Kalingga terhubung langsung dengan alam dewa-dewi yang disebut Batarawana. Hewan-hewan hidup seribu tahun lamanya, bunga-bunga mekar wangi sepanjang masa. Di sanalah tempat segala dewa-dewi tumbuhan menyebarkan serbuk mereka, sudah saatnya Puspa Karsa yang memiliki daya pikat tiada duanya. Wangi kembangnya membuat apapun dan siapapun tergila-gila, bertekuk lutut pada kehendaknya. Lebah-lebah dan serangga penyerbuk rela datang dari ujung Nusantara hanya untuk mengecap sari Puspa Karsa”. (Aroma Karsa; 419-420)
Lontar-lontar tersebutlah yang membawa Raras Prayagung, sebagai tokoh seorang Direktur Utama, dari Perusahaan Kosmetik dan Parfum terkemuka, Kemara, terobsesi pada bunga memikat yang mampu meredam bau dan memegang kendali tubuh semua makhluk yakni Puspa Karsa dan mengatur sebuah ekspedisi beserta penelitian untuk mengunduh wanginya sang legenda Puspa Karsa.
Tidak hanya itu novel ini juga mengisahkan seorang pemuda yang dibesarkan di kawasan kumuh, TPA Bantar Gebang bernama Jati Wesi. Ia digambarkan memiliki penciuman aroma yang tidak biasa, berbeda dengan orang-orang pada umumnya sehingga ia mampu bekerja di Toko parfum refill Attarwala milik Khalil Batarfi, sebagai peracik parfum.
Di sisi lain Raras Prayagung diceritakan memiliki seorang anak perempuan bernama Tanaya suma yang mempunyai kemampuan serupa dengan jati. Perkenalan antara Jati Wesi dengan keluarga Prayagung bermula ketika Jati wesi memalsukan sebuah parfum buatan PT. Kemara milik keluarga Prayagung.
Aroma Karsa sejatinya adalah kisah perjalanan Suma dan Jati dalam mencari jati dirinya. Suma dan Jati merupakan dua orang yang sama-sama memiliki kemampuan dalam penciuman yang ditakdirkan Tuhan untuk bertemu. Aroma adalah kunci bagi keduanya untuk saling mengerti.
Dua tokoh utama ini menjadi fokus cerita pada akhirnya harus bersama-sama menuruti ambisi Raras Prayagung dalam mencari Puspa Karsa. Ambisi seorang tokoh perempuan, Raras Prayagung untuk menemukan Puspa Karsa merupakan amanat neneknya, Janirah. Raras Prayagung mengabdikan hidupnya untuk mencari Puspa Karsa, dengan iming-iming dunia akan digenggamnya ia pun rela kehilangan banyak.
Terlepas dari itu semua, tak bisa dipungkiri bahwa menjelaskan sebuah aroma merupakan fenomena yang cukup sulit untuk dipahami. Aroma tidak hanya berhubungan dengan persoalan biologis dan psikologis, melainkan juga budaya. Yang terkait dengan kompleksitas sosial dan sejarah.
Dengan menerapkan teori Strukturalisme Claude Levi-Strauss yang berupa miteme yaitu unsur-unsur terkecil dalam mitos, kehadiran Puspa Karsa dan tokoh-tokoh mitologi lainnya memberikan fungsi tersendiri, salah satunya untuk memberikan pemahaman bahwa ada kekuatan lain yang hidup berdampingan dengan manusia.
Tokoh Raras digambarkan memang mempunyai ambisi untuk menemukan Puspa karsa, sebuah tanaman legenda yang hanya memberi petunjuk kepada orang-orang pilihan lewat baunya dan dipercaya mampu mengendalikan kehendak sang pemilik.
Awalnya ia tidak percaya dengan legenda tersebut, namun cerita-cerita yang diceritakan neneknya dan lembaran lontar kuno beserta tiga tube perunggu yang ditemukan neneknya membuat Raras menjadi yakin bahwa Puspa Karsa benar-benar ada.
Porsi pertama akan mengubah nasibmu.
Porsi kedua akan mengubah nasib keturunanmu.
Porsi ketiga akan mengubah dunia sebagaimana keinginanmu. (Aroma Karsa; 9)
Ketika manusia dikendalikan oleh ambisi maka tak satupun hal yang dapat menghalangi. Obsesi tokoh Raras pada novel Aroma Karsa dalam memburu Puspa Karsa yang dikenal sebagai bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan hanya mampu diidentifikasi melalui aroma itu, mengalami banyak lika-liku perjalanan yang sulit dilalui.
Dimulai dari ekspedisi pertamanya yang gagal sehingga mengakibatkan kakinya lumpuh total. Namun, hal itu tetap tidak mematahkan tekad bulat Raras untuk berambisi menemukan Puspa Karsa. Siapa sangka ambisi bisa mengalahkan segalanya, sementara ekspedisi kedua, yang masih dalam kontrol Raras, tak cukup dengan kemampuan anak tunggalnya, Tanaya Suma, Raras nekat memanfaatkan kemampuan Jati yang mempunyai kemampuan serupa dengan anaknya untuk memenuhi hasrat dan keinginannya demi mendapatkan Puspa Karsa yang diincarnya.
Sayangnya niat busuk Raras untuk memperalat Jati dan Suma guna mendapatkan Puspa Karsa perlu dibayar dengan nyawanya. Raras meninggal sebelum ia benar-benar tahu apa dan bagaimana persisnya bentuk serta aroma Puspa Karsa itu.
Demikianlah akhir perjalanan dari lika-liku ambisi perempuan dalam novel Aroma Karsa. Akhir yang begitu tragis bukan? bagi seorang perempuan yang ambis, rela mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi yang penuh ambisi tetapi juga sekaligus menjadi penjemput ajalnya. Cerminan seorang perempuan yang penuh ambisi sangat melekat pada tokoh Raras Prayagung, di dalam novel Aroma Karsa benar-benar terpampang jelas disetiap alur ceritanya, namun akhir cerita yang dibuat ’menggantung’ tentunya akan menimbulkan banyak pertanyaan dibenak para pembaca.
Meskipun berhasil dalam karier, seorang tokoh Raras Prayagung gagal menjadi sosok ibu yang baik bagi anaknya, sehingga berbanding terbalik dengan perempuan pada umumnya yang lebih mementingkan anaknya melebihi nyawanya sendiri. Kendati demikian, tidak mesti menyurutkan pembaca untuk tetap mencari sisi positif dari tokoh tersebut. [T]
BACA artikel lain tentang ULASAN BUKU