10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bukan Guru Abal-Abal

I Gede Eka Putra AdnyanabyI Gede Eka Putra Adnyana
February 12, 2023
inOpini
Bukan Guru Abal-Abal

Ilustrasi tatkala.co | Wiradinata

HUJAN SEMAKIN menjadi-jadi pada Sasih Kawulu ini. Gerombolan burung gereja yang kedinginan berusaha menyelipkan tubuhnya di sebuah lubang kayu lembah kaldera, menghindar dari guyuran hujan yang tak kenal ampun. Angin dan kabut dingin yang membekukan deretan hari, menusuk-nusuk ke tulang berhembus menyesakkan dahan-dahan.

Tubuh saya terasa remuk, tak tentu bentuk, beberapa tulang lenganku tersumbur keluar, darahku telah membeku di atas motor tunggangan. Ini tak menyurutkan tekad untuk menemui anak-anak yang sangat butuh materi resensi di kelas.

Dari sini kelas akan saya mulai di tengah Sasih Kawulu yang pekat. Saya harus memulai dan mengerjakan proyek belajar ini. Singkat cerita mengisi pekatnya Sasih Kawulu ini, pada saat saya mengajarkan tentang materi resensi, dari sini tergali betapa suramnya minat membaca siswa.

Materi resensi bagi saya tidak sekadar berteori tentang resensi. Tidak sekadar apa itu resensi? Unsur-unsur resensi, kaidah kebahasaan resensi, dan lain sebagainya terkait resensi.

Saya mengatakan kepada siswa, jika hanya deretan teori itu tujuan pembelajaran yang harus dikuasai, diberbagai referensi, di google, sangat banyak. Karena itu, peran guru untuk menyampikan teori ini tak terlalu penting. Karena dengan googling, dengan menonton video tutorial sangat mudah untuk ditemukan diberbagai media. Jadi, pembelajaran seperti ini bisa dilakukan secara konstruktivis.

Begitu pula dengan asessesmen dan penilain. Jika setelah belajar materi resensi dan materi-materi yang lainnya, dievaluasi dengan soal uraian atau soal pilihan, a, b, c, dan seterusnya, itu hal yang memang biasa selama ini dilakukan acap kali pembelajaran dianggap selesai. Itu pakem yang memang baku. Lantas siswa bisa menjawab dengan benar berapapun jumlah soal yang diberikan oleh guru dan mendapatkan hasil 100.

Artinya, siswa sangat hebat dan setelah itu urusan materi resensi sudah selesai. Sudah habis dan sudah tak ada kabar selanjutnya.

Apa yang ingin saya sampaikan dari hal ini? Jika pembelajaran seperti ini ternyata sangat sederhada dan gampang. Hanya mengukur ranah kognitif secara kuantitatif. Tetapi jika mau diperdalam lagi secara “lebih” bermakna, urusan belajar tidak sekadar mengukur dan mengisi diri dengan ranah pengetahuan. Hanya sekadar mengukur tingkat pengetahuan dengan deretan teori lalu diukur dengan deretan soal, persoalan belajar sudah selesai dan sudah habis.

Bagi saya belajar tak saja selesai pada ranah kognitif dan nilai 100. Lalu saya kenjar secara lebih autententik pembelajaran itu, hingga siswa merasakan betapa hebatnya belajar tanpa batas, tanpa sebatas teori, atau melulu berteori.

Di sinilah saya menemukan persoalan itu yang sangat mendasar. Persoalan mendasar tentang kecakapan literasi siswa, “miskinnya” koleksi bacaan murid, dan yang paling mengenaskan siswa kering membaca bahkan nihil membaca. Di sinilah persoalan itu saya temukan yang harus saya kerjakan secara lebih mendasar. Persoalan yang selama ini dilupakan, pembiaran, hingga pembelajaran pada ranah psikomotor menjadi tanpa roh, tak berdaya, dan mati.

Ketika saya melakukan projek meresensi buku pada siswa dengan limit waktu yang begitu lama dan bisa dilakukan tanpa terbatas ruang dan waktu. Artinya tak sebatas di sekolah 2 jam pembelajaran. Projek ini lalu saya asessesmen dan evaluasi, hasilnya sangat pencengangkan. Seorang siswa berkata “membaca begitu melelahkan, sulit dan malas”.

Saya katakan selama ini apa yang kalian lakukan terkait belajar. Apakaah belajar tanpa membaca, atau sekadar baca hanya untuk urusan menjawab soal ulangan, atau sepotong teori jika perlu saja? 

Persoalan ini sangat miris. Jika siswa tingkat menengah kondisinya sangat berat kalau berhadapan dengan persoalan baca. Berarti selama ini siswa begitu hampa dan gelap karena membaca begitu tak berdaya.

Membaca bagi siswa atau bagi orang bukan keterampilan yang sertamerta. Bukan sebuah kodrat yang jatuh begitu saja dari langit. Tetapi keterampilan membaca akan terbentuk dengan pembiasaan yang dibudayakan hingga menjadi “menu” dalam hidup. Jika sampai saat ini siswa belum mengenal Putu Wijaya, AA Panji Tisna, Oka Rusmini, dan sastrawan lain Bali, itu sangat menyedihkan. Bahkan Sutan Takdir Alisyahbana (STA) yang plang namanya masih terpampang  di Toya Bungkah, Kaldera, Kintamani, Bali, mereka tidak kenal walaupun itu sekadar nama atau jejak langkahnya di Toyabungkah, Bali.

Dalam konteks yang saya bicarakan ini, mungkin sudah masuk urusan yang lebih ekstrim bagi sebagaian murid. Karena yang sederhana saja seperti mana buku fiksi dan non fiksi masih terlalu asing bagi murid.

Dari mana saya harus memulai untuk persoalan ini. Jika secara mendasar saja mereka masih begitu hampa. Siswa tahu sebenarnya “hanya dengan membaca bisa membuka jendela dunia”, “membaca adalah guru yang terbuka setiap saat”. Tetapi toh juga mereka tak melakukan gerakan membaca minimal untuk kehidupan pribadinya.

Membaca memang bukan persoalan mendatangkan uang, bukan persoalan bisnis, bukan pula persoalan sukses. Namun, Perlu diingat, dengan membaca akan membuka peluang bisnis, peluang sukses, dan peluang-peluang yang lainnya.

Tidak ada cara lain, tidak ada cara hebat untuk menjadi hebat kecuali dengan melakukan gerakan membaca. Jangan kalian anggap saya sebagai guru sekadar guru, guru abal-abal. Yang sekadar berteori di kelas. Misalnya, selesai pada urusan teori pada mareri resensi lalu tesnya pada soal soal a, b, c, d,. Setelah itu, kalian mendapatkan nilai 100. Selanjutnya, urusan materi akan selesai, tanpa makna lagi.

Kapan siswa mau tahu dan tahu tentang jejak langkah dan gerakan-gerakan STA di Toya Bungkah. Kapan mereka mau tahu PPutu Wijaya, Aryantha Soethama, kapan mereka tahu Pramoedya Ananta Toer, sastrawan hebat sepanjang abad yang pernah dipenjara di Pulau Buru? Kapan mereka tahu tentang Bali dengan segala kegelapan dan terang, lewat baca buku-buku pengarang itu.

Murid terlalu nyaman pada zona yang begitu tenang. Tenang dan nyaman jika belajar sekadar membaca sepotong halaman buku. Murid menganggap urusan sekolah terutama belajar hanya selesai pada nilai 100, lalu tanpa makna karena sampai tamat, satu buku pun belum pernah terbaca. Ini ironis. Satu buku Pramoedya yang murid baca akan membekas dan terpahat maknanya dalam hidupnya sepanjang masa, ketimbang nilai 100 yang diperoleh hanya dengan menebak jawaban a, b, c, atau d.

Sekali lagi, dimana persoalannya? Persoalan itu ada pada kata “belajar autentik”. Membiarkan hidup murid tanpa keterampilan mumpuni dari proses membaca secara autentik. Membiarkan hidup yang tenang pada zona nayaman. Padahal sebenarnya yang terjadi adalah tidak nyaman dan dirong-rong oleh “kemiskinan” dan ketidakberdayaan membaca. Hidup siswa telah direnggut rasa cemas yang berkepanjangan karena tidak melakukan gerakan untuk mengisi  nutrisi otak dengan bacaan-bacaan yang penuh diferensiasi.

Sebagai guru, walau hanya sebatas guru, persoalan ini tidak akan saya biarkan. Entah saya dianggap guru yang mencari sensasi, saya tidak peduli. Yang lebih saya pedulikan untuk mengentaskan “kemiskinan” membaca untuk membangun paling tidak sumber daya dirinya.

Untuk gerakan yang nyata, yang autentik. Saya bukan guru abal-abal yang hanya sekadar sok berteori lalu urusan membaca siswa selesai. Dari peristiwa belajar resensi siswa akhirnya tahu rasa mual karena harus terpaksa membaca. Mulai uring-uringan karena mulai bersentuhan dengan buku, dan memilih buku. Mulai mengatakan “saya baru tahu arti penting membaca”.

Atau baru mau mengatakan dengan jujur “saya baru belajar membaca”. Miris mendengar ini. Sedih dan sekaligus perjuangan hebat yang perlu saya kerjakan. Tentu dengan gerakan nyata, gerakan riil yang tanpa pernah ada rasa atau pretensi untuk mendapatkan apa apa selain menyasarkan dan membangun belajar membaca murid yang selama ini merasa ada pada zona nyaman. [T]

BACA artikel lain dari penulis I GEDE EKA PUTRA ADNYANA

Guru Pengerak, “Transformasi dari Guru Mengajar Menjadi Guru Belajar”
Memaknai Esensi Guru Pengerak: Siapa yang Digerakkan?
Selamatkan Pendidikan Anak-Anak Desa Terpencil di Bangli
Tags: guruLiterasiliterasi sekolahPendidikan
Previous Post

Nasib Sang Burung dan Nasib Kita, Sebuah Renungan

Next Post

“Colors Is In The Atmosphere” — 3 Perupa Bali Dalam Pameran “Love Is In The Air ” di Teh Villa Gallery Surabaya

I Gede Eka Putra Adnyana

I Gede Eka Putra Adnyana

Ceo_Kumunitas Tanpa Laut,Pengajar, Penulis, Pekerja freelance

Next Post
“Colors Is In The Atmosphere” — 3 Perupa Bali Dalam Pameran “Love Is In The Air ” di Teh Villa Gallery Surabaya

"Colors Is In The Atmosphere" -- 3 Perupa Bali Dalam Pameran "Love Is In The Air " di Teh Villa Gallery Surabaya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co