Ketika terjadi gempuran berbagai jenis pohon dan buah durian asing di Bali, selalu tersisa orang-orang yang setia dengan sepenuh jiwa mempertahankan durian lokal. Selalu ada yang dengan bangga menceritakan betapa tidak kalah durian lokal itu dengan durian asing yang mudah didapat di Bali belakangan ini.
Saya bertemu orang-orang yang setia pada kelokalan itu di Desa Madenan, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Pada hari yang cerah, Senin, 14 November 2022, saya melakukan perjalanan ke desa itu, sebuah desa di kemiringan dengan masih banyak dihiasi pohon-pohon tua.
Desa Madenan memiliki suhu yang sejuk. Dan, hampir semua wilayah di desa itu memang merupakan area perkebunan. Rumah-rumah warga dikelilingi perkebunan, banyak juga yang berdiri di tengah kebun.
Pemandangan alam di Desa Madenan, Tejakula, Buleleng
Di Desa Madenan saya bertemu dengan Made Dwi Kresnayana. Ia salah satu warga desa yang punya konsentrasi penuh dalam mengembangkan potensi pertanian di desanya. Laki-laki 40 tahun itu merupakan generasi keempat yang menjadi pewaris pewaris Durian Ki Raja, durian lokal yang unggul dengan nuftah khas Desa Madenan.
Saya dan Made Dwi saling mengalirkan cerita sambil menikmati suasana perkebunan yang asri. Kami sesekali memandang beberapa pohon durian yang berdiri di sela-sela pohon cengkeh dan alpukat.
Kisah Durian Ki Raja
Durian Ki Raja adalah varian durian lokal yang rasanya kerap jadi pembicraan di Desa Madenan dan sekitarnya. Kisah durian ini cukup unik.
Awalnya durian itu ditanam oleh kakek dari orang tua Made Dwi. Hampir sepuluh dekade kemudian, pohon Durian Ki Raja itu tinggal satu batang, Dan, jika yang satu itu juga hilang, maka punahlah durian khas Madenan itu.
Namun, keluarga Made Dwi tak mau kehilangan Ki Raja. Adalah Nyoman Wirtha, yang tak lain adalah paman dari Made Dwi yang kemudian membuat bibit untuk meneruskan keturunan Ki Raja dan varietas durian khas itu tetap terjaga.
Durian Ki Raja dari Desa Madenan
Made Dwi Kresnayana
Pembibitan juga dilakukan oleh Wayan Karpa Dwipayana yang merupakan ayah dari Made Dwi. Ayah Made Dwi sudah meninggal. Dan kini giliran Made Dwi yang menjadi penerus untuk merawat keberlangsungan hidup Durian Ki Raja.Semua itu dilakukan karena keluarga itu cinta pada duania perkebunan dan pertanian.
Sebelumnya durian lokal yang dipelihara bertahun-tahun itu tidak punya nama. Dan, nama Ki Raja diberikan ketika keluarga Made Dwi mengikuti festival durian di Singaraja sekira tahun 2019.
Keluarga Made Dwi memutuskan untuk mengikuti festival durian itu dengan mengusung durian lokal yang unggul itu. Mereka kemudian memikirkan nama yang tepat untuk durian yang akan diikutkan dalam kontes di festival itu.
Setelah melalui obrolan panjang dengan pihak keluarga, akhirnya nama Ki Raja yang dipilih untuk didaftar kan sebagai durian yang siap dinilai dalam kontes durian itu.. Alasannya, selain memang bisa dianggap raja dalam rasa, leluhur mereka yang pertama kali membibit dan menanam durian lokal itu biasa mereka panggil Kaki Raja atau Kakek Raja.
Proses pembibitan durian Ki Raja di Desa Madenan
Pondok Ki Raja Madenan, pusat informasi tentang Durian Ki Raja di Desa Madenan
Menurut Made Dwi, mulai dari penanaman yang dilakukan Kaki Raja hingga generasi masa kini, bibit Ki Raja sudah bergenerasi kurang lebih satu abad atau. 100 tahun. Angka yang sudah cukup membuktikan dedikasi dan kecintaan manusia pada durian lokal.
Dan pada festival durian kala itu, Ki Raja mendapatkan juara dua. Sehingga durian itu kemudian punya nama bagus di kalangan penggemar durian, dan terus diupayakan untuk dilakukan pembibitan. Selain rasanya yang khas, tiada tanding, durian Ki Raja juga memiliki biji yang sangat kecil dan daging buah yang menggiurkan.
Sampai pada akhirnya durian itu dicari-cari oleh para traveller dari pelosok Bali, dan Indonesia. Para traveller itu secara berkala berkunjung ke Desa Madenan dan mencari durian Ki Raja.
Sampai saat ini ada 14 pohon durian Ki Raja yang sudah berbuah. “Jika musim berbuah dan cuaca bagus, satu pohon durian Ki Raja bisa menghasilkan 50-70 buah,” kata Made Dwi.
Durian Mantun dan Durian 400 Tahun
Keluarga Made Dwi Kresnayana memang dikenal sebagai keluarga petani durian dan pecinta durian. Selain jenis Ki Raja khas Madenan, keluarga ini juga merawat dengan baik jenis durian Mantun yang tak kalah favourit di kalangan durian traveller.
Mantun adalah kependekan dari “Madenan Tulen”. Durian ini dikenal berbuah “ngemantun”, istilah lokal Desa Madenan yang artinya rajin berbuah.
Madenan dan durian memang sulit dipisahkan. Ketika kita berjalan-jalan ke desa ini akan sulit menghindari pemandangan dpohon durian dengan keistimewaan buah dan kulit berduri yang paling dicari ini.
Tak jauh dari pohon durian Mantun, ada cerita lain tentang durian di Desa Madenan yang juga istimewa.
Durian Mantun dari Desa Madenan
Made Dwi mengantar saya kepada sebuah bukti hidup tentang pohon durian yang dipercaya sudah berusia 400 tahun. Pemiliknya bernama Made Sudiardika atau biasa dipanggil Pak Slamat.
Pohon durian itu besar dengan tinggi yang menjulang ke langit. Durian ini seakan menjadi saksi jika Madenan tempo adalah daerah hutan yang memang sudah memiliki pohon durian sejak lama.
Durian Pak Slamat itu memang sudah tidak bisa dipanjat karena ada pelinggih atau tempat sembahyang umat Hindu di bawahnya. Ketika musimnya datang, durian-duriannya akan dengan setia ditunggu sampai jatuh sendiri.
Menariknya petani di Madenan memang dari dulu sudah menerapkan cara bertani secara organik. Mereka memakai pupuk organik dan bersatu untuk menyebarluaskan bibit-bibit varian unggul.
Pak Slamat
Made Dwi mengatakan, kini banyak tamu atau pejabat dari dinas terkait di pemerintahan datang ke Madenan untuk melihat durian khas Madenan itu, selain banyak juga para pesohor berkunjungi menikmati durian.
Ia berjanji Ki Raja maupun Mantun akan diatenkan dan sangat berharap Madenan nantinya akan menjadi sentra durian Ki Raja. Tidak hanya berkembang di Bali dan Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.
Kini sebanyak 2000 bibit sudah dibagikan ke warga Madenan untuk dikembangkan di daerah perkebunan masing-masing. Bibit-bibit Ki Raja juga sudah bisa dipesan oleh penggemar durian lokal yang unggul dari Madenan.
Satu lagi yang menarik dari durian Ki Raja adalah musim berbuahnya yang tidak pernah berjanji. Meski secara umum musim durian antara Oktober-Maret, tapi durian Ki Raja bisa muncul pada saat-saat tak terduga seperti musim yang tak sepenuhnya bisa diduga. Para pecinta durian memang harus mengerti buah durian terbaik adalah yang alami, bukan paksaan.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng Made Sumiarta saat berkunjung melihat durian di Desa Madenan
Durian Ki Raja dirawat secara alami dan buahnya jatuh tanpa paksaan. Hari lalu harganya bisa mencapai 100.000 per kilogram. Dan itu adalah harga yang cocok untuk sesuatu yang alami.
Durian Ki Raja dan durian khas Madenan yang lain bukan hanya mengandung rasa istimewa, meliankan juga memberi pelajaran tentang dedikasi penanam yang merawat dan melestarikan sampai ratusan tahun.
Menikmati durian langsung di kebunnya, dengan suasana alam desa nan sejuk barangkali ini adalah kalender liburan yang patut dicoba untuk merasakan sensasi rejeki durian “runtuh” sesungguhnya.
Mengunjungi Desa Madenan di Kecamatan Tejakula adalah pilihan tepat. Selamat menikmati durian lokal dari alam lokal.[T]