Hari ini, Jumat 21 Oktober 2022 malam, akan pentas pertunjukan berjudul Danuraga – Teater Tanpa Tepi kolaborasi dari tiga teater boneka. Pentas diadakan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar, pukul 17.00 wita.
Dari tiga kolaborator itu, dua dari Bali yaitu Wayang Ental dan Wayang Sunar, dan satu dari Yogjakarta – Papermoon puppet theatre.
Pada tulisan bagian 1, saya menulis soal teknis, kali ini saya ingin spill the tea jalan ceritanya yang merupakan hasil kolaborasi dari 3 kelompok teater boneka tersebut.
Dari beberapa diskusi dan melihat perkembangan kelompok kesenian di Denpasar, ada masa di mana para kreator seni melakukan berbagai kolaborasi. Dari lintas media, lintas disiplin, hingga lintas pemikiran.
Namun perlu dicermati juga, kolaborasi bukan hanya merespon satu sama lain, namun ada semacam kerja-kerja di belakang meja yang saling bersinggungan, bahkan sebelum satu karya dikerjakan. Kejaran kolaborasi ini menjadi penting dalam setiap proses tersebut. Ada tukar menukar informasi, gagasan, serta pemilihan keputusan.
Kolaborasi saya pandang sebagai ruang kosong, yang diisi bersama, tapi tanpa menyampingkan bahwa teater bukan ruang kosong yang jatuh dari langit begitu saja. Ia sangat tekstual dalam menyikap ruang, waktu, dan di mana karya itu diciptakan.
Begitu juga dengan Danuraga, ia diciptakan dalam suasana yang berjarak, namun segala informasinya dapat disampaikan dengan baik, berkat dunia telekomunikasi. Informasi dilakukan secara jarak jauh, melampaui pertemuan sesungguhnya, teks dikirim via WhatsApp, latihan parsial dilakukan dengan rekaman, audio dikerjakan melalui program digital dan lain sebagainya, sebagaimana penciptaan seni pertunjukan hari ini.
Lampauan-lampauan ini juga hadir dalam Danuraga yang mengisahkan Putri Tunjung dan sahabatnya Manu, melompat ke dimensi waktu yang asing, untuk mencari mustika Danuraga.
Proses latihan Danuraga di Natya Mandala ISI Denpasar
Ayah Putri Tunjung bernama Raja Kara tidak mengizinkan Putri semata wayangnya untuk pergi, namun Putri Tunjung tetap ingin pergi mencari mustika. Manu menemani perjalanan panjangnya. Mereka melewati ruang dan dimensi waktu – dari Hutan Entakalana, Zaman Milenium hingga Hutan Pendar.
Di setiap tempat ia menemukan berbagai peristiwa. Entah pertemuannya dengan Tala di Entakalana, untuk melawan satu penguasa yang rakus dan berkuasa, raja itu menggunakan genggaman kuasanya untuk menindas rakyat.
Sementara pertemuannya dengan Kunta, di Zaman Milenium, Putri Tunjung dihadapkan dengan situasi yang kumuh, banyak sampah di mana-mana. Sampah-sampah tersebut sampai mengotori sungai. Sungai yang merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat yang tinggal dekat aliran sungai, ia pun mendapat satu warisan senjata dari Kunta.
Putri Tunjung menggunakannya dalam keadaan darurat di perjalanannya nanti. Lalu perjalanan mereka sampai di Hutan Pendar, hutan yang seluruh penghuninya dapat mengeluarkan sinar dari tubuhnya. Suasana begitu indah dan menyenangkan, namun sayang dalam keindahan itu ada yang mencemaskan, dua penguasa hutan tengah memperebutkan teritori kekuasaan. Putri Tunjung datang di tengah perseteruan.
Dan perjalanan akhir itu, ia bertemu Pramada seorang perompak yang katanya mencuri mustika Danuraga. Pertemuan itu menghasilkan pertempuran, yang hasilnya menguak satu rahasia yang membuat Putri Tunjung terkejut.
Tentu jalan cerita ini hanya sepintas saja, lompatan-lompatannya belum saya lengkapi dengan peristiwa panggung dengan berbagai celah kemungkinannya. Ada pergerakan pemain, sejumlah dramatugi, permainan lampu, serta kejutan-kejutan setiap kelompok, seperti yang saya katakan kemarin, teknis masing-masing kelompok menjadi satu kekuatan penting dalam pementasan Danuraga.
Proses latihan Danuraga di Natya Mandala ISI Denpasar
Hal ini juga diakui oleh Pambo Priyojati puppeteer dari Pappermoon Puppet Theatre, ia mengatakan bahwa jalan ceritanya menjadikan satu kesatuan utuh tiga kolaborator. Serta Festival Bali Jani tahun ini, memberi warna segar bagaimana pertumbuhan pertunjukan wayang menjadi teater objek yang menghadirkan objek cerita lainnya.
“Kami biasanya main di panggung kecil, namun sekarang besar sekali, ini jadi tantangan sendiri bagi kami. Selain itu pertunjukan ini juga sedang menjaga ekosistem kesenian teater boneka di Bali, menarik,” ujarnya saat saya ngobrol santai sebelum latihan dimulai.
Pementasan akan berlangsung pada Festival Bali Jani 2022, Jaladhara Sasmita Danu Kerthi. JUMAT, 21 OKTOBER 2022, 17.00 WITA, @Gedung Krirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali.
Pementasan juga dapat disaksikan di channel youtube disbudprovinsibali, tapi saya sarankan untuk datang menonton, pertunjukan biasanya menghadirkan satu peristiwa yang dibangun bersama, dan penonton menjadi elemen pentingnya. [T]