19 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Warna Bali, Natural Balinese Colors in The Contemporary Art –Pameran 14 Perupa di Gala Rupa Balinesia Art Space

Seriyoga PartabySeriyoga Parta
October 15, 2022
inUlas Rupa
Warna Bali, Natural Balinese Colors in The Contemporary Art –Pameran 14 Perupa di Gala Rupa Balinesia Art Space

Sejumlah karya dalam pameran Warna Bali di Gala Rupa Balinesia Art Space Jln. Kubu Anyar, No.6, Kuta

Empat belas perupa kontemporer Bali memamerkan karya-karya mereka dengan tajuk Peradaban Amarna Warna Bali di Gala Rupa Balinesia Art Space, Jalan Kubu Anyar, No.6, Kuta, Bali. Pameran yang diselenggarakan Yayasan Gala Rupa Balinesia bersama Gurat Art Project ini dibuka Sabtu 15 Oktober 2022, Pukul 19;00 Wita dan akan berlangsung hingga 25 November 2022.

Tiga belas perupa itu adalah Agung Mangu Putra, Chusin Setiadikara, Dewa Ratayoga, Djaya Tjandra Kirana, Ketut Suwidiarta, Made Griyawan, Made Wiradana, Nyoman Erawan, Ni Nyoman Sani, Nyoman “Polenk” Rediasa, Wayan Suja, Wayan Sujana “Suklu”,Osbert Lyman dan, Wayan Redika.

Di bawah ini adalah tulisan pengantar dari curator pameran, I Wayan Seriyoga Parta, I Made Susanta Dwitanaya:

[][][]

Setiap gerak dan dinamika peradaban Bali yang membentang dari masa lampau hingga kini dijiwai oleh praktik religi Hindu Bali berbasis komunalitas dan ritual sangat dekat dengan berbagai budaya visual hingga seni rupa. Dunia seni rupa dan budaya visual yang tumbuh dalam rahim kebudayaan Bali tersebut, telah menempatkan konsep dan praksis penerapan warna sebagai bagian penting baik sebagai bagian dari nilai artistik , estetika hingga simbolik yang sarat dengan nilai filosofis.

Warna secara filosofis ditempatkan dalam konsepsi tentang kesemestaan manusia Bali baik semesta diri maupun semesta alam .Warna adalah mandala yang menempati setiap arah mata angin, juga menyatu dalam konsep tentang ketubuhan. Tri Datu, Manca Warna hingga Nawa Sanga adalah konsep konsep yang sarat filosofis dan nilai simbolik pada kesemestaan, spiritualitas hingga magisme. Sedangkan secara aspek materialnya warna dalam praksis budaya visual dan seni rupa dalam ruang lingkup tradisi, berbasis pada material alam.

Aspek filosofis dan material alam inilah yang mengkrontuksi Warna Bali, yang membentang dari filosofi, material, hingga nilai estetik. Juga aspek kesejarahan tentang hubungan Bali dengan dunia luar yang terlihat dari penggunaan beberapa material yang tak dihasilkan di Bali seperti Batu Pere untuk pewarna kuning oker dan merah, Gincu dan Deluga untuk pewarna merah, serta Ancur (perekat hewani) untuk pengikat pigmen. Hanya mangsi atau jelaga sebagai pewarna hitam dan tulang babi dan tanduk kijang sebagai pewarna putihlah material pigmen yang memang berasal dan dihasilkan dari wilayah Bali.

Warna Bali sebagai media seni telah menyejarah dan mengakar dalam praktik budaya visual tradisional berlandaskan relegiusitas Hindu Bali. Hingga saat ini keberadaannya masih eksis pada sebagian praktik penciptaan para sangging terutama pada seni topeng, wayang kulit, ukiran, patung dan seni lukis wayang Kamasan.

Nilai spiritualitas dan relegi Hindu Bali memberi dasar kuat keberadaan warna Bali dengan karakteristik material dan tekniknya, dapat bertahan dari zaman ke zaman. Di dalamnya telah terangkum berbagai hal terkait dengan pengetahuan material, konvensi teknik, makna filosifi dan hubungan silang kebudayaan. Meskipun telah diketahui secara umum, namun praksis dan sistem pengetahuan warna Bali masih terbatas pada sangging tertentu saja, belum pernah ada upaya untuk merumuskannya menjadi ilmu pengetahuan yang mencangkup media (material, teknik) dan konsep filosofinya.

Untuk menempatkan Warna Bali sebagai sebuah pengetahuan tentu saja dibutuhkan sebuah upaya riset yang digerakkan secara bertahap dan berkelanjutan. Hal inilah yang menggerakkan Komunitas Budaya Gurat Indonesia melalui divisi Gurat Institute sebagai sebuah lembaga independen dalam bidang riset, kajian, kurasi, dan program program yang berbasis pada seni rupa dan budaya visual di Bali bekerjasama dengan Yayasan Gala Rupa Balinesia sejak tahun 2021 secara intens melakukan riset tentang warna Bali.

Tim riset Gurat Institute melakukan penelusuran ke berbagai wilayah yang menjadi basis praksis penciptaan karya karya seni rupa tradisi Bali untuk memperoleh berbagai data terkait pengetahuan dan praktik penerapan warna Bali yang masih dilakukan oleh para sangging topeng di Singapadu dan Batuan, Pembuat Wayang kulit , hingga ke Kamasan.

Proses riset pertama ini dilakukan sebagai sebuah riset dasar untuk mengumpukan berbagai data dan temuan atas penggunaan material, penerapanya, dan nilai estetika yang dihasilkan. Data lapangan yang kemudian dielaborasi dengan berbagai studi literatur terkait dengan aspek filosofis dan aspek kesejarahan yang dilamnya terkait dengan narasi silang budaya tersebut telah dibukukan.

***

Proses dan hasil riset dasar yang memuat berbagai data temuan dan studi literatur terkait Warna Bali dalam dimensi filosofis, historis hingga material dan estetika tersebut selanjutnya menjadi dasar dan pengembangan riset lebih jauh. Kekhasan medan sosial seni rupa Bali yang didalamnya membentang berbagai praksis yang berkembang secara dinamis dan bergerak bersamaan kini, mulai dari seni rupa tradisi, modern hingga kontemporer menjadi realitas sekaligus modal kultural untuk menggerakkan riset dasar warna Bali yang telah dilakukan sebelumnya kedalam praksis seni rupa modern kontemporer oleh para perupa Bali yang bergerak dalam medan sosial seni rupa modern kontemporer di Bali.

Maka sejak pertengahan tahun 2022 melalui salah satu divisi Komunitas Gurat Budaya Indonesia yakni Gurat Art Project sebagai sebuah divisi yang bergerak dalam bidang kuratorial dan program seni rupa menggerakkan hasil riset Gurat Institute dalam sebuah program pameran yang mengajak 14 perupa modern-kontemporer Bali untuk mengeksplorasi dan mengaplikasikan warna Bali kedalam praksis kekaryaan mereka.

Sebagai perupa yang tumbuh dari medan seni modern-kontemporer, warna Bali dengan karakteristiknya yang natural merupakan media yang “baru” untuk praksis kekaryaan mereka. Sebagaimana dijelaskan di awal, hal ini dikarenakan terjadi keterputusan praksis warna Bali sebagai sebentuk pengetahuan dan sangat berjarak dengan praksis seni rupa modern dan kontemporer.

Sehingga ketika mereka mencoba mengeksplorasi media warna Bali terlebih dahulu perlu sebuah adaptasi dan pengenalan karakter media, karena warna Bali memiliki karakteristiknya tersendiri dengan bahan natural serta efek visual yang dihasilkannya sangat berbeda dengan warna sintetik.

Projek ini juga memilih kertas Ulantaga (Daluang) sebagai media utama untuk dikombinasikan dengan warna berbahan alam atau warna natural. Sebagaimana pemakaian bubuk tulang sebagai pigmen putih, jelaga atau mangsi sebagai pewarna hitam, Gincu (Cinabar) sebagai pewarna merah, batu Pere sebagai pewarna kuning, dan biru dari daun Taum (Indigo). Lima basis warna alam tersebut menghasilkan karakter warna yang khas menyiratkan karakteristik warna yang dipakai pada karya-karya tradisional Bali, seperti dalam wayang kulit, topeng dan seni lukis wayang Kamasan.

Kelima warna itulah yang menjadi basis material utama yang diberikan kepada perupa yang telah memiliki basis kecenderungan karya masing-masing. Pemakaian kertas ulantaga dengan daya serap warna yang berbeda dengan kertas lukis pada umumnya memunculkan problematika yang menarik, menjadi tantangan tersendiri bagi para perupa serta sekaligus peluang bagi hadirnya pendekatan pendekatan artistik yang juga menuntut penangan dengan teknik yang spesifik.

Karya-karya yang hadir dalam pameran ini menunjukkan beberapa karakteristik visual sebagai hasil dari proses eksplorasi atas material warna dan kertas ulantaga tersebut. Terdapat tiga kecenderungan eksplorasi, antara lain; eksplorasi pendekatan representasional realistik, pendekatan figuratif-simbolik, dan eksplorasi abstrak-formalis.

Masing-masing karya hadir dengan berbagai karakteristik artistik dalam upaya melahirkan capaian estetika. Nilai kesejarahan warna Bali dan kertas ulantaga melahirkan intepretasi yang bersumber pada memori visual tradisi, yang dilandasi dengan identifikasi karaktertik media warna Bali yang memiliki spesifikasi tersendiri. Memori memori visual tersebut menghantarkan mereka pada pilihan eksplorasi visual dan teknik serta pilihan eksplorasi subject matter yang dielaborasi dalam karya.

Nampak pada ekpslorasi karya Nyoman Erawan baik karya dua dimensi dan instalasi yang menggali potensi dan karakter media warna Bali terutama kertas ulantage dengan pendekatan artistik formalistik. Karya Made Griyawan dan Djaya Tjandra Kirana menimbang kembali kekuatan media warna Bali, sebagai sebentuk revitalisasi atas estetika tradisi. Ketut Suwidiarta menggali kekuatan garis yang dipadukan dengan karakter kertas artistik ulantage.

Chusin Setiadikara dan Wayan Sujana “Suklu” menggali kemungkinan artistik simbolik, berangkat dari pembacaan atas estetika seni lukis Kamasan.

Eksplorasi dengan pendekatan rupa realistik dengan berpijak pada karakteristik artistik media warna Bali dengan mengali kemungkinan karakter kertas dan teknik menjadi konsentrasi eksplorasi karya Wayan Redika, Dewa Ratayoga, I Wayan Suja, I Nyoman Rediasa (Polenk), Nyoman Sani, dan Agung Mangu Putra. Karya-karya mereka membuka kemungkinan potensi media warna untuk pengembangan representasional dengan pendekatan spesifik media ini, yang cenderung berbeda dengan media konvensial cat minyak dan cat air. Efek serat dari kertas memicu daya kreativitas Made Wiradana dan memantik spontanitas garis berpadu dengan warna melalui kekuatan figuratif karyanya.

Melihat fenomena astetika yang dilahirkan oleh perupa dalam pameran ini memperlihatkan potensi material warna Bali dan juga kertas ulantaga sebagai media yang lekat dengan praktik tradisi dapat digerakkan dan dikembangkan dalam konteks penciptaan karya karya seni rupa modern-kontemporer.

Pameran ini adalah awal dan momentum untuk menggerakkan kembali praksis dan pengetahuan warna Bali dalam praksis penciptaan dan wacana seni rupa kontemporer. Melalui pendekatan yang berbasis pada eksplorasi media menuju kepada kesadaran medium, yang nantinya dapat menjadi daya tawar pada munculnya diskursus ‘baru’ seni rupa Bali kontemporer yang tidak hanya berpusar hanya persoalan tema dan subject matter. Kreativitas dalam mengembangkan basis pengetahuan praksis media warna Bali, tentu harus dibarengi dengan kecakapan teknis dan sensibilitas karakteristik media.[T]

Catatan Hitam Putih Boping Suryadi dalam Bali Megarupa: Gejolak Batin, Sosial Politik dan Republik
“Komensal” di Kulidan: Refleksi Kekaryaan Seni Rupa Unckle Joy dan Siji
Kuta, Kita, Kini | Pameran Seni Rupa Kelompok Artheist
Tags: Gurat InstitutePameran Seni RupaSeni Rupa
Previous Post

Bukan Hanya Cengkeh dan Tuak, Desa Tajun Punya Atlet Voli, Karate Hingga Motocross

Next Post

Turnamen Bola Voli Lokal Desa di Tamblang: Sensasi dan Kemeriahan ala Desa Perkebunan

Seriyoga Parta

Seriyoga Parta

Wayan Seriyoga Parta, M.Sn, lahir di Tabanan 1980, pengelola program Komunitas Klinik Seni Taxu, redaksi Buletin Komunitas Seni Rupa Kitsch (2004-2005), staf pengajar seni rupa di Universitas Negeri Gorontalo, Founder Gurat Institute. Founder & Kurator Arc of Bali Art Award,

Next Post
Turnamen Bola Voli Lokal Desa di Tamblang: Sensasi dan Kemeriahan ala Desa Perkebunan

Turnamen Bola Voli Lokal Desa di Tamblang: Sensasi dan Kemeriahan ala Desa Perkebunan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Film Cina dan Drama Cina, Mana yang Paling Seru?

by Satria Aditya
May 18, 2025
0
Film Cina dan Drama Cina, Mana yang Paling Seru?

ADAKAH yang rindu dengan Wong Fei Hung? Atau sebutan kakak pertama, kedua dan ketiga? Di sini saya mengatakan kejujuran bahwa...

Read more

Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

by Hartanto
May 18, 2025
0
Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

SELAMA ini, kita mengenal Pablo Picasso sebagai pelukis dan pematung. Sepertinya, tidak banyak yang tahu kalau dia juga menulis puisi....

Read more

“Study Tour”, Bukan Remah-Remah dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 18, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KONTROVERSI seputar pelarangan study tour sempat ramai menjadi perbincangan. Beberapa pemerintah daerah dan sekolah melarang siswa, mulai dari TK hingga...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co