Kadek Sathya Kori Mancika melangkah ke atas panggung. Di atas panggung ia mengeluarkan dua boneka kertas. Pipih. Sebut saja wayang dari kertas.
Satu wayang berbentuk kepiting, yang satu lagi berwujud lobster. Yang kepiting namanya Kepi. Yang lobster namanya Lobi.
“Kepi dan Lobi bersiap untuk mengikuti pesta di dasar laut,” kata Kori mengawali dongengnya. Dan penonton yang hadir di Rumah Belajar Komunitas Mahima pun menyimak dengan khusyuk.
Malam itu, Rabu, 5 Oktober 2022, Kadek Sathya Kori Mancika—panggil saja Kori—memang sedang mendongeng. Ia adalah juara satu lomba mendongeng selangkaian Festival Mendongeng Mahima se-Indonesia untuk katagori umum yang diselenggarakan oleh Komunitas Mahima, Singaraja, Bali.
Sebagai juara satu, ia didaulat untuk mendongeng pada malam penutupan festival sekaligus malam penyerahan hadiah di Ruah Belajar Komunitas Mahima. Dan ia mendongeng dengan judul Kepi Si Penyelamat Lautan. Itu adalah dongeng yang sama saat ia bawakan dalam lomba.
Diceritakan, Kepi dan Lobi tiba di tengah pesta di dasar lautan. Pesta sudah dihadiri oleh ribuan ikan cantik warna warni. Di tengah pesta, Kepi memamerkan ketajaman capitnya di hadapan ribuan ikan warna itu.
Kepi mengacungkan capit dan cangkangnya yang tajam dan kuat. Ia kemdian memotong rumput, “Krek, krek, krek!” Rumput terpotong dan ikan-ikan pun tepuk tangan.
Giliran Lobi memamerkan keunggulannya dalam hal berlari cepat. Lobi melesat di dasar laut, larinya sangat cepat. Dan ia mendapat tepuk tangan meriah.
Kadek Sathya Kori Mancika membawakan dongeng Kepi Si Penyelamat Lautan di Rumah Belajar Komunitas Mahima Singaraja | Foto: Komunitas Mahima
Lobi kemudian mengejek Kepi yang tak bisa berlari cepat dan hanya bisa bergeser-geser ke kanan dan ke kiri, Ikan-ikan tertawa. Kepi yang malu kemudian keluar dari pesta. Ia menyendiri di suatu tempat.
Ketika makhluk laut itu sedang asyik berpesta, tanpa disadari meluncurlah perahu nelayan di atas lautan. Nelayan itu menebarkan jala yang besar dan kuat hingga ke dasar lautan. Ikan-ikan dan Lobi berusaha lari sekuat tenaga untuk menghindari jala, tapi jala itu lebih kuat. Ikan-ikan dan Lobi pun terjaring dalam jala.
Kepi yang kebetulan melihat teman-temannya terperangkap dalam jalan dengan cepat melakukan pertolongan. Kepi dengan cepat memotong jala dengan capitnya yang kuat dan tajam itu. Tali-tali jala terpotong, dan ikan-ikan, termasuk Lobi pun bisa keluar dari jala dengan selamat.
Lobi merasa bersalah telah mengejek Kepi, dan ia minta maaf. Suasana lautan kembali ceria.
[][][]
Kadek Sathya Kori Mancika menceritakan dongeng itu dengan apik dan menarik. Ia punya kemampuan memainakan wayang dan kemampuan untuk mengubah suara sesuai dengan karakter tokoh-tokohnya. Suara Kepi dan suara Lobi dibuat berbeda. Begitu pun narasi yang dibangun oleh Kori juga sangat tenang tapi kuat.
Tentu saja. Karena urusan olah vokal, urusan public speaking, memang sudah dikuasai dengan baik oleh Kori.
Kori yang mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi di STAHN Mpu Kuturan Singaraja ini telah membuktikan bahwa ia memang punya potensi besar berbicara di atas panggung di hadapan publik.
Kori adalah peraih juara 3 pada Lomba Dharma Wacana Tingkat Nasional tahun 2021 dan juara 1 pada Lomba Dharma Gita Wacana Jnana Dharma Digital Tingkat Nasional 2022. Prestasi lainnya di bidang olah suara juga banyak. Sehingga tak heran ia mendapat juara satu dalam Lomba Mendongeng Mahima 2022,
Kadek Sathya Kori Mancika menerima hadiah yang diserahkan oleh perwakilan Dinas Perpustakaan dan Arsip Buleleng | Foto: Komunitas Mahima
Kori merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Lahir di Tejakula, 21 Januari 2003. Terlahir dari pasangan suami istri, Gede Sukas Jaya dan Kadek Helvy Sapariyani Ningsih. Ibunya adalah seorang pegawai negeri, bertugas di Pemkab Buleleng. Ayahnya adalah seorang sommelier atau ahli wine.
Yang banyak memberi Kori inspirasi adalah kakeknya.“Kakek memberikan banyak wejangan agar Kori tak salah langkah dalam menjalani hidup,” kata Kori.
Kori sejak keciul memang suka membaca, terutama membaca sloka-sloka dalam kitab suci Weda. Dari sloka-sloka itu ia mengaku banyak belajar, terutama berkaitan dengan kehidupan yang ia jalani saat ini.
[][][]
Bisa ditebak Kori juga suka keindahan dan belajar dari keindahan sekaligus menularkan keindahan kepada teman-temannya.
Ia suka ikan cupang. Dan ia memeliharanya di rumah. Ikan cupang itu ia pandangi menjelang ke kampus atau saat datang dari kampus. Dan itu, bagi dia, adalah sesuatu yang menyenangkan.
“Ikan cupang membuat saya merasa tenang, apalagi melihat keindahan warna-warna cantik dari ikan cupang itu sama rasanya dengan melihat bunga-bunga indah bermekaran,” katanya.
Tentu bukan karena ikan cupang yang membuat ia memilih kuliah di jurusan Ilmu Komnukasi di STAHN Mpu Kuturan. Ia memilih menempuh kuliah di jurusan ilmu komunikasi karna ia telah menyadari bahwa kemampuannya di bidang komunikasi sudah ia rasanya sejak ia duduk di bangku SMAN 4 Singaraja. Bahkan kesenangan berbicara sudah ia rasakan sejak di bangku SDN 1 Banyuning dan di SMPN 3 Singaraja.
Dengan potensi yang dimiliki, Kori memantapkan rencananya jika lulus S1 nanti akan melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Tentu untuk meraih cita-citanya sebagai seorang dosen.
Kadek Sathya Kori Mancika bersama pemenang lain dalam Festival Mendongeng Mahima 2022 | Foto: Komunitas Mahima
Kori optimis bisa meraih cita-citanya. Ia memang orang optimis, dan memiliki prinsip hidup yang tinggi. Ia memiliki jiwa bergaul yang tinggi, dan selalu mencoba menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya. Karena kelak sang adik akan mengikuti jejaknya, maka ia harus menjadi cermin yang baik.
“Berbuat baik untuk rekam jejak yang baik,” kata Kori. Dan kalimat inilah yang selalu mendorong dan menyadarkannya, bahwa sebagai manusia yang hidup di dunia selalu terikat dengan karma.
Dengan jalan berbuat baiklah maka setidaknya seseorang dapat membayar hutang-hutangnya di masa lalu. Tentu saja berbuat baik dengan dilandasi keikhlasan tanpa berharap suatu balasan.
Satu hal yang pasti, kata dia, “Jangan pernah takut mencoba, gagal hal biasa namun hal pentingnya adalah kita bisa mencicipi setiap pengalamannya.” [T]