Kita sering mengharapkan sebuah keajaiban, namun enggan untuk menciptakannya.
Bagaimana menciptakan sebuah keajaiban? Memang saat memikirkannya, banyak hal tiba-tiba menjadi sulit, bahkan seakan mustahil. Padahal, keajaiban dapat diciptakan dengan cara-cara yang teramat mudah dan sederhana.
Berbagi salah satunya.
Bagaimana ceritanya, berbagi kok merupakan sebuah keajaiban? Memang, kita sering mengabaikan hal-hal biasa dan sederhana. Padahal hal-hal biasa dan sederhana sering kali menyimpan kekuatan-kekuatan besar yang dapat mengguncang dunia.
Sang Budha membuka jalan megah spiritualisme hanya dengan kekuatan pemaafan bukan penaklukan. Virus yang telah mengguncang dunia dan menebarkan rasa takut bagi segenap umat manusia hanyalah mahluk bersel satu, tanpa kendaraan lapis baja dan rudal berhulu ledak nuklir.
Kita sering terlena dengan hal-hal besar dan megah yang hadir cuma sebagai mimpi dan imaji. Mari kembali pada hal-hal kecil dan sederhana yang bisa dilakukan dan dapat saja itu adalah sebuah keajaiban.
Berbagi jelas merupakan sebuah keajaiban. Karena kita telah memberikan milik kita yang kita dapatkan dengan kerja keras lalu kita berikan kepada orang lain yang sangat membutuhkan.
Keajaiban pertama adalah, orang-orang papa yang sudah tak mampu lagi bekerja untuk mendapatkan nafkah, tiba-tiba, kini mendapatkan penyambung hidupnya.
Keajaiban kedua, nilai materi yang kita berikan kepada mereka yang kekurangan, nilainya niscaya akan menjadi berlipat-lipat. Ini mudah dipahami mengingat nilai relatif yang akan berubah sesuai dengan kondisi seseorang. Sekilo gram beras yang bagi kita tak seberapa, namun bagi mereka yang tak punya beras sama sekali nilainya akan menjadi sangat besar.
Keajaiban ketiga adalah, bukankah orang-orang miskin itu yang telah membuka ladang-ladang keajaiban bagi kita? Beruntunglah jika kemudian kita telah menemukannya. Mungkin sebelumnya kita tak pernah menyadari hal ini. Tak salah lagi, Tuhan telah bersemayam dalam tubuh-tubuh orang miskin dan menderita. Keajaiban yang keempat dan seterusnya? Kita cukup duduk manis dan santai, karena suatu saat ia akan hadir menemui kita. Itulah kenapa berbagai adalah sebuah pekerjaan cerdas.
Saya akan berbagi cerita tentang berbagi. Ingat, berbagi adalah sebuah keajaiban. Maka kita perlu berbagi apa saja termasuk sebuah cerita.
Saat menjadi seorang dokter umum, saya pernah bertugas selama lima tahun lamanya di daerah sangat terpencil di pelosok negeri. Sebagain besar kisahnya telah saya tulis dalam sebuah buku berjudul Merayakan Ingatan (Mahima, 2019).
Selain sangat terpencil dengan risiko besar terhadap keselamatan jiwa saya, ekonomi masyarakat di pedalaman itu pun sangat sulit. Maka menjadi dokter di sana adalah betul-betul sebuah pengabdian.
Anggapan bahwa dokter adalah profesi yang mendatangkan banyak uang, terbantahkan saat itu. Namun, saya berusaha tetap melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. Pun pada periode yang sama saya mengabdi menjadi guru SMP di kecamatan tersebut dikarenakan jumlah tenaga guru yang sangat minim.
Rasanya saya telah menyadari rahasia tentang keajaiban berbagi pada saat itu. Pada masa-masa selanjutnya saya pun memetik buah-buah keajaiban tersebut. Saya dapat melanjutkan pendidikan dokter spesialis dengan beasiswa. Tentu saja dari pedalaman saya tidak membawa uang yang cukup untuk semua rencana, menikah, membangun rumah, melanjutkan pendidikan dan lain sebagainya.
Keajaiban lain pun saya alami saat diberikan kepercayaan menjadi direktur rumah sakit kabupaten. Sebuah amanah yang tak pernah saya bayangkan, seorang anak guru SD dan ibu yang sekolahnya tak sampai SMP.
Maka saya pun tak mau melepaskan momen-momen keajaiban lainnya. Bersama beberapa orang kawan dan kemudian didukung oleh banyak pihak, saya mendirikan sebuah yayasan kemanusiaan. Kami beri nama Yayasan Sesama. Dengan spirit kearifan lokal Tat Twam Asi yang bermakna aku adalah kamu dan kamu adalah aku,
Yayasan Sesama membantu orang-orang yang kekurangan baik dalam hal ekonomi maupun dalam bidang medis.
Relawan yang berasal dari beraneka latar belakang profesi, melayani dengan semangat pluralisme, melayani untuk semua tanpa pertimbangan agama, suku, ras maupun gender. Banyak tokoh-tokoh besar yang telah memberi inspirasi kepada relawan dalam melayani sesama.
Dan ajaibnya, hampir semua adalah hal-hal kecil dan sederhana. Bunda Theresa mengatakan, tak semua dari kita dapat melakukan hal-hal besar, namun kita semua dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar.
Sang Budha bersabda, ribuan lilin dapat dinyalakan dari satu lilin dan cahayanya tidak akan pernah berkurang.
Begitupun kebahagian, tidak akan pernah berkurang walai dibagi-bagi. Ia seperti air oase yang semakin jernih saat diambil untuk orang lain yang memerlukan, ia takkan pernah surut. Sesama itu saya, anda, dia, kami dan mereka. Sesama adalah kita.
Selamat hari jadi yang ke-7 Yayasan Sesama, mari ciptakan keajaiban setiap hari. [T]
BACA esai-esai lain dari Dokter Putu Arya Nugraha