Setiap wanita yang sudah menikah pasti berharap segera bisa hamil, dan segera bisa punya momongan. Bukan saja wanita itu yang ingin punya anak, tapi suaminya juga. Juga menjadi keinginan keluarga kecil yang berbahagia atau keluarga besar yang meriah.
Ketika kehamilan yang ditunggu-tunggu tidak hadir juga, maka hal iti bisa menimbulkan banyak pertanyaan. Dan, pertanyaan-pertanyaan itu bisa melahirkan masalah.
Baru-baru ini saat saya praktek, datanglah pasangan suami-istri yang sudah menikah sembilan tahun. Mereka datang diantar oleh ibu mertuanya ke tempat praktek saya.
Sang istri saya lihat perutnya besar, yang sekilas saya pandang tampaknya perempuan itu hamil sudah 9 bulan. Perempuan itu memegang perutnya dan saya persilakan ia duduk.
Sembari perempuan itu duduk, saya melontarkan pertanyaan-pertanyaan atau melakukan anamnesa. Dari anamnesa itu bisa saya mendapatkan kesimpulan awal bahwa perempuan itu hamil sudah 9 bulan. Dan, tentu saja kehamilan ini sangat diharapkan, karena sudah 9 tahun menanti kehamilan dan baru kali ini bisa terwujud.
Saat saya melakukan pemeriksaan USG, ternyata ukuran rahimnya normal. Perutnya saja yang besar seperti wanita hamil 9 bulan. Secara subyektif pasien tersebut menyatakan bahwa awal kehamilannya dimulai dengan mual-mual atau ngidam, dan juga dirasakan ada seperti gerakan bayi di dalam perutnya.
Dari anamnesa dan pemeriksaan USG saya simpulkan pasien ini menderita Pseudocyesis atau hamil palsu atau tidak hamil.
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan perempuan itu dan keluarganya ketika saya menyampaikan kondisi sebenarnya yang dihadapi perempuan itu. Pasien itu sangat terkejut dan sepertinya tidak percaya.
Saya dicerca dengan bermacam macam pertanyaan. Dengan penuh kesabaran saya memberi penjelasan atas semua pertanyaan mereka. Akhirnya pasien dan keluarganya paham dan mengerti.
Pseudocyesis atau hamil palsu adalah kondisi ketika seorang wanita mengalami gejala dan tanda yang mirip dengan kehamilan. Antara lain telat haid, dan mengalami mual, juga muntah pada bulan-bulan pertama. Perutnya juga makin membesar.
Namun sebenarnya tidak terjadi kehamilan dan tidak ada janin yang berkembang di dalam rahim. Kehamilan palsu atau pseudocyesis ini disebabkan oleh faktor psikologis yaitu faktor pikiran, dimana pikiran yang sangat akan mempengaruhi tubuh perempuan itu.
Inilah salah satu contoh hasil dari kekuatan pikiran. Ada pernyataan seperti ini, “Apa yang anda pikirkan maka tubuh akan mewujudkannya“.
Ketika pikiran keinginan untuk hamil begitu kerasnya maka tubuh akan mewujudkan tubuhnya seolah-olah hamil dengan gejala-gejala hamil, padahal tidak hamil. Apalagi ada semacam sugesti yang didapat, misalnya dari seorang dukun, yang mengatakan bahwa ibu itu memang benar hamil dan bayi di dalam kandungan sembunyi sehingga tidak akan kelihatan kalau di-USG.
Jika sugesti itu dipercaya dan diyakini sepenuhnya, maka otomatis kesembuhan pasien yang mengalami Pseudocyesis ini akan semakin sulit disembuhkan.
Padahal perempuan yang mengalami hamil palsu sangat mudah disembuhkan. Sangat mudah mengembalikan kondisi tubuhnya agar kembali normal. Tidak perlu obat-obat khusus, hanya dengan mengembalikan keyakinan bahwa ia belum hamil.
Mengembalikan keyakinan bisa dilakukan dengan edukasi dan afirmasi. Jika keyakinan kembali normal maka pasien itu kembali sembuh. Perutnya yang sebelumnya besar akan mengecil, gejala-gejala kehamilannya dengan sendirinya akan hilang seiring hilangnya keyakinan tentang dirinya hamil.
Inilah salah satu bentuk penyakit yang disebabkan oleh faktor pikiran. Faktor pikiran memiliki peranan besar untuk munculnya penyakit, sehingga kalau ingin sehat mulailah dengan berpikir sehat. Begitu juga dalam kehidupan, kalau kita ingin baik mulailah dengan berpikir baik. [T]