1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

In Memoriam AA Gde Raka Payadnya: Pendiri Drama Gong, Tokoh Puri yang Rendah Hati

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
September 29, 2022
inFeature, Pilihan Editor
In Memoriam AA Gde Raka Payadnya: Pendiri Drama Gong, Tokoh Puri yang Rendah Hati

AA Gde Raka Payadnya |

Kita kehilangan seorang tokoh seniman yang punya peran penting pada terciptanya drama gong di Bali. Drama gong adalah bentuk seni pertunjukan yang sempat menjadi primadona di Pulau Dewata hingga ke Pulau Lombok.

Tokoh itu, Anak Agung Gde Raka Payadnya dari Puri Abianbase, Banjar Kaja Kauh, Abianbase Gianyar, Bali. Ia berpulang menuju sunialoka, Kamis, 22 September 2022, pukul 11.45 Wta akibat infeksi paru-paru yang dideritanya.

Anak Agung Sri Gamatri—putri ketiga Raka Payadnya—mengatakan, bapaknya yang kelahiran 14 Agustus 1944 itu sempat dirawat selama 13 hari di Rumah Sakit Sanjiwani Gianyar.Sebelumnya, kata Anak Agung Sri Gamatri , seniman besar itu menderita sakit parkinson yang rutin melakukan check up.

Jenazah Raka Payadnya diupacarai dalam upacara mekingsan di geni, Jumat 23 September ini.

Polos dan Tidak Feodal

Tentu banyak yang kehilangan setelah kepergian Raka Payadnya, terutama para penggemar drama gong di Bali. Salah seorang yang merasa sangat kehilangan adalah I Wayan Sugita, pelaku drama gong yang kini menjadi dosen Universitas Hindu Negeri (UHN) IGB Sugriwa Denpasar.

Sugita adalah pemeran Patih Agung dan sejumlah drama gong yang terkenal di Bali. Saat menjadi dosen ia banyak melakukan penelitian tentang drama gong untuk keperluan akademik maupun untuk penyebaran pengetahuan kepada masyarakat umum.

“Terakhir, setahun lalu saya bertemu beliau (Raka Payadnya) untuk keperluan kepenulisan tentang perkembangan drama gong,” kata Sugita, Kamis malam.

Sugita mengaku punya kesan yang sangat mendalam kepada Anak Agung gde Raka Payadnya. “Saya sangat merasa kehilangan. Beliau tokoh betul-betul tokoh yang mumpuni di bidang drama gong dan menjadi teladan bagi pemain-pemain drama gong di Bali,” kata Sugita.

Selain pencetus lahirnya seni drama khas Bali yang kemudian disebut sebagai drama gong, Raka Payadnya adalah pelaku drama gong. Pada era tahun 1970-an Raka Payadnya terkenal sebagai pemeran raja muda, salah satu peran yang menjadi daya tarik drama gong.

“Sehingga, di mana pun drama gong Abianbase yang anak mudanya Raka Payadnya selalu dicari penonton,” ujar Sugita.

Apa yang bisa diteladani dari Anak Agung Gde Raka Payadnya?

“Yang patut diteladani dari beliau adalah ketatnya beliau menerapkan sor singgih basa dalam drama gong,” kata Sugita.

Mungkin karena Raka Payadnya lahir di lingkungan puri, kata Sugita, sehingga betul-betul punya komitmen mempertahankan keberadaan Bahasa Bali.

“Yang penting juga diteladani adalah kepolosan beliau,” ujar Sugita.

Menurut Sugita, di mata seniman drama, Raka Payadnya adalah sosok yang polos dan selalu merendah, rendah hati dan tidak feodal.

“Banyak nama-nama besar, mekeber sebengne. Tapi beliau tidak feodal, meski berasal dari puri,” tegas Sugita.

Pendiri Drama Gong

Anak Agung Gede Raka Payadnya memang dikenal sebagai pendiri seni pertunjukan drama gong di Bali.

Kisah terciptanya drama gong itu agak unik. Tahun 1965 Raka Payadnya menamatkan penidikan di Konservatori Kerawitan (Kokar) Denpasar. Sempat kuliah di Fakultas Teknik Jurusan Seni Rupa Unud. Usai ikut Mapram (semacam Opspek)ia  pulang.

Ia diminta oleh Sekaa Gong Wijaya Kusuma untuk membuat pentas sendratari. Namun, sendratari itu harus sudah kelar dalam waktu delapan hari agar bisa dipentaskan pada hari yang sudah ditentukan. Penari-penarinya waktu itu adalah penari legong seperti penari Oleg, Tenun, Tani, Margapati dan lain-lain.

Melihat kondisi penari dan waktu yang mendesak, ia tak terlalu yakin bisa menyelesaikan sebuah garapan sendratari. Terjadilah kompromi. Muncul ide untuk membuat pertunjukan seperti drama klasik, tapi adegannya seperti sendratari. Perbedaannya, pemain tidak menari.

Pemeiannya adalah guru-guru, muda-mudi, dan tokoh masyarakat Abianase. Pada zaman Gestapu sebelum tahun 1970-an sempat ngetren pertunjukan drama janger, sehingga pertunjukan yang dibuat Raka Payadnya itu diberikan nama dengan kata drama. Yakni drama klasik. Ceritanya adalah Jayaprana.

Drama klasik itu pentas pada 24 Februari 1966 bertepatan dengan pujawali di Pura Puseh Desa Abianbase. Sambutan penonton ramai. Banyak yang suka.

Raka Payadnya bangga karena penonton menyambut pementasan itu dengan sukacita. Mungkin saja pada zaman itu masyarakat sedang haus tontonan. Mungkin juga karena pertunjukan itu termasuk jenis seni pertunjukan baru.

Saat pentas pertama kali itu, para pemain menggunakan campuran antara Bahasa Indonesia dengan Bali. Jika pemeran muda bercakap dengan tokoh tua digunakan bahasa Bali, sementara tokoh muda dengan tokoh muda bercakap menggunakan Bahasa Indonesia.

Kenapa berubah menjadi drama gong?

Ketika mereka pentas di Banjar Babakan, Sukawati, banyak mantan guru-guru Raka Payadnya di Kokar yang ikut menonton. Salah satunya adalah IGB Nyoman Pandji,  Usai pentas, Raka Payadnya ditemui di belakang panggung, dan IGB Nyoman Panji menyarankan agar pertunjukan itu diberi nama “drama gong” karena menggunakan iringan gamelan gong kebyar. Maka, sejak itu, pertunjukan drama klasik mereka berganti nama jadi drama gong.

Drama gong Abianbase ini terkenal di seluruh Bali, sehingga muncul kemudian kelompok-kelompok drama gong di sejumlah daerah yang beberapa di antaranya juga terkenal dan larih manis pentas dari panggung ke panggung. Bahasa yang digunakan pun berubah menjadi bahasa Bali secara penuh, bahkan lengkap dengan sor singgih-nya.

Raka Payadnya memiliki 111 koleksi judul drama gong, antara lain Semara Nala”, “Dukuh Seladri”, “Mudita”, dan “Cilinaya”.

Atas pengabdian dan dedikasinya itu, Raka Payadnya dianugerahi Dharma Kusuma tahun 2004 oleh Pemda Propinsi Bali.

Tokoh Pramuka

Tidak banyak yang tahu, Anak Agung Raka Payàdnya juga merupakan tokoh kepanduan (pramuka) di Bali, khususnya Gianyar.

Kenyataan itu ditulis oleh Nyoman Mahardika, seorang dosen, pegiat lingkungan dan tokoh Pramuka di Bali. Nyoman Mahadika menulis di akuan facebook-nya sebagai ungkapan dukacita atas kepergian Raka Payadnya.  

Mahardika menulis, Anak Agung Raka Payàdnya juga merupakan tokoh kepanduan di Bali, khususnya Gianyar. Kecintaan dan dedikasinya dalam kepramukaan sejak usia muda juga sangat besar.

Mahardika kemudian memperlihatkan foto-foto bersejarah, koleksi ayahnya, Almarhum I Nyoman Bebas. Raka Payadnya dan Nyoman Bebas adalah sahabat seperjuangan dalam memajukan Gerakan Pramuka di Bali.

“Kedekatan mereka akhirnya diperkuat juga oleh hobi yang sama yaitu sama-sama menggemari burung perkutut,” tulis Mahardika.

Mahardika bercerita, di hari terakhir ayahnya, tanggal 15 Januari 2007, Raka Payadnya datang membesuk ayahnya di RS Sanjiwani Gianyar dan berkelakar seperti biasanya.

“Tiba-tiba Ayah kami kondisinya drop, semua panic,  dan akhirnya meninggal, berpegangan tangan dengan sahabatnya. Saya tidak dapat menahan haru menyaksikan Sang Legenda menitikkan air mata melepas kepergian sahabatnya,” tulis Mahardika.

Apa yang ditulis Nyoman Mahardika, dan apa yang diceritakan Wayan Sugita, adalah bukti betapa Raka Payadnya adalah seniman yang rendah hati. Selain mencintai keluarganya, ia juga menghargai sesama seniman, sahabat-sahabatnya.  

Bali berhutang pada dia. Selamat jalan maestro drama gong. [T]

Wayan Sujana ”Jedur”: Legenda Drama Gong Puspa Anom dari Banyuning
Niat Total Lestarikan Drama Gong dan Pencak Silat – “Raja Buduh” Yudana dalam Kenangan
In Memoriam Wayan Tarma: Mati Drama Gong, Hidup Dolar
Tags: Desa Abianbasedrama gongGianyarKokar Baliseni pertunjukan
Previous Post

Budaya Perlakuan Plasenta, Kearifan Lokal Sarat Makna

Next Post

Puisi-puisi Agoes Andika, Ask. | Pagi Hari Menghadap Matahari

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Puisi-puisi Agoes Andika, Ask. | Pagi Hari Menghadap Matahari

Puisi-puisi Agoes Andika, Ask. | Pagi Hari Menghadap Matahari

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co