10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mari Membaca Bali Secara Berbeda dalam Buku “Suara Berbeda dari Pulau Dewata”

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
September 19, 2022
inUlas Buku
Mari Membaca Bali Secara Berbeda dalam Buku “Suara Berbeda dari Pulau Dewata”

Buku Suara Berbeda dari Pulau Dewata

Pulau Bali, kerap dijuluki sebagai the last paradise in the world atau surga terakhir dunia. Juga kerap disebut Pulau Dewata. Pulau Seribu Pura. Pulau yang dipenuhi berbagai keindahan berkat tradisi, adat istiadat, dan budaya yang membuat pulau ini dikenal di mancanegara. Kira-kira seperti itulah orang-orang membuka tulisannya jika membicarakan Bali.

Sebagai orang Bali, saya kerap kali menerima pujian yang ditujukan kepada Bali. “Enak ya hidup di Bali, banyak ada pantai, dekat dengan gunung, dan adat istiadatnya sangat kuat,” kurang lebih begitu kata mereka. Pertanyaan mendasar yang selalu saya utarakan adalah, benarkah Bali demikian?

Henk Schulte Nordholt dalam bukunya “Bali Benteng Terbuka 1995-2005: Otonomi Daerah, Demokrasi Elektoral, dan Identitas-Identitas Defensif” telah mengungkapkan bagaimana Bali begitu bergantung pada dunia luar (wisatawan, modal, dan tenaga kerja murah). Di sisi lain, masyarakat Bali juga merasa terancam dengan dunia luar (investor besar, dekadensi barat, Islam).

Henk Schulte Nordholt mengibaratkan Bali sebagai sebuah benteng yang terbuka. Bagaimana Bali begitu terbuka menerima pengaruh luar, tetapi di waktu bersamaan berjuang untuk melindungi diri sendiri. Tentu hal itu melahirkan begitu banyak permasalahan yang pelik, dan harus diselesaikan oleh masyarakat Bali sendiri.

Bali Hari Ini Beruntung

Kalau bicara beruntung menurut banyak orang, Bali sangatlah beruntung dianugerahi keindahan alam, keunikan budaya, tradisi dan adat istiadat yang memikat. Tapi buat saya bukan pada titik itu keberuntungan Bali.

Keberuntungan Bali berada pada beberapa masyarakatnya yang masih kritis terhadap situasi tanah kelahirannya—tanah penghidupannya. Tidak silau dengan gemerlap pariwisata. Tidak tenggelam dalam gemerincing dollar. Orang-orang itu bisa kita lihat dalam buku yang diterbitkan oleh BaleBengong dengan judul “Suara Berbeda dari Pulau Dewata”.

Buku setebal xvi + 485 halaman ini terdiri menjadi empat bagian (budaya, lingkungan, profil, dan sosial) dan terdiri dari 64 tulisan. Prolog dalam buku ini ditulis oleh kawan saya, Oktaria Asmarani dan Epilog ditulis oleh Saras Dewi—dosen Filsafat di Universitas Indonesia. Para penulis di dalamnya begitu jeli melihat Bali dari sudut yang jarang dilihat orang pada umumnya. Gemerlap budaya yang selama ini dianggap sebagai sumbernya dollar ternyata menyimpan banyak persoalan.

Sukma Arida mengungkap dalam esainya berjudul “Dilema Menjadi Warga Desa Adat” persoalan masyarakat adat di Bali begitu terang. Bagaimana dengan telaten ia menghitung dalam siklus enam bulan kalender Bali (210 hari) terdapat sekitar 70 hari (30%) waktunya tersita untuk mengikuti acara agama dan keadatan.

Kemudian muncul pertanyaan dalam diri saya, kalau waktu masyarakatnya disita begitu banyaknya, bagaimana masyarakatnya mampu mengembangkan diri? Bahkan seorang antropolog dari Universitas Gadjah Mada, Pande Made Kutanegara mengibaratkan masyarakat Bali seperti Semut Rangrang. Dari jauh terlihat adanya keteraturan barisan, tetapi jika dilihat lebih dekat, maka akan terlihat bagaimana masyarakat Bali tengah berkonflik memperebutkan daerah otoritas dan pengaruh.

Saya juga teringat bagaimana dalam sebuah esai yang merupakan bagian dari bukunya yang berjudul “Pandora Bali”, Sukma Arida menyingkap kegetiran seorang ibu sekaligus istri yang harus memuaskan hasrat keluarga mendiang suami untuk menyelenggarakan upacara besar-besaran demi menjaga nama baik keluarga. Upacara besar-besaran tersebut pada akhirnya melahirkan hutang yang harus ditanggung oleh sang istri yang bekerja hanya sebagai pedagang di pasar desa.

Tidak berhenti sampai Sukma Arida, Luh De Suriyani dalam tulisannya berjudul “Krisis Air di Jantung Pariwisata Bali” secara terang menyingkap bagaimana masyarakat di seputaran Jimbaran, Kuta Selatan, Badung mengeluhkan sulitnya akses air bersih.

Di awal tulisannya, Luh De Suriyani memperlihatkan bagaimana nasib salah seorang warga pemilik usaha laundry harus bersiap gulung tikar karena beban pengeluaran membeli air sudah mencapai 60% dari biaya operasional. Berbeda nasib dengan para pemilik hotel, villa, restoran, spa, dan lainnya. Mereka begitu mudahnya mengakses air bersih—bahkan sangat melimpah. Kekayaan alam Bali nyatanya lebih banyak dinikmati oleh para pemilik modal.

Bali utara nyatanya memiliki persoalannya sendiri. Sejak PLTU Batubara di Celukan Bawang beroperasi, otomatis nelayan semakin terpinggirkan. Ikan-ikan tidak lagi mudah didapatkan oleh nelayan. Hal ini tak lepas dari limbah yang dihasilkan oleh PLTU.

Para nelayan kerap merugi, ikan tangkapan tak mampu menutupi modal untuk melaut. Belum lagi belakangan kejadian jatuhnya batubara ke dalam laut yang mengancam kehidupan terumbu karang di sana. Ancaman ekologis nyata di Celukan Bawang, tapi apa yang diperbuat pemerintah di sana? Investasi seperti raja yang harus diberikan karpet merah di setiap kehadirannya.

Ironi di Tanah Para Dewa

Oase di tengah gurun pasir, itulah Bali. Selalu dianggap menjadi surganya kehidupan, tempat yang nyaman untuk sekadar singgah atau menghabiskan sisa hidup. Kenyamanan yang berlebih nyatanya dapat mengurangi kewaspadaan terhadap ancaman. Itulah Bali hari ini.

Ivy Sudhana dalam tulisannya berjudul “Jadi Malu Aku sebagai Penduduk Bali” menjadi salah satu tulisan favorit saya. Tulisannya mampu mengajak pembaca untuk bercermin bahwa ancaman tak hanya datang dari luar, ancaman juga bisa datang dari dalam.

Tanpa berbalut bungkus yang tidak perlu, Ivy mengungkap secara garis besar bahwa masyarakat Bali sebagian besar kini menghamba pada dollar. Ia menceritakan bagaimana seorang sopir yang memaksakan usulannya kepada tamu. Bahkan kerap kali melayangkan keluhan yang tentu mengganggu kenyamanan tamu.

Riuhnya pariwisata yang menjanjikan uang secara instan membuat sebagian masyarakat Bali menghamba pada turis. Kalau kata Ivy, mental kere mulai menjangkiti. Hal ini digambarkan oleh Ivy, bagaimana di setiap kesempatan di tempat wisata, selalu saja ada sekumpulan anak-anak yang menawarkan jasa—sesungguhnya tidak perlu-perlu amat seperti membukakan pintu mobil. Permasalahannya adalah bagaimana sang anak-anak tersebut memintanya dengan paksa, seolah-olah mereka sudah memberikan pelayanan optimal.

Fenomena sugih nadak juga menjadi tren bagi masyarakat Bali yang baru saja menjual tanah kepada pemilik modal. Mereka akan dengan gagah perkasa menggunakan uang hasil penjualan tanahnya untuk renovasi sanggah, membeli mobil baru, hingga pakaian branded demi memuaskan gengsi. Tapi setelahnya tak malu meminta pekerjaan di hotel atau villa yang berdiri di tanahnya dahulu. Jujur saja, fenomena itu bukan menjadi hal baru.

Lanang Taji mengungkap dalam tulisan berjudul “Ironi Habis Jual Sawah lalu Beli Beras”. Lanang menjadikan Ubud sebagai studi kasus.

Ubud hari ini adalah sebuah desa internasional yang menjadikan wisata sebagai identitas utama. Lekatnya citra pariwisata di Ubud perlahan merubah perilaku penghuninya. Mereka lebih suka mengabdikan waktunya untuk bekerja dalam industri pariwisata dari pada memelihara sawah yang jadi payuk jakan mereka bertahun-tahun. Menjual sawah, bekerja di industri wisata, kemudian penghasilannya digunakan membeli beras. Ironi bukan?

Saya teringat kata-kata Made Adnyana Ole dalam bukunya “Lolohin Malu”, dalam salah satu esainya kurang lebih mengatakan begini “kalau mau sawah lestari, biarkan jalanan menuju sawah rusak”. Saya pikir ada benarnya, saat akses ke sawah diperbaiki, justru para petani lebih berniat untuk menjual sawahnya tinimbang menggarapnya dengan penuh semangat.

Bali Hari Ini

Kehadiran “Suara Berbeda dari Pulau Dewata” di tengah hiruk pikuk pariwisata di Bali bagi pelaku wisata mungkin akan menjadi serangga pengganggu yang mungkin saja dapat mengurangi jumlah wisatawan yang lancong ke tanah Bali.

Bagi para penguasa, narasi-narasi dalam buku ini mungkin tidak nyaman dibaca. Tapi bagi orang-orang yang terpinggirkan, narasi yang dihidangkan dalam buku ini adalah sebuah santapan utama yang harus dicerna dan dicarikan solusinya secara bersama-sama.

Bagi pelancong, Bali adalah Taman Firdaus yang menjanjikan kenyamanan dan kenikmatan tiada dua. Tapi bagi penduduk lokal, Bali adalah sebuah elegi. Ratapan tiada ujung yang entah kapan menemukan Taman Firdaus yang demikian mudahnya dicapai oleh para pelancong.

Pengalaman hidup menjadi masyarakat Bali tentu berbeda dengan menjadi seorang pelancong, tapi segala kekayaan yang dimiliki oleh Bali sudah seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat Bali.

Persoalan-persoalan kritis yang dinarasikan oleh para penulis BaleBengong sudah seharusnya sampai ke tangan banyak orang—juga ke tangan penguasa, tentu dengan maksud mencari solusi bersama, bukan untuk saling menyalahkan dan menimbulkan masalah baru.

Nyala kritisisme masyarakat Bali harus selalu dijaga. Bukan untuk meruncingkan konflik, tetapi untuk menjaga segala pembangunan Bali agar berjalan sesuai dengan spirit mula. [T]

Matinya Kritisme: Ancaman Nyata Bali Hari Ini
Merefleksikan Etika Melalui Kebajikan Universal Bali
Tags: baliBukuresensi bukuUlasan Buku
Previous Post

Peradah Bali “Baca” Arah Masa Depan Bali: Berapa Tanah Tersisa, Berapa Sungai Berair

Next Post

Ni Kadek Thaly Titi Kasih, Setelah Piala Citra, Kini Juara Vokal Solo Nasional

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Ni Kadek Thaly Titi Kasih, Setelah Piala Citra, Kini Juara Vokal Solo Nasional

Ni Kadek Thaly Titi Kasih, Setelah Piala Citra, Kini Juara Vokal Solo Nasional

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co