Gurat Institute mulai terbentuk sejak tahun 2014 sebagai lembaga independen yang dibentuk oleh penulis seniman dan peneliti seni rupa berbasis di Denpasar Bali. Spirit pembentukan lembaga didasari akan pentingnya kesadaran institusional untuk menopang praksis kreatif seni rupa, berbasis pada pendokumentasian dan pengkajian untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah.
Visi lembaga ini menitik beratkan pada program riset, dokumentasi, pengkajian dan pengembangan kebudayaan (visual culture), melalui presentasi gelaran seni rupa dan karya-karya kolaboratif yang melibatkan lintas seniman. Secara proaktif menginisiasi riset dan pendokumentasian nilai-nilai budaya guna menggali, mengenali dan mengangkat potensi warisan dan nilai-nilai sejarah kebudayaan. Sebagai landasan konseptual bagi pengembangan serta kreativitas alih kreasi dalam konteks pemajuan kebudayaan.
Sewindu sudah Gurat Institute berdiri sejak 2014. Pada momentum 8 tahun ini Gurat Institute akan memulai sebuah tradisi perayaan yang diberi namai Gurat Gurit. Gurat Guritdimaknai sebagai “garis/ gurat garis/ menggaris” (seni rupa) dan “gurit” adalah “penulisan/ menulis/ menyurat) (konteks sastra dalam Jawa Kuna).
Acara ini sebagai semacam bentuk perayaan berdirinya Komunitas Gurat Institute di Bulan Juli (2014), yang kini menjadi Komunitas Budaya Gurat Indonesia sekaligus apresiasi KGBI terhadap dunia seni rupa dan sastra. Sebagai sebuah permulaan kami akan menghadirkan kesederhanaan tanpa mengurangi arti sebuah kebersamaan.
Selama empat hari dari tanggal 22, 25, 26 dan berakhir di tanggal berdirinya komunitas ini yakni 27 Juli, Gurat Institute akan berkolaborasi dengan tiga ruang inisiatif yakni Nonfrasa, Karja Art Space dan Kulidan Kitchen and Space menghadirkan beberapa program acara seperti “Mebalih Jahh” (screening film), “Ngorte Geles” (diskusi), “Marbar Buku” (bedah buku) dan “Peken Senggol Gurat” (Bazaar Art Merchandise & Creative Product).
Gurat Gurit akan melibatkan kawan-kawan dari Lingkar Gurat (jejaring lokal dan nasional), pencinta seni dan kegiatan kreatif, serta masyarakat luas.
Program “Mebalih Jahh” akan berlangsung pada tanggal 22 Juli 2022 di Nonfrasa Gallery menghadirkan beberapa film dokumenter karya sineas muda Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha atau yang akrab disapa Bli Gung Yudha dan dipandu oleh seniman muda Ketut Nugi.
Bli Gung Yudha berprofesi sebagai Filmmaker, Street Photography, dosen dan juga musisi. Berkreasi lewat Band Rock MR HIT, Sutradara di Studi_yo Films, Dread Team dan Manikamerta Documentary. Sempat mendapat apresiasi di Eagle Awards 2014, Film terbaik kategori Jury Prize; Indonesia Raja 2015 dan Indonesia Raja 2016; Finalist Hellofest Movie, 2016; Red Ditch Halloween Film Festival in United Kingdom, 2016. Pernah menjadi pembicara pada Seminar Youth Peace International Film Festival, Universitas Muhammadiyah Malang bersama dengan UNESCO pada tahun 2015.
Foto: Rapat persiapan Gurat Gurit
Program “Marbar Buku” adalah program bedah buku hasil riset tim Gurat Institute. Pada program “Marbar Buku” yang berlangsung pada tanggal 25 Juli 2022 di Karja Art Space ini. Dalam acara ini akan dibedah buku biografi perupa I Wayan Karja. Buku yang merupakan hasil riset tim Gurat Institute sejak tahun 2015 ini menghadirkan biografi kesenimanan serta analisis karya I Wayan Karja, sosok pelukis dan pendidik di ISI Denpasar yang dalam perjalanan kesenimananya pernah bersentuhan langsung secara akademik dengan medan seni rupa barat.
Karya-karya I Wayan Karja secara konseptual tak lepas dengan konsep dan filosofi Bali namun secara perwujudan sangat kental dengan penghayatan atas metode melukis secara formalisme terutama sensibilitas, penghayatan dan pengetahuan atas warna dalam karya-karyanya.
Acara bedah buku ini akan menampilkan I Wayan Karja, tim penulis Gurat Institute, dan perupa sekaligus pendidik seni rupa dari ISI Denpasar, I Wayan Sujana “Suklu” selaku penanggap, dimoderatori oleh pegiat seni Gek Sri Pande W.
Program “Ngorta Geles” adalah program diskusi yang akan berlangsung di Kulidan Kichen & Space pada tanggal 26 dan 27 Juli 2022.
Pada hari pertama tanggal 26 Juli akan menghadirkan dua orang pembicara yakni Putu Supartika seorang sastrawan muda, jurnalis dan pengelola terbitan berbahasa Bali Suara Saking Bali. Selain Putu akan tampil pula I Gede Gita Purnama A.P seorang peneliti, akademisi, dan aktivis sastra, aksara dan bahasa Bali.
Kedua pembicara itu akan memperbincangkan seputar penulisan sastra Bali modern serta perkembangan aktual sastra Bali modern. Pada hari kedua pada tanggal 27 Juli 2022 akan menampilkan pembicara Dwi Wahyuning (Wiwin) Kristian Santi dari Dinas Kebudayaan Kota Denpasar dengan penanggap I Komang Adiarta pegiat ruang inisiatif sekaligus owner Kulidan Kitchen & Space. Keduanya akan memperbincangkan tentang kebijakan pemerintah dalam bidang pelestarian dan pengembangan seni budaya.
Program “Peken Senggol Gurat” dirancang sebagai sebuah platform yang berbasis pada upaya bergerak bersama dan mewadahi kreatifitas para perupa muda Bali dalam menampilkan produk kreatif atau art merchandise sebagai sebuah strategi survive berbasis kemandirian dalam mendukung proses kreatif sebagai perupa. Mengawali program ini akan digelar sebuah Bazar art merchandise dan produk kreatif lainnya dari para perupa muda yang terkurasi oleh tim Peken Senggol Gurat. Kegiatan ini akan berlangsung dari tanggal 26-27 Juli di Kulidan Kitchen & Space.
Ngiring sarengin, semeton! [T]