Berkunjung dan mengobrol bersama Ida Pandita Mpu Siwa Lingga Widya Parama Santika. Sulinggih di Griya Agung Pasek Giri Kusuma Jati, sungguh menyenangkan. Griya Agung Pasek Giri Kusuma Jati terletak di Banjar Bukian, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung.
Lokasi Griya dekat dengan Pura Pucak Mangu, kebun bunga, air terjun, agro wisata dan Jembatan Tukad Bangkung yang merupakan jembatan tertinggi di Asia. Suasana alam pegunungan masih asri dengan udara yang segar.
Desa Bukian terletak di daerah dataran tinggi bagian utara Badung. Desa ini memiliki potensi dalam bidang pertanian dan peternakan. Sekarang di Desa Bukian sudah ada sulinggih.
Ida Pandita Mpu Siwa Lingga Widya Parama Santika memang menyenangkan jika diajak bercakap-cakap tentang apa saja, apalagi tentang ritual agama Hindu. Mungkin karena semasih walaka, semasih bernama Drs I Nyoman Kartika Yasa, M.Ag., beliau aktif sebagai dosen PNS di Universitas PGRI Mahadewa Denpasar.
Saya ngobrol dengan Ida Pandita ketika beliau mempersiapkan upacara metatah (potong gigi) massal di griya itu.
Untuk meringankan beban umat Hindu dari segi biaya tanpa mengurangi makna metatah, Griya Agung Pasek Giri Kusuma Jati memang akan mengadakan upacara metatah massal pada Jumat 29 Juli 2022.
Apabila umat Hindu ingin mengikuti upacara metatah masal bisa mendaftar langsung ke Griya Agung Pasek Giri Kusuma, mulai tanggal 22 Juni sampai dengan 23 Juli 2022.
Ida Pandita Mpu Siwa Lingga Widya Parama Santika menjelaskan, metatah (mesangih) tidak bisa dilepaskan dari kisah Bhatara Kala.
Upacara ini dilakukan dengan memotong empat buah gigi seri dan dua buah taring sebagai simbol menghilangkan sad ripu atau enam musuh dalam diri manusia. Ini sesuai dengan cerita yang terdapat dalam Lontar Kala Tatwa saat Hyang Kala tidak dapat bertemu dengan ayah ibunya, lalu Bhatara Siwa meminta agar taringnya dipotong, setelah itu baru beliau mau menjelaskan siapa ayah-ibunya.
Metatah merupakan upacara pemotongan gigi seri empat ditambah taring lagi dua sehingga menjadi enam. Adapun tujuan upacara metatah untuk mengendalikan sad ripu. Bagi anak-anak secara biologis dan psikologis sedang menuju ke arah Guna dan Dharma. Yang dimaksud dengan Guna dan Dharma menjadi orang dewasa mampu bertanggung jawab dan mandiri.
Sedangkan secara psikologis merupakan penyucian diri melalui pemotongan empat gigi seri ditambah dua gigi taring untuk mengendalikan sad ripu.
Apakah ada perbedaannya metatah yang digelar secara massal dan metatah sendiri dirumah?
Jelas ada perbedaan dan persamaan. Kalau persamaannya yaitu sama-sama menyelesaikan upacara metatah dengan makna yang sama, tujuannya sama telah melaksanakan upacara sebagai penyucian diri.
Perbedaannya upacara bisa digelar bersama-sama di satu tempat dari berbagai orang berkumpul, upacara dilaksanakan bersama-sama tanpa mengurangi makna upacara metatah. Dari segi ekonomi dan waktu bisa digelar lebih simple dan waktu lebih singkat. Dari segi ekonomi jelas, diselenggarakan di rumah akan lebih banyak menghabiskan biaya dan waktu dari pelaksnaan upacara.
Ida Pandita mengatakan, upacara metatah hendaknya dilaksanakan oleh umat Hindu sesuai batas waktu anak-anak yang patut ditatah. Supaya tidak ada terjadi sudah tua dan memiliki anak tidak melaksanakan upacara metatah. Terlebih lagi ada yang sampai meninggal belum metatah.
“Mungkin disebabkan karena tidak memahami dari makna upacara metatah. Pada saat fase metatah, upacara itu tidak dilaksanakan karena situasi dan kondisi,” kata Ida Pandita. [T]