I Nyoman Kelub adalah sosok seniman yangg memiliki perawakan badan yang kurus tinggi. Ia lahir di Banjar Pekandelan Desa Batuan Gianyar, dari seorang maestro topeng Desa Batuan, yakni dari pasangan Alm. I Nyoman Kakul dan Almh. Ni Suken pada tahun 1940-an.
Ia menikah dengan Ni Kicen dari Banjar Dentiyis Batuan dalam status nyentana. Aktivitas kesehariannya adalah sebagai petani, menggarap sawah, ladang, dan disela-sela aktivas inilah ia menyalurkan hobinya dalam berkesenian.
Keseniman dalam dunia pagambuhan gaya Batuan, ia spesialis berperan sebagai tokoh punakawan Togog yang memiliki ciri khas yang kental, sehingga mampu memerankan tokoh tersebut dengan maksimal. Gerakannya enerjik, antawacananya jelas diimbangi kematangan ekspresi berdasarkan pakem tokoh punakawan, serta menjaga tatanan sor singgih basa.
Selain tokoh Togog, ia juga menguasai tokoh tari Arya, Kade-kadean, serta cakap memainkan alat musik genggong. Kelub kecil tertarik pada bidang tari karena ia dibentuk oleh lingkungan, saat menginjak anak-anak selalu terlibat dalam prosesi ngelawang bersama teman-teman sebayanya di lingkungan desanya sewaktu hari suci Galungan dan Kuningan.
‘Ngelawang’ adalah sejenis seni pertunjukan yang disajikan dengan cara berkeliling desa atau dari pintu ke pintu pada suatu wilayah desa, biasanya dapat berwujud barong kedingkling, barong macan, barong asu, barong bangkal/ bangkung, dan lain sebagainya, dan umumnya dibawakan oleh anak-anak sampai remaja.
Dedikasi yang tinggi terhadap kesenian, kecintaannya pada Gambuh diawali bergabung sebagai anggota di Sekaa Gambuh Mayasari Banjar Pekandelan, selanjutnya pada sekaa Gambuh sanggar Tari I Nyoman Kakul “Kakul Mas” Batuan-Gianyar.
Setelah menikah, I Nyoman Kelub sebagai anggota banjar, dan diketahui Banjar Dentiyis Batuan yang mewarisi dramatari Wayang Wong “Ratu Alit”, secara tidak langsung ia juga terlibat di setiap pementasan dalam konteks ritual sebagai pengrawit dengan memainkan alat musik kendang.
Kedua jenis dunia seni pertunjukan tersebut ia lakoni dengan penuh pengabdian. Ia adalah salah satu “Paman” penulis, yang disela-sela waktu senggang bertandang kerumahnya untuk dapat diajarkan tokoh Togog.
I Nyoman Kelub sebagai Tokoh Togog | Dokumen: koleksi Satriya Lelana Batuan
Sepanjang pengamatan penulis, beberapa penari yang pernah menjadi partner Nyoman Kelub dalam memerankan tokoh Togog di antaranya Alm. I Made Bukel sebagai tokoh Raja Lasem, dan I Made Cedur sebagai tokoh Prabu.
Gambuh yang membawakan cerita Panji (Malat), sesuai alur cerita yang dibawakan biasanya tokoh Togog berada di pihak antagonis, yakni sebagai pengiring Prabangsa, Prabu Lasem, Prabu Kebalan, Prabu Pamotan, Prabu Trate Bang, dan Prabu Mataram. Dalam pertunjukan Gambuh, tokoh Togog dialognya menggunakan Bahasa Bali, menterjemahkan dialog Bahasa Kawi yang yang disampaikan oleh tokoh utama ke dalam Bahasa Bali, serta mampu, cakap berbahasa Bali alus, Madya dan Basa Bali Lumrah.
Selain itu, peran Togog saat menterjemahkan dialog (Kawi) tokoh utama ke dalam Bahasa Bali merupakan bagian dari penegasan alur dramatiknya, bertujuan pula agar penonton memahami alur cerita yang dibawakan dalam sajian tersebut.
Tata rias dan busana peran Togog sangat sederhana karena sesuai tingkatannya sebagai abdi. Adapun tata riasnya terdiri dari dasar bedak, bedak tabur, alis-alis, kumis, kales, lipstik, gecek putih. Tata busananya terdiri dari; destar, bapang, saput poleng, angkeb bulet, semayut, kain putih, sabuk, jaler putih panjang. [T]