5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Anak Air dan Pulau Keramat | Cerpen Satria Aditya

Satria AdityabySatria Aditya
May 7, 2022
inCerpen
Anak Air dan Pulau Keramat | Cerpen Satria Aditya

Ilustrasi tatkala.co | Diolah dari karya Satia Guna dan Google

Sejak subuh, kakek sibuk menebar jala untuk ikan-ikan yang berenang-renang mengitari jukung. Dengan lampu terang untuk menarik perhatian ikan, suara mesin yang kian mereda dan baju hangat tergantung di tiang panjang yang membentang di atas kepalanya. Tampak juga seorang anak kecil yang tertidur pulas di atas potongan bambu-bambu kecil yang sengaja dibuat membentang, tampaknya untuk beristirahat sejenak dari lelah menabur jala yang kian rapuh.

Matahari kian menerik, dingin sudah mulai memudar, anak kecil itu mulai terbangun dari tidurnya. Ia memandang jauh ke sebuah pulau yang menarik perhatiannya. Kakeknya masih terus menarik dan membuang jala ke laut, hanya beberapa ikan yang ia dapatkan. Anak kecil itu kembali memalingkan pandangannya ke ikan-ikan itu.

“Ini ikan apa, Kek?” tanya lugu anak kecil itu.

“Hanya tongkol!” jawab singkat kakek.

“Lalu yang ada garis kuning itu apa?” tanyanya lagi.

“Itu kakap!” jawab kakek dengan singkat lagi.

“Biasanya kakap itu merah, kenapa ini kuning?”

“Itu kakap ekor kuning, sangat sulit ditangkap pemancing. Hari ini kita beruntung dapat beberapa ikan ini. Jika dijual harganya mahal,” jelas kakek.

Setelah percakapan itu, ia kembali memandang sebuah pulau yang menarik perhatian sebelumnya. Ia terus memandang, rasa penasarannya kembali bergema. Ia ingin bertanya kepada kakek, tapi takut kakek marah karena pertanyaannya yang begitu banyak sejak ia mulai terbangun.

Banyak pertanyaan yang terbesit di kepalanya. Ia ingin sekali mengunjungi pulau itu. Tapi banyak cerita tentang pulau itu yang ia sering dengar dari para nelayan. Sebelum melaut, para nelayan pasti akan berkumpul di pesisir, entah membenahi jukung, jaring dan bersiap untuk kesediaan makanan beberapa hari di laut lepas. Sebelum itu, pastilah mereka akan berbincang entah tentang ikan yang ditangkap kemarin sampai cerita-cerita dari pulau yang katanya tak berpenghuni itu.

Ia sama sekali tidak memalingkan pandangan dari pulau itu sedikitpun. Ia sangat penasaran, apa saja yang ada di pulau itu sebenarnya.

Stasiun | Cerpen Satria Aditya

Tak lama, ia memberanikan diri bertanya kepada kakek. Dengan penuh keyakinan ia memulai percakapan mengenai pulau itu.

“Itu pulau yang sering diceritakan orang-orang, Kek?”

“Iya. Kau jangan sampai mencari tahu atau ingin tahu,” sahut kakek dingin.

“Tapi kenapa? Pulau itu terlihat biasa saja, Kek.” tanyanya lagi.

“Ya, memang terlihat biasa saja. Tapi pulau itu pulau keramat. Entah berapa orang yang sudah menjadi tulang di sana,” tegas kakek sambil memandang pulau itu.

“Pokoknya, kakek melarangmu pergi ke sana. Jika suatu saat kau ingin sekali mencari tahu, tidak akan ada yang berani menghampirimu ke sana,” tegas kakek kembali.

Sejak percakapan itu, ia hanya terdiam. Tapi pikirannya masih saja bergejolak. Entah karena apa. Ia ingin sekali mencari tahu. Akhirnya, ia dan kakek mulai mengangkat jala kembali dengan perlahan. Ini adalah jala terakhir yang ditebar beberapa hari lalu. Setelah selesai mengangkat dan ikan-ikan sudah mulai terkumpul, mereka bergegas kembali ke tepi pantai karena langit tak mulai bersahabat dengan mereka. Di tengah perjalanan, anak itu mencuri pandang ke pulau itu. Ia sangat-sangat penasaran. Apakah memang benar ada sesuatu yang bisa membuat nelayan-nelayan tak kembali dari pulau itu?

Penulis Tua dan Mareta | Cerpen Wayan Agus Wiratama

Selang beberapa saat, hujan turun dengan derasnya. Mereka berdua membentangkan terpal agar tak basah karena hujan. Ombak di laut tak bisa menahan amukannya. Semakin lama, ombak selalu ingin menerkam jukung mereka. Anak itu kian panik tetapi masih sibuk menyemimbangkan jukung itu bersama kakeknya. Tenaganya kian habis karena sibuk agar jukung itu tak diterkam ombak. Mereka terombang-ambing di tengah lautan. Kakeknya sejak tadi tak pernah sedetikpun memalingkan matanya dari arah cucunya. Sembari menyeimbangkan jukung itu, kakeknya sesekali memegang cucunya itu agar tak keluar dari jukung.

Satu jam berlalu, mereka masih sibuk melawan ombak. Anak itu sangat ketakutan, kakenya langsung memeluk cucunya. Mereka seperti bisa membayangkan takdirnya.

“Kek, bagaimana kalau kita tidak selamat?” ucap anak itu dengan gemetar.

“Kita akan selamat. Walau hanya ke tempat itu,” kata kakeknya dengan tegas.

“Ke mana, Kek?”

“Diam dan turuti aku. Yang terpenting kita tak mati hari ini!”

Kakeknya itu lantas mengerahkan jukungnya menuju suatu pulau. Pulau yang sangat ditakuti oleh para nelayan. Mereka menuju ke sana dengan sekuat tenaga yang masih dimiliki. Anak itu kemudian sangat ketakutkan karena tahu pulau yang akan dituju itu adalah pulau terlarang di tengah laut. Tak lama, mereka sampai di pulau yang katanya tak pernah ada yang bisa selamat dari sana. Hujan masih turun dengan sangat deras. Mereka lantas menarik jukung itu ke tepi pulau dan mengikatnya di pohon dekat mereka. Terpal di jukung itu dibuat sebagai sebuah tenda di sisi pulau.

Malam kian mencekam dirasakan anak itu. Kakeknya hanya diam sembari memantau sekeliling. Mereka tak berani berkutik sedikitpun. Sesuatu seperti muncul di dekat mereka. ada sebuah api yang mengambang. Banyak sekali. Keramaian mulai menyelimuti di tengah hujan. Anak itu kian takut. Ingin beranjak dari pelukan kakeknya dan berlari menuju suatu tempat yang aman. Tetapi ia tak sanggup. Sangat takut. Hingga kakeknya mengajak untuk berlari ke dalam hutan belantara di pulau itu. Mereka berlari. Seperti tak berujung. Anak itu kian panik, tak sadar ia menangis sesenggukan di tengah mereka berlari.

Kakeknya tak pernah melepas genggaman itu. mereka terus berlari di tengah hutan dengan hujan yang makin deras dan malam yang sangat mengerikan. Kaki mereka sudah terselimuti tanah basah, beberapa binatang menempel di kaki mereka. Mereka sama sekali tak perduli.

Seorang Nelayan Mengambang Sepanjang Sungai Ijo Gading | Cerpen I Putu Agus Phebi Rosadi

Sekelebat cahaya terlihat di antara celah pepohonan. Mereka merasa lega sedikit walaupun masih merasa ada bahaya yang mengancam. Napas kian tak terkendali, mereka menghampiri cahaya itu. sampai akhirnya, padang rumput yang sangat indah terlihat. Orang-orang yang ada di sana juga sangat ramai. Orang tua bertani, anak-anak kecil berlari, di sungai kecil terlihat orang yang sedang kegirangan bermain air dan juga rumah-rumah yang tertata rapi tidak seperti di desa mereka.

“Ini apa, Kek?” kata anak kecil itu terangsur lelah.

“Aku juga tak tahu. Mungkin ada desa di pulau terpencil ini. Tetapi sangat indah,” ucap kakeknya keheranan.

“Ayo ke sana Kek. Kita minta bantuan ke warga!”

“Ya sudah. Aku juga sudah terlalu lelah berlarian dari tadi!”

Mereka menghampiri salah satu warga. Tetapi mukanya sangat tidak asing bagi kakeknya. Mereka bertanya, tapi tak ada yang menjawab. Seperti tak dihiraukan keadaan mereka. Lantas mereka pergi ke tengah desa, orang-orang di sana sangat dikenali kakeknya. Tetapi saat dipanggil tak ada sama sekali yang menyahut.

Mereka adalah orang yang dikabarkan hilang di pulau ini. Lantas tulang siapa yang pulang ke desa itu? Pikiran kakek itu berkecambuk. Ia lantas memeluk erat cucunya. Air matanya tak habis-habis keluar.

Beberapa hari berlalu, tulang dan potongan kapal mereka ditemukan di tepian pantai yang tak jauh dari desa mereka.

Tags: Cerpen
Previous Post

Film Pendek “Kala Rau When the Sun Got Eaten”: Gerhana, Mitos, dan Sedikit Orde Baru

Next Post

Puisi-puisi Teguh Tri Fauzi | Seperti Perjalanan Isra-Miraj

Satria Aditya

Satria Aditya

Alumni Universitas Pendidikan Ganesha. Kini tinggal di Denpasar, jadi guru

Next Post
Puisi-puisi Teguh Tri Fauzi | Seperti Perjalanan Isra-Miraj

Puisi-puisi Teguh Tri Fauzi | Seperti Perjalanan Isra-Miraj

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co